"Kau tidak masuk kerja hari ini?" tanya Caspian saat mereka menyelesaikan sarapan.
"Tadinya aku ada jadwal syuting iklan untuk salah satu produk minuman milik Rob, tapi kurasa aku bisa menundanya. Dia tidak sedang buru-buru." Tania membersihkan peralatan makannya.
"Rob punya produk minumannya sendiri? Aku tidak tahu itu."
"Dia baru meresmikannya beberapa hari lalu, katanya. Tapi aku juga belum mencobanya, sih." Tania mengedikkan bahu. "Aku bilang padanya aku ingin istirahat sebentar dan dia memberiku waktu seminggu."
"Hidup jauh lebih mudah saat ayahmu menjadi bos di tempat kerjamu sendiri, ya?"
"Percayalah, takdir itu sesuatu yang rumit dan penuh kejutan," sahut Tania sambil tersenyum simpul sebelum akhirnya mencuci piring.
"Well, karena kau juga libur, bagaimana jika kau ikut aku saja? Jalan-jalan."
Tania menoleh. Ekspresi wajah Caspian datar seperti biasa.
"Siapkan pakaianmu juga karena kita akan menginap selama beberapa hari," tambahnya.
"Kemana?"
"Suatu tempat yang sangat bagus dan tenang dan tidak mahal." Caspian menutup mata dan merentangkan tangannya seolah tengah membayangkan berada di suatu tempat yang dimaksudnya.
"Baiklah ... sebaiknya ini bagus." Tania tertarik.
Mereka berberes dan kembali ke flat Tania untuk mengambil beberapa pakaian. Caspian bilang perjalanannya tidak akan lama dan bisa ditempuh dengan sepeda motor jadi Tania membawa pakaianku dalam tas ransel saja.
"Well I will call you darling and everything will be okay 'cause I know that I'm yours and you are mine, doesn't matter anyway-" Tania ikut bernyanyi kala mendengarkan musik melalui Airpod. Mereka baru saja memulai perjalanan. "In the night we'll take a walk, it's nothing funny just to talk ...."
Caspian terus melajukan sepeda motornya menuju ke utara London.
"Diamlah, suaramu jelek, tahu!" serunya di tengah deru angin.
"Apaa?? Aku tidak dengar!" balas Tania. Tentu saja ia mendengarnya, tapi ia tidak peduli dan sengaja terus menyanyi agar membuat Caspian kesal. "Put your hand in mine! You know that I want to be with you all the time! You know that I won't stop until I make you mine! Until I make you mine!"
Caspian berbohong padanya. Dia bilang ini hanya perjalanan yang memakan waktu sebentar. Namun nyatanya, mereka berkendara hingga hampir tiga jam sebelum akhirnya ia benar-benar berhenti di halaman sebuah rumah kayu.
Rumah itu terletak di sebuah kota kecil yang tenang dan tak banyak dikelilingi oleh rumah-rumah lainnya. Jarak antara satu rumah dengan rumah lain cukup jauh dan lebih banyak pohon sejauh mata memandang. Setidaknya Caspian benar soal tempat yang indah yang sebelumnya dijanjikannya.
Kedua kaki Tania mengikuti langkah Caspian yang masuk ke dalam rumah. Ia menyalakan lampu dan Tania bisa melihat interior rumahnya yang sangat rapi dan tak terlalu ramai. Ada satu sofa panjang di dekat perapian yang tampak sudah lama tak dinyalakan, di salah satu dinding terdapat rak berisi banyak buku, jam dinding dengan gaya lama masih tampak berfungsi meskipun banyak dihinggapi debu di sana sini.
"Ini rumah lama keluargaku." Caspian akhirnya memecah hening. "Setelah ayahku meninggal, aku pindah ke pusat kota London karena lebih ramai dan bisa membuatku terdistraksi. Rob yang membantuku membeli rumah baru itu. Awalnya aku menawarkan padanya agar membeli rumah ini sebagai bayarannya dan aku akan membayar kekurangannya, tapi dia menolak."
Pandangan Tania masih menyapu sekeliling ruangan yang hangat itu.
"Rob bilang, rumah ini harus tetap jadi milikku. Sampai saat ini, aku selalu datang ke sini saat sedang merindukan orang tuaku ... atau juga saat merasakan kesedihan yang mendalam."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Daddy-in-Law (TAMAT)
RomanceSebelum terkenal sebagai model, Tania telah lama menjadi sugar baby dari Gary Barlow, seorang pengusaha kaya raya yang memiliki banyak perusahaan yang bergerak di berbagai bidang. Sejak bercerai dengan Catherine, istrinya, Gary enggan menikah lagi d...