Chapter 1: A Trip to Paris

22K 410 6
                                    

 "Ah, aku jadi semakin tak sabar untuk mengenalkanmu pada orang tuaku!" suara Daniel terdengar begitu antusias di seberang.

"Aku juga! Tapi kita harus menunggu dua hari lagi sampai pemotretanku yang ini selesai, tidak apa, kan?" balas Tania.

"Yep, aku akan sabar menunggu. Kau jangan sampai terlalu lelah, ya! Istirahatlah yang cukup agar kau tak sakit saat berkunjung ke rumah orang tuaku nanti."

"Tentu, sayang. Aku akan tutup teleponnya, jaga dirimu."

"Sure, I love you, Tania."

"I love you too, Dan."

Tania menutup telepon dan kembali membereskan barang-barangnya.

"Tania, kau akan pulang dengan siapa?" rekan modelnya, Clara bertanya sambil membereskan barang-barangnya. Ia memandang ke luar jendela studio. "Uh, langitnya sangat mendung."

"Seperti biasa," jawab Tania santai. Tak lama setelah itu, seseorang masuk.

"Hei, sweetheart, bagaimana harimu?" Ia melangkah mendekati Tania dengan senyum hangatnya lalu memeluk perempuan itu mesra. Seorang lelaki yang mengenakan setelan jas yang amat rapi. Rambutnya yang cokelat dengan garis keperakan di sana-sini membuat siapa pun yang melihatnya dapat menerka, usianya tak lagi muda.

"Luar biasa, seperti biasa, daddy." Tania mengecup bibirnya singkat tanpa diketahui oleh Clara.

"Clara, aku duluan!" ucap Tania seraya meraih tas. Clara melambaikan tangannya dan kembali mengalihkan pandangan ke ponselnya.

Tania masuk ke mobil dan mendapati seikat lili putih di tempat duduk. Bunga favoritnya.

"Ah, Gary ... kau-"

"Aku ingin memastikan harimu ditutup dengan manis." Ia mengedipkan sebelah matanya lalu melajukan Range Rover-nya menuju flat Tania.

Gary Barlow, pria kaya raya yang sudah dua tahun terakhir ini menjadi sugar daddy Tania. Usia Gary sekitar tiga puluh tahun lebih tua darinya, tapi meski ia telah berusia setengah abad, ketampanan dan karismanya tak akan bisa ditolak oleh siapapun, termasuk oleh Tania.

Pertemuan pertama mereka terjadi saat Tania sedang berbelanja. Ketika itu ia sudah sampai di kasir dan baru menyadari bahwa dompetnya hilang. Gary yang mengantri tepat di belakangnya dengan ringan membantu. Tania sempat meminta nomor rekening Gary agar bisa mengembalikan uangnya tapi Gary malah memberikan kartu nama dan mengajaknya untuk bertemu.

Keduanya menjadi dekat dan pada akhirnya sugar dating itu pun dimulai.

Pada awalnya Gary memang sempat menawarkan semacam perjanjian mengenai lama waktu yang mereka sepakati. Satu tahun. Kemudian tanpa mereka sadari, semua berlalu begitu cepat dan Gary menawarkan perjanjian yang sama kembali dan tak butuh waktu lama bagi Tania untuk mengiyakannya.

Meski Gary begitu baik dan memanjakan Tania, Gary tak banyak bercerita tentang kehidupan pribadinya. Yang Tania tahu ialah Gary telah sejak lama bercerai dengan istrinya dan anak tunggal mereka kini tiggal di luar negeri, jauh dari ayah atau ibunya. Hanya itu yang ia ceritakan. Namun semua itu cukup untuk membuat Tania tak takut menjadi sugar baby-nya karena ia tak perlu cemas akan dianggap sebagai perusak rumah tangga orang. Dia sudah bercerai, kan?

Hal lain tentang menjadi sugar baby-nya bagi Tania? Luar biasa. Gary punya banyak perusahan yang bergerak di berbagai bidang. Salah satunya adalah perusahaan agensi tempat Tania bekerja sebagai model kini. Gary yang memasukkannya ke dalam agensi ini dan pada akhirnya menjadi dikenal, dan mudah saja bagi Tania merebut banyak perhatian sejak awal karena ia memang sudah begitu cantik.

Rambut cokelat dengan sepasang mata sebiru lautan, tinggi semampai dan kulit yang indah, seperti para model pada umumnya. Dua tahun lamanya Tania telah menjadi model majalah, menghadiri banyak acara fashion penting serta menjadi bintang iklan.

Sebelumnya kehidupan perempuan itu sangat biasa. Berkuliah sambil bekerja paruh waktu dan menghabiskan seluruh gajinya untuk membayar sewa flat karena kedua orang tuanya terlibat konflik sejak ia kecil dan mereka telah berpisah. Tak ada yang peduli padanya bahkan kakak-kakaknya pun tak pernah terdengar lagi kabarnya. Tania telah lupa tentang apa itu rumah atau keluarga.

