Chapter 37: Thinner than Water

420 50 8
                                    

Zekey bahkan belum membersihkan dirinya setelah pulang dari bengkel malam itu, ia langsung menghubungi Jonas dan memintanya agar datang ke flat. Zekey merasa tak bisa menunggu sampai akhir pekan saat kakaknya pulang seperti biasa.

"Memangnya ada apa, sih?" Jonas akhirnya sampai di flat dan Zekey masih dalam seragam kerjanya yang kotor. "Kau tampak bersemangat sekali, tidak bisa bicara lewat telepon saja?"

"Jonas, kau tak akan percaya ini." Sepasang mata Zekey berbinar. "Aku telah bertemu ibu!"

Dengan satu kalimat itu, Jonas langsung terdiam.

"Ibu?" gumam Jonas setelah beberapa detik.

"Itu benar. Ibu! Ibu kita!" Mata Zekey kini tampak basah oleh air mata bahagia. "Kau ingat ceritaku kemarin tentang sepeda motor yang rusak karena kecelakaan? Tadi pemiliknya datang lagi bersama istrinya yang ternyata adalah ibu kita!"

Pikiran Jonas langsung berkecamuk. Tak lagi didengarkannya Zekey yang kini mulai bicara panjang lebar mengenai semua kejadian yang terjadi.

"Bukankah semua ini benar-benar tepat pada waktunya?" lanjut Zekey. "Akhirnya kita bertemu ibu dan akan bertemu Tania juga!"

Zekey mengguncang bahu kakaknya. "Besok! Besok kita akan bertemu mereka! Aku sudah minta izin pada bosku untuk tak masuk besok."

Jonas masih tak bicara.

"Jonas, kenapa kau diam saja??" Zekey mengguncang bahunya sekali lagi. "Hei, aku tahu kau pasti sangat terkejut, tapi katakanlah sesuatu. Ini adalah hal yang membahagiakan!"

Jonas melepaskan kedua tangan Zekey dari bahunya. "Aku tahu. Aku telah bertemu mereka baru-baru ini."

Zekey mengerutkan dahi, bingung. "Kau ... apa?"

"Aku yang menabrak Tania malam itu," lanjut Jonas berterus terang.

Zekey terkejut hingga mulutnya terbuka lebar.

"Jadi kau pelakunya?!"

"Itu kecelakaan!" sergah Jonas. "Polisi menetapkanku tak bersalah, tapi aku tetap pergi ke rumah sakit untuk menjenguk mereka dan minta maaf, saat itulah aku baru mengetahuinya."

"Lalu kenapa kau tak memberitahuku??" Wajah Zekey yang tadinya bahagia kini berubah kecewa. "Jika tadi aku tak ada di bengkel saat mereka datang, aku mungkin tak akan pernah bertemu ibu."

"Lebih baik begitu," sahut Jonas sambil mengalihkan pandangannya, enggan melihat sang adik.

"Apa maksudmu mengatakan itu?" Zekey menggeleng tak percaya atas apa yang baru diucapkan kakaknya. "Tidakkah kau bahagia bisa bertemu ibu dan adikmu lagi??"

"Tidak." Jonas berpaling sepenuhnya dari hadapan Zekey. "Aku benci semua hal dari masa kecilku termasuk keluargaku. Aku tak ingin mengingat itu semua."

"Jonas!" Zekey berjalan kembali ke hadapan pemuda itu. "Aku tahu kau menderita akan semua trauma itu, tapi bukan berarti kau bisa membenci secara buta. Ibu dan Tania sama sekali tak salah dalam hal ini, bahkan ibu sudah berusaha mencari kita-"

"Dan kau percaya saat dia mengatakan itu??" Jonas kini menatap lurus Zekey, ada kemarahan yang tak berusaha ia sembunyikan dari sepasang matanya. "Kau tak lihat bagaimana kondisi wanita itu sekarang, huh? Dia telah menikah lagi dengan pria yang kaya raya! Itu semua cukup untuk membuatnya lupa pada kita, anak-anaknya!"

"Jonas, tidak ...." Zekey menggeleng, air matanya menitik kembali dan kali ini bukan karena bahagia.

"Aku akan kembali ke Barlow Castle." Jonas melangkah menuju pintu.

"Kau tak bisa seperti ini, Jonas!" Zekey hendak berseru tetapi tenggorokannya lebih dulu tercekat. "Apa yang harus kukatakan pada ibu dan Tania?!"

Langkah Jonas terhenti sejenak, tanpa berniat melihat adiknya lagi, ia menjawab datar, "katakan saja aku sudah mati."

Sugar Daddy-in-Law (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang