Segalanya berwarna jingga lembut, menyatu dengan warna musim gugur. Begitu juga dengan buket bunga yang digenggam oleh Tania. Ellaine sendiri yang merangkainya. Terdiri atas Mawar Toffee yang kecokelatan, rumput Oak Phalaris kering berwarna merah tua, Bronze Cremone oranye dan beberapa helai batang gandum yang telah dikeringkan, serta bunga-bunga khas musim gugur lainnya yang menjadikan buket itu amat indah.
♪~Anxious ... white dress ... promises and regret. I gave you my pledge, please remember what I said~♪
Tania mendengarkan musik melalui airpods, berusaha menghilangkan rasa gugupnya sejak memulai riasannya beberapa jam yang lalu. Ia hampir berteriak kaget saat seseorang tiba-tiba menepuk punggungnya.
"Rob!" pekiknya.
"Kau ini!" Pria itu melotot. "Sudah, ayo!"
Sementara di tempat upacara, Daniel nyaris merasakan seolah pijakannya menghilang. Ia begitu gugup, apa lagi saat melihat Tania di kejauhan yang menggamit lengan Rob, berjalan menuju dirinya.
♪~Hold on, keep holding on until the morning. I'm coming home to take your hand in mine~♪
Para pemain musik memainkan lagu yang menjadi permintaan Daniel. Meski tanpa vokal, ia seolah bisa mendengar jelas nyanyian itu.
♪~Man, don't you listen to lullabies and lovers' lies? I ... I cannot wait to see those eyes~♪
Semua undangan menoleh, memusatkan pandangan mereka pada pengantin wanita yang kini berjalan dalam gaun pernikahan bermodel sheath—sedikit ketat dari bagian atas hingga paha dengan bagian belakang gaun yang panjang—strapless dengan punggung terbuka. Rambut cokelatnya digulung longgar dan diperindah dengan aksesoris berbentuk dedaunan kecil berwarna perak.
♪~I cannot wait to see those eyes~♪
Daniel tak berkedip. Wajah gadis itu masih terhalang kerudung pengantin tetapi ia bisa melihat betapa indahnya wajah itu—yang memang selalu indah di matanya.
♪~I cannot wait to see my bride~♪
Tania tiba di hadapannya dan semuanya seolah berjalan begitu cepat. Mereka saling mengucap sumpah, berciuman, menyelesaikan upacara lalu berbincang dengan para tamu dan mencoba menikmati pesta.
Sebelum kedua pengantin itu sempat mencerna segala keriuhan dan suka cita yang terjadi, mentari telah terbenam. Namun mereka seolah tak diberi kesempatan untuk beristirahat dan tiba-tiba saja, makan malam telah selesai, menyisakan sedikit lagi agenda yang harus mereka selesaikan.
Pemotongan kue, lalu first dance, bagian dari resepsi pernikahan yang telah dipersiapkan oleh mereka sejak jauh-jauh hari. Meski tak sempat mengambil kursus, keduanya sepakat untuk berdansa dengan gerakan yang sederhana saja.
Dan lagu Rule The World dari Take That menjadi pilihan mereka untuk mengiringi first dance itu.
Setelah semua orang bersorak menyaksikan sepasang pengantin itu berdansa, lagu berganti dan kini saatnya dansa dengan orang tua—dan mertua. Daniel lebih dulu memulai dansanya bersama Catherine dan saat sampai di pertengahan lagu—seperti yang sudah mereka rencanakan sebelumnya—Ellaine menyela, menggantikan Catherine untuk berdansa dengan putranya.
"Kau gugup?" goda Rob tepat di sebelah Tania.
"Ugh, aku bisa kena anxiety attack kalau begini." Tania menghela napas berkali-kali. "Lagi pula kenapa harus ada dansa dengan orang tua segala, sih?"
"Ide siapa itu?" sambung Rob.
"Daniel." Tania memutar mata. "Aku tak kuasa menolaknya."
"Bersiaplah, setelah ini giliran kita." Rob menyikut pelan lengan putrinya itu. "Oh, dan jangan lupa, ayah mertuamu, ha-ha!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Daddy-in-Law (TAMAT)
RomanceSebelum terkenal sebagai model, Tania telah lama menjadi sugar baby dari Gary Barlow, seorang pengusaha kaya raya yang memiliki banyak perusahaan yang bergerak di berbagai bidang. Sejak bercerai dengan Catherine, istrinya, Gary enggan menikah lagi d...