Mereka berdua bangun saat jam menunjukkan lewat pukul sepuluh pagi. Badai tadi malam kelihatannya cukup buruk karena salah satu pohon yang berada tak jauh dari rumah Caspian tumbang. Beruntunglah tak ada rumah di dekatnya.
"Ah, pohon itu memang sudah tua," ujar Caspian sembari memandanginya dari depan pintu.
"Semua yang ada di sini sepertinya memang sudah tua, ya?" Tania mengangkat alis. Caspian lalu melihatnya dengan ekspresi datar.
"Memang."
"Tapi cuacanya kelihatannya akan cerah hari ini." Tania memperhatikan langit. Biru dan tak ada awan.
"Benar, waktu yang tepat untuk mengunjungi peternakan kuda Eric."
"Peternakan apa?" Tania mengerutkan dahi.
"Eric, teman lama ayahku. Di punya peternakan kuda yang tidak terlalu jauh dari sini. Ayo." Caspian meraih jaketnya dan bersiap mengunci pintu.
"Kita akan jalan kaki?"
"Tidak jauh, sih, tapi ya sudah kita naik sepeda motorku saja. Aku tahu kau hanya terbiasa berjalan di catwalk, kan?" ledeknya.
"Hei!"
Kali ini Caspian melajukan sepeda motornya dengan lambat, karena mereka juga tidak sedang berada di jalanan aspal yang besar dan sering kali ada hewan-hewan yang lewat untuk menyeberang secara tiba-tiba.
"Lazy days calling to you ... come out to play, the future lies with you ...." Lagi-lagi Tania mendengarkan musik melalui Airpod selama perjalanan. "Now you can be sure love is cure, what we're searching for is to have ... a jolly good time."
Mereka berhenti di sebuah halaman luas dan tampak beberapa ekor kuda dari kejauhan. Tania masih fokus dengan musik yang ia dengarkan dan hanya mengikuti langkah Caspian,
"Crazy days but you'll get me through ... and here I'll stay, holding on to you. Now you can be sure our thoughts unpure, will unlock the door and we will have ... a jolly good time."
"Tania!" Caspian menepuk pundak Tania dan memberi isyarat agar ia melepaskan Airpod dari telinganya. "Jangan terus begitu, ayo berkenalan dengan Eric."
Eric seorang pria yang berusia sekitar enam puluhan dengan berewok yang amat tebal dan tubuh yang agak gempal, mengingatkan Tania akan beberapa penyanyi country. Ia sangat ramah dan berbincang cukup lama dengan Caspian setelah Tania selesai berkenalan dengannya.
"It can happen in any season, we don't need any reason to sit around and wait ...." Tania berjalan dan melihat-lihat sekeliling, kembali dipakainya Airpod setelah agak jauh dari Caspian. "The world can change in a second, so I find the sunshine beckons me to open up the gate and dream ... and dream."
Tania mendapati seekor kuda cokelat yang amat cantik. Dia terlihat yang paling cantik di antara kuda-kuda lainnya.
"Ooh, itu Goldie. Kesayangan keluarga kami." Eric muncul di dekatnya. Tania langsung melepas Airpod dan Eric tampak begitu antusias bercerita lebih banyak tentang Goldie, "dia selalu mengikuti balap kuda dan selalu menang."
"Mengikuti balap kuda denganmu?" tanya Tania memastikan.
"Hahaha! Bukan, dengan putraku."
"Aah." Tania mengangguk paham.
"Kau mau mencoba naik kuda?" Caspian ternyata ada di belakangnya sejak tadi tanpa ia sadari. "Kau pernah naik kuda sebelumnya?"
Tania terdiam, pikirannya menerawang jauh. Kuda. Ia ingat satu hari saat Gary mengajaknya ke Meksiko, ia mengajak Tania berkuda di salah satu tempat paling terkenal di sana, tapi Tania menolak karena berkuda adalah olahraga yang tak pernah ia coba dan ia merasa takut.
Saat itu Gary tak memaksanya, jadi Gary tetap berkuda dan Tania hanya memperhatikan dari kejauhan.
"Hei!" Tepukan keras Caspian di punggung menyadarkan Tania dari lamunan. "Pernah tidak?"
"Uh, tidak." Ia menggeleng.
"Kalau begitu ayo coba!"
"Tidak mau."
"Ayolah, aku tahu kau mau." Caspian beralih pada Eric. "Eric, bisakah kau berikan kuda paling baik untuk yang paling pemula?"
"Tentu, kemarilah!" jawabnya dengan senang hati.
Pada akhirnya Tania dengan pasrah membiarkan Caspian memasangkan rompi dan helm padanya. Setelahnya Caspian menyuruh Tania agar mengganti sepatunya dengan sepasang boots yang telah disiapkan Eric.
Tania naik ke punggung kuda dengan sedikit takut. Tak lama kemudian Caspian juga ikut naik dan duduk di belakangnya, membuatnya heran.
"Kenapa kau ikut naik?"
"Oh, kau tak mau? Tak apa." Ia kembali turun. "Tadinya aku ingin memastikan agar kau tidak jatuh, tapi ya sudahlah."
"H-hei, b-bukan itu maksudku ...."
"Ya sudah, lupakan itu. Ayo kita berkeliling."
Ternyata tidak semenakutkan yang dibayangkan oleh Tania. Mereka hanya berjalan dan bukan berkuda sungguhan seperti yang pernah Tania lihat dilakukan oleh orang-orang yang ahli berkuda, jadi tidak terlalu buruk dan cukup menyenangkan.
Hampir seharian mereka berada di sana, berkeliling, memberi makan dan memandikan kuda, berfoto dengan gaya koboi dan makan es krim. Semua kesenangan itu membuat waktu terasa begitu singkat hingga tak terasa matahari mulai tenggelam.
"Bisakah hari-hari terbaik seperti tadi terulang kembali?" Tania mengencangkan helmnya.
"Tergantung." Caspian melirik Tania melalui spionnya. "Hari-hari terbaik itu ... kita sendiri yang menciptakannya."
Honda Fireblade Caspian melaju pelan di antara pepohonan dengan cahaya jingga dari mentari terbenam menyinari bak lampu sorot.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Daddy-in-Law (TAMAT)
RomanceSebelum terkenal sebagai model, Tania telah lama menjadi sugar baby dari Gary Barlow, seorang pengusaha kaya raya yang memiliki banyak perusahaan yang bergerak di berbagai bidang. Sejak bercerai dengan Catherine, istrinya, Gary enggan menikah lagi d...