"Kau akan tinggal di sini selama di London. Ini bukan keadaan darurat yang mengharuskanmu tinggal di lokasi yang dekat dengan rumah sakit seperti saat di Paris kemarin, jadi tidak perlu mencari hotel."
"Aku mengerti." Catherine mengangguk setelah mendengar penjelasan Gary.
"Kau bisa tinggal di kamar mana pun yang kau inginkan."
"Okay ...." Catherine mengangkat alis. "Sungguh?"
"Kecuali kamarku, tentu saja," lanjut Gary yang entah mengapa merasa perlu untuk memberi klarifikasi semacam itu. "Aku sarankan kau tidur di salah satu kamar tamu yang ada di lantai dua, semuanya baru saja dirapikan."
"Baiklah." Catherine bersiap menarik kopernya tetapi Gary lebih dulu memerintahkan Jonas untuk membantu.
"Terima kasih, Jonas." Catherine tersenyum padanya dan ia pun berlalu pergi. Catherine memandang sekeliling ruangan itu. Begitu luas dan hampir persis seperti kamar hotel bertipe suite yang beberapa waktu lalu ditempatinya saat di Paris.
Catherine memandang ke luar jendela dan melihat halaman samping rumah yang begitu luas dan hijau dengan beberapa gazebo kecil di sana serta pancuran besar di tengah-tengah halaman. Ditambah juga dengan bunga-bunga di berbagai sudut, melihatnya dari sini saja sudah membuat Catherine bahagia dan tenang.
Ia duduk di atas ranjang dan merasakan atmosfer yang jauh berbeda dari rumahnya, tetapi ia tahu ia menyukai atmosfer rumah ini, sebab ada Gary di dalamnya.
Rasanya seperti ... seperti ia berada di tempat yang seharusnya, tempat di mana ia dan Gary dapat melihat dan bicara dengan berhadapan langsung satu sama lain, sebuah tempat yang ia sebut rumah.
Dan selama bertahun-tahun ia telah kehilangan itu.
Catherine kembali ke lantai bawah, dilihatnya Gary duduk di sofa, membaca melalui kindle-nya.
"Hei, boleh aku duduk di sini?" Ia melirik sofa tempat Gary duduk masih menyisakan banyak ruang. Gary hanya mengangguk singkat tanpa melepaskan pandangan dari kindle. "Jonas sangat baik, dia ramah dan sopan. Kelihatannya dia seusia Daniel, ya?"
"Hanya beberapa tahun lebih tua dari Dan."
"Apa Jonas sudah lama menjadi sopirmu?"
Gary menggeleng dan pada akhirnya meletakkan kindle di tangannya, berakhir dengan menceritakan tentang Jonas.
"I have so much respect for that young lad," ucap Gary. Catherine mengangguk paham, memperhatikan Jonas yang berada di luar sedang mengobrol bersama seorang tukang kebun.
***
"London, here we are!" Daniel begitu bersemangat kala melangkah keluar dari pesawat. Ia merangkul Tania dengan erat. "Kita jadi menginap di flatmu, kan?"
"Yep," jawab Tania singkat.
Mereka menuju flat Tania. Daniel menyadari bahwa itu bukanlah flat yang sama dengan yang dulu pernah ia kunjungi saat pertama kali menginap di tempat Tania di London.
"Kau sudah pindah, ya?"
"Ya, aku tinggal di flat yang dulunya milik Rob. Dia memberikannya padaku sekarang." Tania hampir saja kelepasan menyebut bahwa flat lamanya sebenarnya adalah pemberian Gary yang sudah ditarik kembali olehnya.
Tania meraih kunci dari dalam tasnya, tapi kemudian ia terhenti. Ia baru ingat, Caspian pernah tinggal di flatnya dan itu artinya ... masih ada barang-barangnya di sana!
Ia panik, tidak jadi membuka pintu.
"Tania, apa kau keberatan? Aku harus ke kamar mandi." Daniel meringis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Daddy-in-Law (TAMAT)
RomanceSebelum terkenal sebagai model, Tania telah lama menjadi sugar baby dari Gary Barlow, seorang pengusaha kaya raya yang memiliki banyak perusahaan yang bergerak di berbagai bidang. Sejak bercerai dengan Catherine, istrinya, Gary enggan menikah lagi d...