Tania menunggu di sebuah café kecil yang berada tak jauh dari flatnya. Ia hanya mengikuti instruksi Rob tentang jam pertemuannya dan sama sekali tak berkomunikasi dengan lelaki yang akan dikenalkannya ini. Setelah menunggu hampir dua puluh menit, seseorang menghampiri.
Tania mengangkat wajahku untuk melihatnya. Lelaki muda dengan rambut hitam dan kulit karamel serta sepasang mata cokelat yang harus diakui Tania amat menawan. Lelaki itu menatapnya dengan ekspresi datar sebelum akhirnya mengangkat alisnya sebagai tanda menyapa.
"Kau putri Rob?"
Selama beberapa saat Tania terdiam hingga akhirnya lelaki itu memetik jari di wajahnya.
"Ah, iya. Benar." Tania menggeleng dan berusaha fokus kembali. Mereka duduk berhadapan.
"Caspian," ucapnya singkat.
"Itu namamu atau ...."
"Kau berpikir aku sedang menyebutkan nama danau terluas di dunia secara random pada orang yang baru kutemui?" Ia masih dengan ekspresi datarnya.
"Uh, tidak. Maafkan aku." Tania kembali menggeleng. "Namaku Tania."
"Yeah, Rob sudah memberitahuku."
"Jadi ... apa kau sudah lama mengenalnya?"
"Dia sahabat dekat ayahku. Dia sudah banyak menolongku jadi aku tidak bisa menolak permintaannya yang aneh ini ... untuk menjaga putrinya dan berpura-pura menjadi kekasihnya." Caspian memandang Tania aneh. Sepertinya Rob sudah menjelaskan semuanya, itu bagus.
Pembicaraan itu sangat canggung. Caspian sepertinya sangat pendiam. Dia hanya akan bicara jika ditanya dan tampaknya ingin agar pembicaraan mereka berakhir sesegera mungkin. Sesuai dengan perintah Rob, Caspian akan tinggal di flat Tania, bersamanya.
"Dengar, aku ingin kita membuat kesepakatan." Caspian tampak serius. "Aku akan mengantarmu ke kantor dan menjemputmu saat pulang kerja, bertingkah seperti aku memang adalah kekasihmu dan memastikanmu aman dari pria tua itu-"
"Namanya Gary-" sela Tania.
"Aku tidak peduli," balas Caspian sambil sedikit mengangkat telapak tangannya. "Dan aku punya satu permintaan."
"Baiklah, apa?" Tania jadi agak kesal.
"Every satnight, I'm gonna bring my significant other to the flat. Is that okay?"
Tania mengerutkan dahi. Membiarkan kekasihnya untuk datang ke flat setiap malam Minggu? Itu bukan masalah bagi Tania. Tapi bukankah itu akan jadi masalah bagi Caspian? Apa kekasihnya tidak akan cemburu dengan apa yang terjadi meskipun yang akan mereka lakukan hanya sandiwara? Tania bertanya-tanya.
"Sure," kata Tania akhirnya sambil mengedikkan bahu.
Hari itu Tania resmi punya teman di flat. Caspian tidur di kamar lain yang selama ini dibiarkan kosong dan selama beberapa hari ini menjadi tempat untuk menyimpan barang-barang yang sebenarnya ingin dibuang oleh Tania tetapi ia masih belum yakin untuk membuangnya.
Tidak banyak yang mereka bicarakan ketika di dalam flat malam itu. Caspian hanya menonton televisi atau bermain game di ponselnya sedangkan Tania juga menyibukkan diri dengan ponselnya hingga akhirnya tidur lebih awal.
Esok paginya, sesuai kesepakatan mereka, Caspian mengantar Tania ke kantor dengan sepeda motor Honda Fireblade berwarna hitam matte miliknya. Tania tidak terbiasa dengan sepeda motor dan Caspian berkendara dengan sangat kencang hingga ia harus berpegangan erat padanya.
"Aku akan menjemputmu sore nanti, tapi jika sesuatu terjadi, telepon saja dan aku akan datang," ucap Caspian sesaat setelah Tania turun dari sepeda motor besarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Daddy-in-Law (TAMAT)
RomanceSebelum terkenal sebagai model, Tania telah lama menjadi sugar baby dari Gary Barlow, seorang pengusaha kaya raya yang memiliki banyak perusahaan yang bergerak di berbagai bidang. Sejak bercerai dengan Catherine, istrinya, Gary enggan menikah lagi d...