Chapter 23: Dance with Desire, Playing with Fire

1.2K 92 4
                                    

Mendung pagi itu cukup gelap. Ellaine sibuk dengan buket pesanan seorang anak temannya yang akan menikah besok. Sang calon pengantin ingin buket bunganya berisi bunga daisy, mawar dan lili yang terindah. Biasanya pegawai Ellaine yang menyiapkannya, tetapi karena ini istimewa, ia sendiri yang menyusun karangan bunga untuk pernikahan itu.

"Seseorang datang dan ingin bertemu langsung denganmu, Ellaine." Salah satu pegawai menghampirinya.

"Oh, baiklah." Ellaine meletakkan buket yang masih setengah selesai. Mungkin yang datang adalah temannya yang kemarin memesan buket, barangkali dia ingin mengingatkan atau mungkin mengambil pesanannya?

Namun ternyata, bukan. Yang datang justru seseorang di luar dugaan Ellaine.

"Gaz?" Jantungnya berdebar ketika melihat pria itu berdiri di teras tokonya. "Bagaimana kau tahu aku ada di sini?"

"Begitu mudah menemukanmu saat aku tahu bahwa kini kau telah menjadi istri dari Robert Williams." Gary memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. "Dan dengan nama lengkapmu sebagai nama toko bunga yang juga sudah terkenal ini ... jauh lebih mudah lagi menemukanmu."

Ellaine menatapnya tanpa bisa berkata-kata.

"Aku ingin bicara," lanjut Gary.

"Bicara saja di sini."

"Baiklah. Seperti yang kemarin kau katakan padaku, ada yang belum selesai, aku juga merasa begitu-"

"Tunggu," Ellaine menginterupsi lalu melihat sekelilingnya. "Kita tak bisa bicara di sini."

Ellaine melangkah masuk dan bicara pada salah satu pegawainya. Ia kembali menemui Gary beberapa saat kemudian.

"Aku tak ingin orang salah paham jika melihatku bersama pria lain. Aku katakan pada pegawaiku bahwa aku ada urusan denganmu tentang perancangan taman bunga."

Gary tersenyum simpul.

"Jadi apa kita bisa pergi sekarang?" tanya Gary. Ellaine mengangguk singkat dan masuk ke mobil Gary. Tepat saat Gary melajukan mobilnya, gerimis turun.

"Tunggu, apa kita akan ke hotel?!" Ellaine akhirnya bersuara setelah perjalanan beberapa saat dan mereka memasuki area hotel mewah di mana Gary mengemudikan mobilnya menuju basemen untuk parkir.

"Kemarin malam aku menelepon salah satu asistenku yang ada di London dan menyuruhnya untuk mencari beberapa barang di rumah lama orang tuaku." Gary melirik Ellaine melalui kaca spion di atas dasbor. "Dia melakukan tugasnya dengan baik meski sudah dini hari, dan semua barang-barang itu baru sampai di kamar hotelku pagi ini. Mungkin kau akan ingat sesuatu."

"Kau bisa membawa barang-barang itu ke sini, aku akan menunggu di mobil." Ellaine sedikitnya paham barang-barang semacam apa yang dimaksud Gary. Tentu yang berhubungan erat dengan masa lalu mereka.

"Ada terlalu banyak barang." Gary menggeleng. "Lagipula, bukankah kita seharusnya bersembunyi?"

"Bersembunyi dari apa?"

"Kau sendiri yang mengatakan padaku bahwa kau tak ingin ada seorang pun yang melihatmu bersama dengan pria lain. Jika suamimu tahu, akan ada masalah, bukan begitu?"

"Aku hanya ingin menyelesaikan pembicaraan denganmu, Gaz. Bukan hal lain."

"Memang kita akan bicara." Gary berdecak, masih berusaha menahan nada suaranya. "Tapi jika kita bicara di luar dan ada yang mendengarnya, sama saja."

"Ayolah, ini Paris." Ellaine membuka pintu mobil setelah Gary menyelesaikan parkir dan mereka sama-sama melangkah menuju lift.

"Pebisnis hebat seperti Rob pasti punya asisten dan mata-mata di mana-mana." Gary menekan tombol lift menuju lantai tempat kamarnya berada. Ellaine menghela napas panjang.

Sugar Daddy-in-Law (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang