Setelah beberapa hari, Tania mulai akrab dan sering berkirim pesan dengan Zekey. Mereka hanya membicarakan tentang hal sehari-hari. Tak banyak kenangan dari masa kecil yang bisa dibahas sebab itu hanya akan membongkar kembali semua luka mereka.
"Ini sudah hampir seminggu sejak kita bertemu Zekey, tapi dia tetap saja bilang bahwa Jonas sibuk." Ellaine bersandar gelisah pada sofa di ruang tamu flat Tania. Ellaine memutuskan untuk menemani Tania di flatnya pasca kembali dari rumah sakit. "Apa kau memikirkan apa yang Ibu pikirkan?"
"Maksud Ibu?" Tania mengalihkan pandangan dari ponselnya.
"Well, Ibu berpikir bahwa Jonas mungkin memang tak mau bertemu dengan kita, terutama dengan Ibu."
"Ibu, jangan berpikir begitu." Ekspresi Tania langsung berubah sedih. "Mungkin Jonas memang sangat sibuk."
"Hm, Ibu punya ide. Bagaimana jika kita telepon Catherine dan tanyakan padanya tentang Jonas?" Ellaine tampak berpikir. "Kemungkinan besar Jonas yang kita cari adalah sopir mereka, kan?"
"Boleh juga, tapi sebaiknya Ibu tanya saja apakah Jonas ada di sana atau tidak. Aku rasa kita tidak perlu membiarkan mereka mengetahui masalah keluarga kita," saran Tania. "Jika Jonas ada di sana, baru kita akan menemuinya."
"Kau benar." Ellaine mengangguk setuju.
***
"Aku akan ke Paris besok." Gary menghabiskan sesap terakhir teh dari cangkirnya sembari memandangi halaman belakang yang rerumputannya masih basah akibat hujan deras pagi ini. "Ada sebuah pameran seni yang cukup besar dan akan ada acara lelang juga."
"Kau berencana membeli sesuatu?" tanya Catherine. Cangkir tehnya telah kosong sejak beberapa menit lalu.
"Tidak juga, tapi aku akan lihat apa aku akan berubah pikiran nanti." Gary melirik wanita di sampingnya. "Bagaimana jika kau ikut? Kau selalu bisa mengapresiasi seni jauh lebih baik daripada aku."
Catherine tertawa kecil.
"Sungguh," lanjut Gary.
"Baiklah." Catherine tersenyum. "Apa pun untukmu, Tuan Barlow."
Gary baru ingin bicara tetapi lebih dulu disela oleh dering ponsel Catherine yang sejak tadi diletakkannya di ujung meja.
"Ellaine?" Dahi Catherine berkerut saat mengetahui siapa yang menelepon. "Halo?"
"Hei, Catherine, aku ingin menanyakan sesuatu padamu." Suara Ellaine terdengar gugup.
"Ya?"
"Apa ... Jonas ada di sana?"
"Jonas?" Catherine mengingat-ingat. "Dia sedang mengantar tamu Gary ke bandara."
"Ah, begitu, ya?" Terdengar Ellaine menghela napas. "Baiklah, terima kasih, Catherine."
"Memangnya ada apa? Nanti aku akan sampaikan padanya saat dia kembali," balas Catherine.
"Ti-tidak perlu. Kurasa lain kali saja, sampai jumpa, Catherine."
Catherine semakin bingung saat Ellaine menutup panggilan begitu saja.
"What's wrong?" tanya Gary.
"Ellaine bertanya apakah Jonas ada di rumah." Catherine mengangkat bahu.
"Kenapa dia tiba-tiba bertanya tentang Jonas?" Gary mengangkat alis.
"Oh, beberapa hari lalu aku memang mengajak Jonas ke rumah sakit untuk ikut menjenguk Tania, tapi semuanya baik-baik saja, kok. Mereka tidak marah pada Jonas." Catherine meyakinkan. "Lagi pula memang Jonas tidak bersalah, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Daddy-in-Law (TAMAT)
RomansaSebelum terkenal sebagai model, Tania telah lama menjadi sugar baby dari Gary Barlow, seorang pengusaha kaya raya yang memiliki banyak perusahaan yang bergerak di berbagai bidang. Sejak bercerai dengan Catherine, istrinya, Gary enggan menikah lagi d...