Chapter 31: Memories Bring Back You

650 57 2
                                    

Ketika Gary kembali ke rumah sore itu, dilihatnya Daniel ada di ruang tamu, mengobrol bersama Catherine.

"Oh, Ayah kira kau sudah kembali ke Paris." Gary mengangkat alis.

"Tania dan aku berencana pulang besok karena kami ingin menghabiskan waktu di London sedikit lebih lama." Daniel tersenyum melihat ayahnya telah tiba. Diam-diam ia merasakan ada hal yang berbeda, seperti ... telah terjadi sesuatu antara ayah dan ibunya.

Namun Daniel lebih memilih untuk tak membahasnya.

Gary hanya mengangguk singkat lalu masuk ke kamarnya.

"Jadi apa rencanamu selanjutnya, Dan?" Catherine menyentuh tangan putranya, menyadarkan Daniel kembali akan pembicaraan serius mereka beberapa saat yang lalu. Daniel menghela napas berat, kemudian menggeleng samar.

Sementara itu di kamarnya, Gary mengeluarkan dua tiket resital dari saku jasnya. Ia akan memberikannya pada Catherine nanti setelah Daniel pergi.

Ketika mentari terbenam, Daniel pun pamit pada kedua orang tuanya. Gary hanya memandangi langkahnya dari kejauhan sementara ia tetap duduk di sofa dan membaca. Ia tak terlalu tertarik pada pembicaraan apa saja yang sejak tadi terjadi antara ibu dan anak itu. Catherine, tentu saja mengantar Daniel hingga ke luar rumah.

"Hei, tunggu." Gary mencegah Catherine yang baru saja akan berjalan ke dapur ketika ia sudah masuk ke dalam rumah.

Catherine menoleh. Gary langsung meletakkan dua tiket di atas meja.

"Aku ... ingin mengajakmu menonton resital piano di Albert Hall, malam ini."

"Eh?" Catherine mendekat untuk melihat lebih jelas tiket itu. "Resital piano bukan tipikalmu sejak bertahun-tahun lalu, kan? Atau hanya aku saja yang sudah lupa?"

"Acaranya dimulai jam delapan," balas Gary tanpa menghiraukan kalimat Catherine yang sejujurnya memang benar.

Namun begitulah, keduanya benar-benar pergi ke resital malam itu, hanya berdua tanpa diantar oleh Jonas. Sepanjang perjalanan yang ada di pikiran Gary hanyalah tentang bagaimana ia bisa menahan Catherine lebih lama lagi, agar wanita itu tinggal di rumahnya selama beberapa waktu dan tidak kembali ke Munich.

Mereka tiba beberapa menit lebih awal dan acara belum dimulai. Albert Hall belum begitu penuh oleh orang-orang dan terasa masih lengang.

"Ini mengingatkanku pada saat masih kuliah, aku sangat menyukai acara semacam ini." Catherine tersenyum bersemangat di kursinya sambil memperhatikan panggung yang mulai diisi oleh beberapa pemain musik yang akan tampil. "Ah, aku juga ingat kau pernah memainkan Meditation of Thaïs, itu saat kita pertama kali bertemu. Kau ingat?"

Gary tak menjawab, ia justru mengalihkan pandangannya pada Catherine dan terus memperhatikan mantan istrinya itu bicara.

"Sayang sekali aku tak bisa mendapat waktu yang cukup setiap kali ada resital di Munich. Aku hanya pernah sempat menonton sekali, penampilan dari lulusan sekolah musik terenal, dia memainkan biola semanis Mozart!"

Gary terus memperhatikan. Antusiasme dan keceriaan yang begitu tak tertahankan dari Catherine tanpa sadar membuatnya tersenyum tipis. Sungguh, ia tak pernah memperhatikan wanita di sampingnya itu dengan seserius ini.

"Gary? Kau baik-baik saja?" Catherine akhirnya menegurnya setelah menyadari tak ada suara apa pun dari Gary sejak tadi. "Gary?"

"Oh! Ya, benar. Tentu saja! Mozart, aku menyukainya."

Catherine memandangnya bingung lalu menggeleng pelan. Tak berapa lama kemudian, acara itu pun dimulai. Namun seperti sebelumnya, Gary justru tak fokus pada penampilan para musisi dan malah terus memikirkan alasan apa lagi yang bisa ia berikan agar Catherine tidak kembali ke Munich dulu.

Sugar Daddy-in-Law (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang