Caspian termenung di dalam lift. Ia tahu siapa yang baru saja berpapasan dnegannya tadi. Daniel.
Dalam hatinya, Caspian bertanya-tanya apakah Daniel tahu tentang hubungannya dengan Tania, sebab ia sama sekali tak pernah membicarakan itu dengan Tania.
Caspian berasumsi bahwa Daniel tahu, karena saat mereka berpapasan tadi, ia melihat pemuda itu memberikan tatapan seperti, kau sudah merebut kekasihku.
Ia menggeleng, menepis bayang-bayang Daniel. Barangkali asumsinya salah. Jika Daniel memang tahu, harusnya ia marah, kan? Mungkin ia bisa meluangkan waktu sejenak untuk melayangkan tinju di wajah Caspian atau semacamnya. Namun nyatanya, Daniel tak melakukan itu.
"Mungkin dia memang tidak tahu," gumam Caspian pada dirinya sendiri.
Pintu lift terbuka dan Caspian pun berjalan menyusuri lorong, menuju flat Tania. Ia sudah menyiapkan kata-kata untuk gadis itu. Di antaranya ada permohonan mahaf, setidaknya agar Caspian bisa berhenti merasa bersalah dan kembali menjalani harinya dengan tenang. Mungkin juga dengan begitu, ia akan bisa move on tanpa harus menjadikan orang lain sebagai pelarian.
Ia menekan bel flat itu dan beberapa saat kemudian, pintu terbuka dan semua kata-kata Caspian melayang begitu saja, lenyap dari kepalanya ketika ia melihat Zekey.
"Ingin menemui Tania, ya?" terka Zekey dengan senyum tipis. "Dia masih di luar, mungkin sebentar lagi akan kembali."
Caspian tak bisa berkata-kata. Ia hanya mampu memberikan anggukan samar sebagai pengganti dari baiklah, aku akan menunggu.
"Ayo masuk," ajak Zekey. Ia membuka pintu lebih lebar dan memberikan jalan untuk tamu itu. Lagi-lagi Caspian tak bicara. Ia melangkah masuk begitu saja dan saat tiba di dalam, dilihatnya Jonas tengah menikmati pizza yang aromanya kemana-mana.
"You okay, mate?" sapa Jonas yang hanya ditanggapi dengan anggukan singkat oleh Caspian. "Pizza?"
"Terima kasih, aku masih kenyang."
Beberapa menit sudah Caspian di sana dan Tania masih belum kembali. Sementara itu Jonas pada akhirnya memutuskan untuk kembali ke Barlow Castle, tak lupa membawa jaketnya yang kemarin tertinggal.
Hanya ada Caspian dan Zekey sekarang dan keduanya saling diam, membiarkan kecanggungan melilit mereka. Saat akhirnya terdengar pintu yang dibuka dan langkah kaki, Zekey lega karena Tania akhirnya kembali.
Tania terpaku melihat kehadiran Caspian di ruang tamu. Ia berdecak, nyaris terlalu keras hingga hampir terdengar. Bertemu Daniel saja sudah menguras energinya secara emosional, apa lagi kini ia harus menghadapi Caspian.
Ia melangkah mendekat dan Caspian pun langsung menoleh ketika ia mendengar suara langkah kaki Tania yang memakai sandal rumah.
"Apa yang kau inginkan?" Tania memandangnya dengan ekspresi datar.
"Jika kau tak keberatan, aku ingin bicara." Caspian menyimpan ponsel kembali ke dalam saku.
"Ya sudah, bicara saja," sahut Tania, masih dengan ekspresi datar.
"Hanya berdua."
Tania mengerling ke arah Zekey yang berdiri tak jauh dari mereka, tak bicara sejak tadi bahkan ia seolah tengah menahan napas.
"A-aku akan pergi-"
"Tidak," sela Tania sebelum Zekey selesai bicara. "Kau tidak akan kemana-mana. Caspian bisa bicara di sini sekarang atau dia tak perlu bicara sama sekali."
Mendengar itu, Caspian mengeraskan rahang, menahan kesal. Diliriknya Zekey sekilas sebelum melihat Tania kembali.
"Maafkan aku," ucap Caspian akhirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Daddy-in-Law (TAMAT)
RomanceSebelum terkenal sebagai model, Tania telah lama menjadi sugar baby dari Gary Barlow, seorang pengusaha kaya raya yang memiliki banyak perusahaan yang bergerak di berbagai bidang. Sejak bercerai dengan Catherine, istrinya, Gary enggan menikah lagi d...