Rob memandangi Ellaine yang berbaring di ranjang di sebelah Orion sambil menyanyikan ninabobo dengan suara pelan. Sejak Rob menjemputnya di bandara, istrinya itu tak berhenti menangis. Namun Rob tahu, tangisan Ellaine bukan semata-mata karena putra mereka yang sakit, melainkan ada hal lain.
Dan setelah Rob memohon padanya agar bercerita, Rob berharap ia tak pernah mendengar cerita menyedihkan semacam itu lagi.
"Bukan salahmu jika Jonas membencimu," ucap Rob pelan, tak ingin membangunkan Orion yang mulai terlelap setelah minum obat. "Ini hanya kesalahpahaman. Nanti kalian pasti bisa berbincang lagi dengan kepala dingin dan semuanya akan baik-baik saja."
Ellaine menyeka air matanya yang masih mengalir. Kemudian dilihatnya Orion. Anak itu kelihatannya sudah lelap. Keningnya berkeringat efek dari obat yang tadi ia minum.
Perlahan Ellaine turun dari ranjang dan berjalan ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya.
"El ...." Rob menghampirinya. Kedua tangannya memegang pundak wanita itu sambil memandangnya melalui cermin. "Nanti setelah Orion sembuh, kita akan ke London dan mencoba bicara lagi dengan pemuda itu."
"Tak ada gunanya, Rob." Ellaine mengeringkan wajahnya dengan handuk. Mata dan hidungnya memerah akibat terlalu banyak menangis. "Jonas benar-benar sudah membenciku dan jika dipikir-pikir, aku pantas untuk itu."
"Hei, itu tidak benar." Rob menggeleng. "Jonas hanya sedang marah. Aku yakin dia tak benar-benar membencimu."
"Bagaimana jika iya? Aku tak akan pernah bisa memenangkan hatinya lagi."
"Kau adalah ibunya, dan biar bagaimanapun, seorang ibu selalu memiliki hati anak-anaknya." Rob tersenyum melalui cermin. "Aku tahu ini masa yang berat bagimu, tapi yakinlah, aku tak akan membiarkanmu sendirian."
Ellaine berbalik untuk melihat wajah suaminya langsung.
"Aku akan sangat senang jika bisa bertemu Zekey nanti," lanjut Rob. "Semoga Orion lekas membaik agar kita bisa ke London lagi."
"Terima kasih." Ellaine tersenyum getir. "Kau selalu menerima kehadiran anak-anakku."
"Hei, sejak aku memutuskan untuk menikahimu, maka aku juga telah memutuskan untuk menerima segala hal tentangmu termasuk anak-anakmu." Rob mengecup kening istrinya.
***
Gary terus menatap serius Jonas yang sejak tadi duduk di hadapannya dengan wajah tertunduk. Pesawatnya akan berangkat dalam dua jam lagi tetapi ia merasa belum bisa pergi sebelum membereskan apa yang terjadi pada sopir pribadinya itu.
"Sejak awal bekerja padaku, kau tak pernah memberitahu nama belakangmu. Apakah itu alasannya?" tanya Gary. "Karena kau membenci keluargamu hingga melepaskan nama belakangmu sendiri??"
Jonas hanya diam. Dalam hatinya, ingin sekali ia berteriak, mengatakan pada Gary bahwa ini bukan urusannya. Namun, tentu itu terlalu berisiko, bisa-bisa ia dipecat.
"Jonas ...," panggil Catherine lembut. "Mungkin kau berpikir bahwa ini bukan urusan kami dan kami tak seharusnya ikut campur, tapi kami sudah begitu dekat dengan Keluarga Williams, ingat?"
Jonas akhirnya mengangkat wajahnya untuk melihat Catherine. Wanita itu seperti bisa membaca pikirannya saja.
"Aku merasa sedih saat melihat Ellaine menangis seperti tadi malam," lanjut Catherine. "Dibenci oleh anak sendiri ... pastilah hal terburuk yang bisa terjadi pada setiap ibu."
Catherine berjalan mendekati Jonas dan mengusap pundaknya. "Aku pernah bilang padamu bahwa aku punya seorang putra yang usianya hampir sama denganmu, dan selama ini-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Daddy-in-Law (TAMAT)
RomanceSebelum terkenal sebagai model, Tania telah lama menjadi sugar baby dari Gary Barlow, seorang pengusaha kaya raya yang memiliki banyak perusahaan yang bergerak di berbagai bidang. Sejak bercerai dengan Catherine, istrinya, Gary enggan menikah lagi d...