Chapter 3: The Reality

10.8K 303 1
                                    

Daniel adalah putra Gary. Dia putra sugar daddy Tania.

"Jadi, Ayah ... ini adalah kejutan yang kubicarakan di telepon saat aku memintamu untuk hadir di sini," Daniel bercerita tanpa senyum terlepas dari wajahnya. "Gadis ini, Tania Walter, adalah kekasihku. Aku bermaksud mengenalkannya padamu."

Hanya dalam waktu beberapa detik Tania merasakan lututnya melemah. Secara spontan ia meraih lengan Daniel agar tak terjatuh.

"Kau baik-baik saja?" Daniel berbisik cemas. "Kau tidak mau bersalaman dengan ayahku?"

Tania masih memandang Gary, antara memastikan bahwa itu memang dia atau berharap penglihatannya salah. Tapi tidak, itu memang dia. Gary Barlow. Daniel sudah menyebutkan namanya. Gary balas memandang Tania dengan ekspresi yang tak pernah ia kenali sebelumnya. Apa itu? Apakah itu ekspresi terkejut? Marah? Tidak percaya?

Entahlah. Ekspresinya sulit ditebak.

Namun, tak lama kemudian ia tersenyum.

"It's nice to see you, Miss Tania Walter," Gary bersuara. Tania tertegun, tak pernah ia memanggil Tania seperti itu.

"Ayah, dia seorang model asal London yang terkenal! Aku sengaja tidak menceritakannya padamu karena, yah ... ini kejutan!"

Gary mengangguk dan lagi-lagi tersenyum sambil melihat perempuan di hadapannya. Tapi tentu saja, ada sesuatu yang berbeda di matanya.

"She's gorgeous, Dan." Gary melirik jam tangannya. "Oh, iya, Ayah harus menghadiri acara di London dalam tiga jam. Ayah akan berangkat sekarang, ya?"

"Tunggu, Ayah sudah akan pergi? Tapi Ayah bahkan baru saja tiba!" Daniel kelihatan bingung. Tania hanya berusaha mengalihkan pandangan dari Gary.

"Tapi Ayah sudah bertemu dengan Tania, kan? Itu artinya sudah selesai. Kau sudah memberikan kejutannya pada ayahmu ini." Gary tersenyum penuh arti lalu melangkah ke luar. "Sampai jumpa, Dan!"

"Ayah!" Daniel berteriak memanggil tapi Gary terus berlalu dan masuk ke mobilnya.

Daniel dan Tania terdiam selama beberapa saat sebelum akhirnya Daniel meraih tangan kekasihnya dan mereka duduk.

"Maafkan sikap ayahku, dia memang pria yang sangat sibuk dan hubungan kami sedikit kurang baik sejak aku memutuskan untuk pindah ke Paris bertahun-tahun lalu." Daniel menghela napas. "Atau mungkin lebih tepatnya, sejak dia meninggalkan kami."

"Tidak masalah," jawab Tania lirih.

"Kau tampak begitu pucat, apa kau sakit?" Daniel menatapnya cemas. "Jika kau lelah aku akan mengantarmu ke rumahku agar kau bisa beristirahat."

"Tidak, Dan. Aku baik-baik saja. Kurasa sebaiknya kau menyambut beberapa tamumu, aku akan tetap di sini." Tania mengusap tangannya.

"Maaf semuanya tidak berjalan seperti yang kita harapkan."

"Tidak sama sekali, ayahmu bahkan sudah sangat baik dengan menyempatkan diri untuk datang. Dia tampak begitu menyayangimu, ya?"

Daniel tersenyum lalu mengecup kening Tania. "Aku akan segera kembali." Ia pun beranjak untuk menemui para tamu yang datang.

Acara peresmian itu berjalan baik dan cukup banyak orang yang datang. Daniel bercerita pada Tania bahwa dia sendiri yang memulai bisnis ini dengan membuka toko baju kecil dan menerima pakaian hasil desain dari teman-temannya maupun membuat desainnya sendiri.

Namun Tania tak bisa terus fokus mendengar cerita Daniel sebab pikirannya masih terjebak dan berusaha mencerna apa yang baru saja dilihatnya, kenyataan yang harus ia hadapi. Gary Barlow adalah ayah kekasihnya.

Bagaimana ia bisa menjalani hubungan mereka ke depannya?

"Aku sedikit heran kenapa kau tak memajang satupun fotomu bersama ayahmu di rumah." Tania memberanikan diri bicara saat mereka sudah kembali ke rumahnya. Kenyataan ini begitu membuatnya marah. Marah pada Daniel mengapa ia tak pernah bercerita tentang ayahnya sedikit saja atau sekadar memperlihatkan fotonya, marah pada dirinya sendiri yang tak terpikir untuk memaksanya agar bercerita tentang ayahnya.

Tapi hei, lagipula apa bedanya? Jika Daniel memberitahu Tania sebelumnya, ia tetap akan terjebak pada situasi yang sama dan tak tahu harus melakukan apa. Ia dan Daniel sudah begitu saling mencintai, dan tujuan Daniel mempertemukan Tania dengan kedua orang tuanya adalah karena mereka berencana melanjutkan hubungan ini ke jenjang yang lebih serius.

Tinggal bersama dan menikah.

"Aku tidak terlalu ingin membahasnya." Daniel memandang Tania selama beberapa saat. "Menurutmu aku harus memajang fotonya di rumah ini?"

Tania menghela napas berat, enggan menjawab. Daniel sama sekali tak mengerti apa yang terjadi.

"Baiklah, tunggu sebentar." Daniel tiba-tiba pergi ke salah satu ruangan dan kembali dalam beberapa menit. "Ini dia, fotoku bersama ayah."

Daniel menunjukkan sebuah foto berbingkai berukuran kecil dengan potret Gary mengenakan setelan jas yang rapi seperti biasa, sedangkan Daniel mengenakan kemeja putih. Keduanya duduk di sebuah meja makan yang tampak seperti berada di sebuah restoran.

"Ini adalah saat aku merayakan kelulusanku dari SMA, dia datang sebentar dan kami sempat berfoto." Daniel berjalan menuju salah satu meja di sudut ruangan. "Aku akan memajangnya di sini, ok?"

Tania memandang foto itu. Gary dan Daniel, ayah dan anak lelakinya. Mereka punya senyuman yang sama serta mata yang juga sama.

Inilah kenyataannya, yang tak pernah terpikir oleh Tania sama sekali.

Sugar Daddy-in-Law (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang