Chapter 20: Melody that Can't Fade Out

1K 95 1
                                    

Tania berpamitan pada Catherine dan melangkah pergi dari rumah sakit jam delapan pagi, untuk selanjutnya menuju Williams Chateau. Ini mungkin sedikit terlalu pagi untuk bertamu tapi apa boleh buat, Tania tak punya tempat lain untuk dituju. Mereka pasti akan terkejut karena ia sama sekali tak memberi kabar apa pun tentang kedatangannya ke Paris.

"Tania!" Rob tampak begitu senang melihat kedatangannya, ia tidak menunjukkan ekspresi terkejut yang berlebihan, begitu juga dengan Ellaine. "Akhirnya kau sampai. Ada yang sudah menunggumu."

"Apa?" Tania mengerutkan dahi. Apa ada orang lain di rumah ini selain Rob dan Ellaine yang mengharapkan ia datang? "Siapa?"

"Hei ...."

Jantung Tania berdebar melihat sosok yang muncul di belakang Rob. Caspian.

"Ayo, semuanya! Tepat waktu untuk sarapan."

Tania menuju meja makan dan bergabung setelah meletakkan barang-barangnya di kamar. Masih tak ia mengerti tujuan Caspian yang tiba-tiba datang. Untuk apa dia mengikuti hingga ke Paris?

Akhirnya setelah menyelesaikan sarapan, Caspian mengajak Tania bicara. Sementara Rob dan Ellaine tampak sibuk dengan urusan mereka dan tak terlalu memperhatikan.

"Kapan kau datang?" tanya Tania masih tak percaya Caspian benar-benar ada di sini.

"Beberapa saat yang lalu, aku mengambil penerbangan paling pagi."

"Dan apa yang membuatmu melakukannya? Kenapa Rob bilang kau menungguku?" selidik Tania. Caspian tertawa.

"Kurasa ia hanya berusaha terdengar dramatis, maksudku, kau tahulah ...."

"Tidak, aku tidak tahu," sahut Tania agresif.

"Hei, baiklah, baiklah ...." Caspian tertawa lagi sebelum akhirnya menatap Tania serius. "Dengar, saat kau pergi, aku memikirkan tentang hal-hal seperti ... yah, segala sesuatu yang pada intinya adalah, aku takut aku tidak akan sempat memberitahumu. Maksudku, aku tidak ingin menunggu lebih lama lagi sampai kau kembali ke London, aku harus mengatakannya sekarang."

"Apa itu?"

"Aku mencintaimu."

Bersama dengan kalimat itu, Caspian menciumnya tanpa permisi, sesuatu yang jelas tak diduga akan terjadi.

Tiba-tiba saja Tania menyadarinya. Sejak Daniel meminta agar mengulang kembali hubungan mereka, Tania merasakan perasaan yang mengganjal dan aneh dan ia tidak tahu apa itu, tapi kini ia tahu.

Itu adalah tentang Caspian, diam-diam, tanpa disadari Tania, ia mulai memiliki perasaan untuknya, sama seperti Caspian yang juga memiliki perasaan untuk Tania.

Kesadarannya itu pada akhirnya membuat Tania membalas ciumannya.

"Maukah kau bersamaku?" Caspian berbisik setelah ciuman yang diyakini Tania cukup lama itu.

Tania ingat pada Daniel yang jelas-jelas baru saja menanyakan jenis pertanyaan yang sama padanya beberapa jam lalu dan Tania belum menjawabnya, kini Caspian ikut bertanya juga. Bagaimana ia harus menjawabnya??

"Aku ... aku tak bisa menjawabnya sekarang." Tania menggeleng.

"Kenapa?"

Tania memalingkan wajahnya, tak sanggup memberikan jawaban dengan kata-kata.

"Maafkan aku jika kau merasa ini terlalu cepat. Aku tidak akan memaksamu memberikan jawaban secepatnya, yang terpenting sekarang adalah kau tahu apa yang kupikirkan," lanjutnya, "aku hanya berusaha untuk tidak menyembunyikan apa pun dan mengungkapkan semuanya padamu, secara jujur."

"Terima kasih kau sudah mengerti." Tania mengangguk tanpa berani melihat sepasang iris cokelat Caspian lebih lama. "Jadi ... uh, kau akan menginap?"

"Hanya untuk malam ini, kurasa. Rob yang memintaku, kami sudah lama tidak mengobrol. Setelah itu aku akan kembali ke London karena ada banyak sekali pekerjaan yang harus kuselesaikan."

Tania mengangguk singkat.

"Kau sendiri? Bagaimana pekerjaanmu?" ia balik bertanya.