Kini ia tak lagi pusing memikirkan semua itu. Gary telah mengurus semuanya. Terkecuali tentang pendidikan yang pada akhirnya dilepaskan dan tak dilanjutkan lagi oleh Tania karena ia sudah terlalu menikmati pekerjaannya.

"Kau bilang kau akan berangkat lusa?" Gary bertanya sambil tetap fokus mengemudikan mobil mewahnya.

"Ya," jawab Tania tanpa bisa menyembunyikan senyum.

"Ceritakan seperti apa lelaki itu, kau terus merahasiakannya."

"Jika aku ceritakan padamu, kau pasti akan langsung mengenalnya. Dia cukup terkenal."

"Oh, ya? Ada begitu banyak selebriti. Menurutmu aku bisa menebak satu kali dan langsung benar?

"Haha, dia bukan selebriti. Tapi, ya ... dia memang terkenal." Tania enggan menceritakan pada Gary mengenai apa pun tentang Daniel. Meski sejak awal ia sudah memberitahu bahwa Tania boleh berpacaran dengan siapa pun, tapi bukan hal yang bagus jika membicarakannya dengan pria yang menjadi sugar daddy-nya. Tania merasa itu akan jadi sedikit canggung.

Tentu saja mereka tak benar-benar saling mencintai seperti sepasang kekasih—setidaknya itulah yang Tania yakini—hanya saja kami memang saling membutuhkan. Gary telah memberikanku segala hal yang tak pernah didapatkan Tania. Kasih sayang, cinta, dimanja dalam kemewahan materi, dukungan karir. Semua itu tak akan bisa dibalas.

Yang bisa dilakukan Tania hanyalah selalu ada untuknya, menemaninya kapan pun dia ingin. Terkadang hanya bermesraan, dan yah, memang tak jarang juga berakhir di tempat tidur terutama saat mereka berpesta atau terlalu banyak minum.

Gary tetap menghargainya. Ia memperlakukan Tania dengan baik dan tak pernah bicara dengan nada merendahkan bahkan saat dia tidak suka dengan sikap Tania yang seringkali terlalu boros atau malas.

"Kau bilang dia orang London yang tinggal di Paris?" Gary bertanya lagi.

"Yeah, bukankah kau juga punya rumah di Paris?" Tania mengingat-ingat.

"Sweetheart, aku punya rumah di setiap negara." Ia memasukkan nada sombong dalam bicaranya yang tentu saja hanya gurauan. Namun itu memang benar, dia punya rumah di setiap negara. "Salah satu kantorku juga ada di Paris."

"Apa kita harus mengenalkanmu padanya?" Tania tertawa.

"Lalu membuatnya terkena serangan jantung? Sebaiknya jangan." Gary menggeleng dan tawanya pecah. "Baiklah, kita sampai."

Mobil Gary berhenti di area basemen dan mereka pun berjalan menuju flat Tania. Saat Gary sedang tidak sibuk seperti ini, ia akan mampir dan keduanya akan mengobrol—terkadang lebih.

"Mungkin sedikit wine? Selama dua minggu aku akan berada di Paris dan aku tak akan bisa minum wine denganmu, pasti aku akan sangat merindukannya." Tania mengeluarkan dua gelas lalu menuangkan wine ke dalamnya.

"Bersulang untuk Tania dan kekasihnya." Gary mengangkat gelas. Tania tertawa dan menggeleng.

"Bersulang untuk kita berdua," sahutnya lalu mereka menyesap wine dari gelas masing-masing.

"Jadi, Tania ... kurasa sebelum kau benar-benar menemui orang tua kekasihmu itu, aku harus mengingatkanmu tentang sesuatu." Gary meletakkan gelasnya lalu menatap sugar baby-nya itu dengan serius.

"Apa itu?" Tania ikut meletakkan gelas. Gary mendekat dan menahan kedua tangannya.

"Langkah terakhir sebelum mendapatkan izin," bisiknya dan Tania tertawa, mengerti maksudnya. Tanpa berlama-lama Gary kemudian mendekat, membuat wangi parfumnya memenuhi indera penciuman Tania.

Gary begitu ketat dalam menjaga pola makan dan kebugaran tubuhnya hingga berapa pun usianya sekarang, ia masih begitu menawan dan memesona.

"Tania ...."

"Yes, daddy ...." Kedua tangan Tania merangkul lehernya dengan erat. Mereka saling memandang lekat-lekat satu sama lain tanpa berkata-kata. Senyum simpul terlukis di wajah Gary sebelum akhirnya ia mulai mengecup Tania dengan mesra.

Sugar Daddy-in-Law (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang