Catherine melangkah menyusuri lobi hotel menuju lift, tetapi ia terhenti ketika melihat Gary yang tampaknya juga akan menggunakan lift itu.
"Oh, hei," gumam Catherine.
"Kau akan ke rumah sakit?" tanya Gary meski ia tahu Catherine tak punya alasan lain berada di Paris selain untuk merawat Daniel. Catherine mengangguk singkat. "Aku juga sepertinya akan mampir sebentar, mau pergi bersama?"
"Boleh juga," jawabnya. Pintu lift terbuka dan tak ada orang. Mereka berdua melangkah masuk. "Kau akan kemana?"
"Aku akan ke kantor, ada tamu yang baru saja datang dan aku harus menghadiri rapat mendadak." Gary melirik jam tangannya, pukul 7. Ia ingat ia belum makan apa pun sejak pagi tadi.
Tiba-tiba terdengar suara perutnya yang keroncongan, begitu keras hingga Catherine mendengarnya.
"Atau mungkin kau bisa mampir untuk membeli makanan dulu," kata Catherine sambil menahan tawa. Pipi Gary merona karena malu, pada akhirnya ia hanya menunduk dan tak bicara sampai lift berhenti di basemen, area parkir mobil.
Gary berjalan menuju Ford Orion-nya diikuti Catherine. Mereka duduk bersebelahan.
Mobil Gary terus melaju selama beberapa menit sebelum akhirnya berhenti di salah satu drive thru sebuah restoran cepat saji. Ia sebenarnya tak terlalu suka makanan cepat saji tetapi ia sangat buru-buru, dan lapar.
"Kau ingin makan apa?" tanya Gary pada Catherine yag juga tak bicara sejak tadi.
"Tidak perlu-"
"Tolong dua cheeseburger-nya," kata Gary pada pegawai drive thru, sama sekali tak menghiraukan jawaban Catherine. Tak lama kemudian pesanannya selesai.
Gary mengambil satu burger dari dalam kantong plastik dan meletakkan yang lainnya di atas dasbor. Ia mulai makan sementara tangan lainnya tetap memegang kemudi.
"Habiskan yang itu." Gary melirik kantong plastik berisi burger di atas dasbornya.
"Aku masih kenyang-"
"Aku memaksa," sahut Gary tak mau tahu. Pada akhirnya Catherine mengambilnya dan ikut makan.
"Kinda American, though," celetuk Catherine, "cheeseburger."
"I know, right, haha." Gary tertawa kecil, pertama kalinya Catherine mendengarnya tertawa seperti itu setelah bertahun-tahun.
Beberapa saat kemudian Catherine menyadari sedikit isian cheeseburger Gary jatuh dan mengotori bagian depan kemejanya yang putih bersih. Dengan spontan ia meraih tisu yang juga ada di atas dasbor dan membersihkannya.
"H-hei, apa yang kau lakukan?!" Gary terkejut saat merasakan Catherine tiba-tiba menyentuhnya.
"Kau ada rapat penting dan bagaimana kau bisa muncul dengan penampilan seperti ini? Meski kau memakai jas, ini tetap kelihatan sedikit."
Mendadak Gary tak bisa berkata-kata saat mengetahui bahwa Catherine membersihkan kemejanya yang kotor akibat ulahnya yang makan dengan buru-buru.
"Sudahlah, hentikan. Tidak apa-apa, mereka tidak akan memperhatikan." Gary hendak menepis tangan Catherine tetapi ia mengurungkan niatnya.
"Ckck, kau masih saja sama seperti dulu, selalu berkata mereka tidak akan memperhatikan, tapi kau tak pernah benar-benar tahu apa yang ada dalam pikiran mereka, kan?" Catherine menggeleng.
Gary terdiam, ia ingat pada saat di mana dulu Catherine selalu memastikan penampilannya bersih dan rapi sebelum berangkat ke kantor, tetapi Gary tak pernah menghiraukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Daddy-in-Law (TAMAT)
RomansaSebelum terkenal sebagai model, Tania telah lama menjadi sugar baby dari Gary Barlow, seorang pengusaha kaya raya yang memiliki banyak perusahaan yang bergerak di berbagai bidang. Sejak bercerai dengan Catherine, istrinya, Gary enggan menikah lagi d...