"Semuanya baik-baik saja." Tania beranjak dari tempat duduknya. "Uh, sepertinya aku akan istirahat di kamar. Pekerjaanku tadi lumayan melelahkan."

Caspian mengangguk dan Tania melangkah secepatnya menuju kamarnya.

Baru beberapa menit di dalam kamar, terdengar suara ketukan. Tania membuka pintu dan melihat Ellaine muncul bersama Rob. Ia langsung mempersilakan mereka masuk.

"Ibu menyadari sesuatu yang berbeda darimu saat kau tiba. Kau terlihat bingung, cemas, seperti ada banyak sekali masalah." Ellaine mengusap punggung putrinya. "Katakan, Tania. Apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang membuatmu datang ke Paris tiba-tiba?"

Pertanyaannya yang disertai sentuhan untuk menenangkan itu justru pada akhirnya membuat Tania tak bisa lagi menahan tangis. Ia menceritakan semuanya, tentang Daniel yang mengalami kecelakaan dan keinginannya bertemu Tania serta pada akhirnya bertanya apakah Tania bersedia kembali bersamanya.

"Kau tahu apa? Lakukanlah apa yang menurutmu benar," ucap Ellaine tanpa keraguan. Namun Tania justru dipenuhi keraguan sebab ia tidak tahu apa hal benar yang harus dilakukannya.

Ia menunduk, bingung.

"Kapan kau akan kembali ke rumah sakit itu lagi?" tanya Ellaine.

"Sore ini, mungkin." Tania menggigit bibirnya, gugup. "Daniel akan sangat kecewa jika aku tidak menemuinya lagi. Dia benar-benar berada dalam kondisi yang buruk dan aku tak ingin menambah penderitaannya."

"Oh, sayang ... Ibu tahu kau bermaksud baik, tapi jangan biarkan hal ini membuatmu tertekan, ok? Hal-hal yang menyangkut masa depan harus dipikirkan secara matang dan tidak terburu-buru. Ibu yakin Daniel pasti juga paham akan hal itu." Ellaine memeluknya sekali lagi sebelum akhirnya melangkah pergi dari kamar itu bersama Rob yang tak mengatakan apa pun sejak tadi dan hanya mendengarkan pembicaraan ibu dan anak itu.

Namun tak berapa lama kemudian, sebuah pesan masuk ke ponsel Tania. Dari Rob.

"Aku melihat ciuman itu. Caspian menciummu dan kau membalasnya."

Tania melempar ponselnya ke atas tempat tidur besar itu. Jelas, ini akan menjadi masalah baru. Rob pasti akan membela Caspian dan lebih mendukung Tania bersama Caspian dibanding bersama Daniel, putra rival bisnisnya sendiri.

***

Seperti yang direncanakan Tania, ia bersiap kembali ke rumah sakit sore harinya. Saat ia baru melangkah keluar dari kamar, Rob dan Ellaine telah ada di depan, menunggunya.

"Kami ikut." Ellaine tersenyum.

"Kenapa?"

"Ibumu bilang dia ingin menunjukkan sikap baik." Rob memutar matanya. Ia mungkin tahu ia tak akan suka ini karena akan ada Gary di sana, walaupun Tania belum melihatnya di sana kemarin.

Mereka masuk ke mobil dan berangkat. Sebelum itu, Tania sempat mendekati Rob dan berbisik, bertanya apakah Caspian tahu mereka pergi ke rumah sakit.

"Dia sedang ada urusan di luar dan sepertinya akan pulang malam." Rob menghela napas lalu memandang Tania dengan serius. Begitu serius hingga Tania memahami isyarat yang diberikan Rob melalui sepasang matanya.

Itu membuat Tania menunduk seketika, merasa bersalah.

Masih tak ada Gary ketika mereka tiba di rumah sakit.

"Catherine, izinkan aku mengenalkanmu pada keluargaku." Tania membuka percakapan. "Ini Ellaine, ibuku dan ini ayah tiriku, Rob. Ibu, Ayah, ini Catherine, ibu Daniel."

"Senang bertemu denganmu, Catherine." Ellaine memeluknya singkat. "Aku ikut sedih atas kejadian yang menimpa putramu."

"Terima kasih, aku juga senang bisa bertemu dengan kalian." Catherine tersenyum. "Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk berkunjung ke sini."

"Oh, ayolah. Bukankah sebentar lagi kita akan menjadi keluarga?" Ellaine tertawa kecil sambil melirik Daniel dan Tania dengan penuh arti. Tania hanya bisa ikut tertawa canggung menanggapi ucapannya.

Pintu terbuka dan seseorang masuk. Mereka semua menoleh bersamaan, Gary datang.

Sugar Daddy-in-Law (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang