Kondisi Daniel membaik setelah dua minggu, tetapi ia tak memutuskan untuk pulang ke Paris dalam waktu dekat. Lagi pula, Catherine melarangnya. Jadilah Daniel hanya menghabiskan waktu dengan beristirahat di mansion ayahnya sepanjang hari.
Terkadang ia akan memantau Casualads. Namun Catherine hanya mengizinkannya berlama-lama di depan laptop atau tablet selama dua jam dan selalu memastikan bahwa Daniel istirahat penuh.
"Bagaimana rencana pernikahan Ibu dan ayah?" tanya Daniel iseng hari itu.
"Ah, yang itu nanti-nanti saja." Catherine menggeleng. "Kami ingin menunggu sampai semuanya kondusif, sampai kondisimu lebih baik."
"Maafkan aku, kalian jadi harus-"
"Ssh!" Catherine menatap Daniel serius sebelum akhirnya mengerling ke arah salad buah yang baru saja diletakkannya di atas meja di samping ranjang pemuda itu. "Habiskan."
Setelah Catherine pergi, Daniel meraih ponselnya, berpikir untuk menelepon Tania.
***
Tania membasuh wajah. Ia baru saja kembali dari sidang yang sangat melelahkan secara emosional. Sejak kejadian itu akhirnya ia tinggal di rumah Rob karena flatnya masih dibereskan dan ditata ulang. Lagi pula Ellaine jadi cemas dan ingin agar semua anak-anaknya tinggal di rumah Rob saja.
Kedua kakinya melangkah ke meja dapur di mana terdapat sepiring buah-buahan di sana. Tania meraih sebuah apel lalu ia melangkah kembali ke ruang tengah untuk duduk di sofa. Di saat yang sama, terdengar langkah kaki dari depan yang tak lain adalah Zekey dan Caspian.
Selama beberapa saat Tania melamun hingga dering ponsel menyadarkannya. Dari Daniel.
"Bagaimana persidangannya?"
"Membosankan dan melelahkan." Tania mengembuskan napas berat. "Bagaimana kondisimu?"
"Aku baik-baik saja." Daniel terdiam sejenak. "Hei, apa kau keberatan datang ke Barlow Castle malam ini?"
"Uhm, ada apa?"
"Tidak ada, aku hanya ingin bertemu. Atau kau ingin bertemu di tempat lain? Di café, mungkin?"
"Eh, jangan," cegah Tania. "Biar aku ke sana. Kau harusnya tidak pergi ke mana-mana dulu dalam kondisi pemulihan seperti ini."
"Baiklah, sampai nanti."
Daniel mengakhiri panggilan dan Tania bersiap kembali dalam lamunannya, tetapi sebelum itu terjadi, Caspian menghampirinya.
"Apa kau akan menemui Daniel?" tanya Caspian. Kedua tangannya membawa sesuatu yang tampak seperti hampers yang cukup besar.
Tania mengangkat alis. "Y-yeah? Malam ini. Kenapa?"
Caspian memberikan hampers di tangannya yang setelah diperhatikan oleh Tania ternyata adalah get-well gift basket, semacam bingkisan untuk orang yang sedang sakit.
"Untuk dia. Sampaikan salamku." Caspian seolah enggan terlibat kontak mata dengan Tania saat memberikan bingkisan itu. "Sampaikan juga permintaan maafku karena baru memberikan get-well gift basket sekarang."
"Oh, wow, that's so kind of you." Tania terkesima. "Aku yakin Daniel tidak akan mempertanyakan soal keterlambatanmu memberikan ini, tapi kenapa kau tidak memberikannya langsung?"
"Kau gila? Aku tidak berani menghadapinya," jawab Caspian seadanya. "Well, kau pasti mengerti maksudku."
"Ayolah, Daniel tidak sekaku itu ... mungkin." Tania sendiri tampak ragu.
"Berikan sajalah." Caspian menolak untuk membahasnya lebih jauh.
Sebelum Caspian melangkah pergi, Tania meletakkan keranjang bingkisan itu di sofa lalu memeluk pemuda di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Daddy-in-Law (TAMAT)
RomanceSebelum terkenal sebagai model, Tania telah lama menjadi sugar baby dari Gary Barlow, seorang pengusaha kaya raya yang memiliki banyak perusahaan yang bergerak di berbagai bidang. Sejak bercerai dengan Catherine, istrinya, Gary enggan menikah lagi d...