Tania berusaha menghentikan tangis dan mengeringkan air matanya di dalam pesawat yang tengah mengudara menuju London siang itu. Ia bersumpah perpisahannya dengan Daniel terasa begitu cepat hingga ia butuh waktu untuk mencerna apa yang terjadi. Di pikirannya masih terbayang-bayang saat Daniel bicara padanya untuk terakhir kalinya sebelum Tania melangkah pergi dari rumah itu.
"Mungkin kita akan bertemu lagi suatu saat nanti. Mungkin suatu saat nanti, kita akan tepat untuk satu sama lain dan tak akan jadi terlalu sulit bagimu untuk mencintaiku. Aku harap kita akan terhubung kembali suatu saat nanti karena tak ada seorang pun yang mampu mencuri hatiku seperti yang kau lakukan." Daniel merapikan rambut Tania yang menutupi sedikit bagian wajahnya. "Tapi saat itu bukanlah sekarang. Sekarang, kita hanya saling memaksa dan berpura-pura. Itu semua hanya akan menciptakan lebih banyak luka."
Tania mengangguk. Ia tak sanggup bicara dengan isak tangis yang terasa mencekik tenggorokannya.
"Aku ucapkan selamat tinggal, tapi mungkin suatu saat nanti, aku tak perlu melakukannya," lanjut Daniel lalu mendekat dan tanpa permisi langsung mencium Tania. Kedua lengannya merangkul sempurna tubuh Tania dan sebaliknya. Namun keduanya tak bisa memastikan apakah mereka saling menarik atau menolak satu sama lain. Yang jelas, ciuman itu berakhir dengan dahi mereka yang saling bersentuhan, keduanya pun tak ingin bahwa perpisahan ini benar-benar terjadi.
Flat Tania entah mengapa terasa jauh lebih dingin. Kini ia begitu lelah, tetapi bukan karena ia terus berbolak-balik Paris-London, ia lelah secara emosional.
Tania duduk sendirian di sofa dan menatap kehampaan di hadapannya. Ia tak tahu harus melakukan apa sekarang. Ia telah putus dengan Daniel, tak ada kemungkinan atau harapan bahwa mereka akan bersama lagi kali ini. Sedangkan Caspian ... lelaki itu jelas sudah membenci Tania mengingat apa yang telah terjadi ketika Tania menemuinya dan ia langsung diusir.
Tania berusaha menguatkan dirinya meski kini ia merasa sangat sendirian.
Dengan helaan napas panjang, Tania menghentikan isak tangisnya. Ia lalu berjalan menuju kamarnya.
Saat melewati kamar Caspian, Tania berhenti dan malah masuk ke kamar itu. Masih tidak jauh berbeda dengan yang terakhir kali dilihatnya. Ia kemudian meraih koper besar Caspian yang ada di sudut kamar dan mulai memasukkan barang-barang milik lelaki itu satu per satu ke dalam koper.
Mulai detik ini, Tania bertekad tak akan lemah hanya karena perasaan yang mereka sebut cinta. Ia akan berhenti menjadi naif.
Setelah semua barang-barang Caspian masuk ke dalam koper, Tania memesan taksi. Ia akan pergi ke rumah Caspian sekarang juga untuk mengembalikan semua barang-barangnya.
Langit ditutup awan mendung dan membuat sore jadi lebih gelap dari biasanya. Tania disambut oleh ekspresi terkejut yang tak tertahankan dari Caspian saat lelaki itu membuka pintu rumahnya dan melihat Tania ada di hadapannya.
"Kau kembali ke London?"
Belum sempat Tania menjawab, Caspian melakukan hal yang sama dengan yang ia lakukan kemarin saat Tania datang ke rumah lamanya, kali ini pun Caspian tak bisa menahan diri untuk tak memeluknya.
"Maafkan aku, aku tidak sungguh-sungguh saat mengusirmu waktu itu. Aku terlalu terbawa oleh amarah hingga bersikap begitu," bisik Caspian.
Segera Tania melepaskan diri dari pelukan Caspian lalu mendekatkan koper ke hadapan lelaki itu.
"Aku hanya ingin mengembalikan barang-barangmu."
Caspian melihat koper besar itu lalu kembali pada Tania. Sungguh? Apakah Tania kini benar-benar jadi begitu blak-blakan dan terkesan kasar bahkan dingin?
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Daddy-in-Law (TAMAT)
RomanceSebelum terkenal sebagai model, Tania telah lama menjadi sugar baby dari Gary Barlow, seorang pengusaha kaya raya yang memiliki banyak perusahaan yang bergerak di berbagai bidang. Sejak bercerai dengan Catherine, istrinya, Gary enggan menikah lagi d...