Chapter 35: Love is Not Us to Understand

1K 81 11
                                    

Tania merasakan tangan yang hangat menggenggam tangannya. Perlahan ia berusaha membuka mata dan memokuskan pandangan hingga terlihatlah ibunya ada di hadapannya, menatapnya dengan ekspresi cemas dengan Rob di sisinya.

"Apa yang terjadi?" bisik Tania dengan suara parau.

"Kau dan Caspian mengalami kecelakaan." Ellaine membelai rambut putrinya. "Kalian baru saja dipindahkan dari ICU ke ruang rawat inap ini."

Tania melirik ke samping kirinya. Hanya beberapa meter darinya tampak Caspian berbaring di ranjang dengan tangan dibebat. Sepasang matanya terpejam.

Kemudian, ia ingat kejadian itu. Begitu cepat dan mengejutkan. Ia terpental jauh dan merasa begitu sakit di tengah guyuran hujan deras malam itu.

Tania kembali mencoba memokuskan pandangannya dan melihat Catherine tak jauh darinya.

"Catherine ...," gumamnya lagi.

"Oh, dan kalian menabrak mobil Gary," ucap Rob tiba-tiba, seolah tak tahu hal lain apa yang harus dikatakan.

"Sungguh??" Tania membulatkan matanya. Ia memandang Catherine dengan takut-takut sambil memperhatikan kalau-kalau ia mengalami luka atau semacamnya. Namun Catherine tampak baik-baik saja. "A-apa Gary juga terluka?"

"Mobil itu dibawa oleh sopirnya, tapi dia juga baik-baik saja." Catherine mendekat, tersenyum tipis untuk menenangkan Tania. "Mobil itu juga hanya tergores sedikit."

"Dan mobil apa itu?" sahut Rob.

"Range Rover, model lama, kurasa." Catherine mengingat-ingat.

Rob menghela napas panjang. "Fine."

"Gary tak akan mempermasalahkannya," lanjut Catherine lagi.

Sementara itu, Tania kini menyentuh wajahnya dan merasakan ada balutan di sana.

"Berhati-hatilah, jangan ditekan." Ellaine mencegah tangan Tania agar tak menyentuh balutan luka di wajahnya. "Kau mendapat jahitan di bagian dagu dan pelipis kirimu."

"Apa Caspian belum sadar sejak tadi?" Tania kembali melirik Caspian di ranjangnya.

"Dia lebih banyak terjaga saat di ICU dan sekarang dia mencoba tidur," jawab Ellaine setengah berbisik.

"Baiklah, karena situasinya sudah jauh lebih tenang ... aku pamit pulang." Catherine bersiap melangkah pergi. "Sampai jumpa, semuanya."

"Terima kasih banyak, Catherine." Ellaine tersenyum tipis. "Sampai jumpa."

Catherine pergi dari ruangan itu dengan banyak pertanyaan di benaknya terutama tentang Daniel. Namun tentu ia sadar bahwa ini bukan saat yang tepat. Pada akhirnya ia bergegas pergi dari sana dan menelepon Gary agar menjemputnya.

"Tania sudah sadar?" Gary tiba di sana lima belas menit kemudian. Catherine hanya menanggapi pertanyaannya dengan anggukan kecil.

Ketika sampai di rumah, Jonas menghampiri keduanya dengan gugup.

"Aku hanya ingin tahu ... bagaimana keadaan dua pengendara sepeda motor itu?"

"Keduanya sudah mendapatkan penanganan dan mereka akan baik-baik saja," jawab Gary dengan tenang. "Kau tak perlu cemas."

"Aku merasa sangat bersalah. Aku rasa aku harus menjenguk mereka." Jonas menunduk.

"Itu niat yang baik, Jonas. Mereka pasti akan sangat menghargainya," balas Catherine. "Jangan khawatir, kami juga mengenal mereka kok."

"Benarkah??" Jason mengangkat wajahnya, terkejut. "Ap-apa mereka keluarga kalian??"

"Well ... calon keluarga?" Catherine mengangkat alis tak yakin. "Perempuan yang menjadi korban itu adalah kekasih putra kami."

Sugar Daddy-in-Law (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang