Jonas membaca e-mail yang masuk di ponselnya, sebuah pemberitahuan dari Infinite Corp terkait lamaran pekerjaannya.
Ia tidak diterima.
"Apa yang terjadi?" tanya Zekey. Ia bersiap berangkat kerja pagi itu.
"Mereka tidak menerimaku." Jonas menghela napas berat, bingung dan cemas.
Zekey menepuk pundaknya untuk menenangkan. "Kau pasti akan menemukan pekerjaan lain, tetaplah semangat."
Jonas menggeleng. "Aku akan ke sana," lanjutnya, "aku akan dapatkan pekerjaan apa pun yang mereka berikan."
"Tapi, Jo-" Zekey meragukan keputusannya, tapi ia juga tak bisa menahan kakaknya.
***
Gary menyelesaikan sarapan di restoran miliknya pagi itu. Ia masih memikirkan tentang pialanya yang ada di dalam lemari hias Catherine, juga pianonya, ia benar-benar tak bisa memastikan perasaannya saat ini tertuju pada siapa.
Apakah Ellaine, cinta pertamanya yang juga masih dicintainya sampai saat ini, atau Catherine, dengan kenangan mereka ketika menikah dan bersama selama beberapa tahun meski Gary hanya berpura-pura akan perasaan cintanya.
Gary mengusap pelipisnya dengan gelisah, diliriknya arloji, pukul sembilan. Ia akan menemui Mike di kantor sebentar lagi, dengan mengendarai sendiri mobilnya.
Area luar kantor masih ramai oleh orang-orang yang melamar pekerjaan. Mike masih sibuk bicara di telepon saat Gary menemuinya di ruangannya.
"Ah, Tuan!" Mike segera menyelesaikan pembicaraannya di telepon. "Senang bisa melihatmu, maaf kemarin aku terlambat menemuimu."
"Tidak apa, Mike. Aku mengerti." Gary mengangguk tenang. "Kau tampaknya menjalankan semuanya dengan baik. Bagaimana rekrutmennya?"
"Sejauh ini bagus. Ini adalah saat interview ke dua bagi orang-orang yang sudah diterima dan aku baru akan menemui pihak HR." Mike melangkah ke pintu dan menahannya, memberi isyarat pada Gary agar melangkah lebih dulu. "Mari, Tuan."
Mereka berbincang sepanjang jalan menuju ruangan HR.
"Aku sudah katakan padamu, kami melakukan seleksi dan siapa pun yang tidak diterima, itu sudah menjadi keputusan yang tidak bisa diganggu!" Tampak salah seorang dari pihak HR memarahi seorang lelaki muda di hadapannya.
"Ethan, ada apa ini?" tanya Mike pada lelaki bernama Ethan yang tampaknya menduduki posisi penting di bagian HR.
"Lelaki ini tak diterima tapi ia bersikeras menginginkan pekerjaan." Ethan menggeleng kesal.
"Aku mohon, Tuan. Aku bersedia ditempatkan di mana saja bahkan menjadi cleaning service juga tidak masalah. Aku sangat membutuhkan pekerjaan," lelaki itu bersuara.
"Aku tidak peduli!" sergah Ethan yang juga mengejutkan Gary. "Kau cari saja pekerjaan di McDonalds."
"Mike ...." Gary menyikut pelan lengan Mike dan membisikkan sesuatu yang seketika membuat Mike merubah ekspresinya menjadi kaget bercampur cemas.
"Uhm, Ethan? Kau bisa lebih tenang, bukan?" tegur Mike.
"Maafkan aku, Tuan. Aku sangat kesal setelah sejak pagi tadi mewawancara puluhan orang dan kini, anak ini menghambat pekerjaanku," balas Ethan pada Mike.
"Kenapa kau tidak berhenti saja jika kau kesal dengan pekerjaanmu?" Gary bersuara. Ethan memandangnya dengan bingung.
"Siapa kau?" tanyanya dengan begitu polos.
Mike menepuk dahi lalu mendekat pada Gary. "Dia baru satu bulan bekerja di sini," bisiknya.
Gary berdeham sambil merapikan jasnya. "Katakan padanya bahwa ia sepertinya butuh pekerjaan di McDonalds, itu pun jika mereka mau menerima orang sepertinya," ucap Gary dengan lugas. Ia kemudian beralih pada lelaki yang sejak tadi memohon untuk mendapat pekerjaan. "Kau, ikut aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Daddy-in-Law (TAMAT)
RomanceSebelum terkenal sebagai model, Tania telah lama menjadi sugar baby dari Gary Barlow, seorang pengusaha kaya raya yang memiliki banyak perusahaan yang bergerak di berbagai bidang. Sejak bercerai dengan Catherine, istrinya, Gary enggan menikah lagi d...