Ellaine menyeka air matanya sekali lagi. Jika ia tak memaksa Rob untuk menceritakan tentang apa yang Rob ketahui soal hubungan Tania dan Gary, Ellaine mungkin tak akan merasa sepilu ini, tetapi apa yang kemarin malam diucapkan Rob di hadapannya, mengenai Gary yang menjadi sugar daddy Tania, membuat Ellaine tak bisa melepaskan pikirannya dari hal itu.
"Ini salahku," bisik Ellaine lirih.
"Dengar, aku tak menyalahkan Tania atas apa yang pernah dipilihnya, tapi aku juga tidak akan menyalahkanmu, apa lagi membiarkanmu menyalahkan dirimu sendiri." Rob menggenggam tangan istrinya. "Kau tahu? Tania kini sebenarnya terjebak dalam situasi yang rumit, tapi aku tahu dia akan bisa melaluinya."
"Kenapa aku merasa seperti kau lebih mengenal Tania dari pada aku, ibunya?" Ellaine mengerutkan dahi. "Aku merasa telah menjadi ibu yang buruk."
"Tidak." Rob menggeleng. "Kau tahu aku mencintai Tania seperti putriku sendiri, kan? Aku punya satu permintaan, ini tentang Tania dan demi kebaikannya."
Ellaine mengerutkan dahi sekali lagi, nada Rob terdengar begitu serius.
"Yang harus kau lakukan hanyalah percaya padaku."
"Aku selalu percaya padamu," balas Ellaine.
***
Gary menghabiskan seharian penuh dengan hanya berdiam diri di dalam rumah. Sementara Catherine yang masih belum kembali ke Munich menghabiskan waktu di mansion besar itu dengan mengobrol dengan semua orang yang ditemuinya. Tukang kebun, koki, atau Jonas. Ia juga membuat beberapa camilan kecil di dapur lalu menawarkannya pada Gary yang sering kali ditolak secara halus tetapi pada akhirnya dimakan juga olehnya.
Keduanya tidak terlalu banyak terlibat percakapan. Bahkan ketika malam tiba, Gary hanya langsung pergi ke kamarnya tanpa mengatakan apa pun pada Catherine.
"Apa kondisi wajahmu sudah membaik?" tanya Catherine keesokan paginya. Gary tampak sudah rapi dengan jasnya.
"Lumayan," jawab Gary, "aku menutupi lebamnya dengan riasan."
"Kau sudah ahli menyamarkan luka lebam, huh? Kau harus berterima kasih pada Daniel juga," gurau Catherine yang kemudian diikuti tawa. Namun Gary langsung menatapnya tanpa ekspresi dan itu menghentikan tawanya.
"Aku akan ke kantor hari ini, ada pertemuan penting." Gary merapikan dasinya sekali lagi.
"Oh, sebelum kau pergi, aku hanya ingin memberitahumu, aku akan kembali ke Munich malam ini."
"Apa??" Gary tampak terkejut yang terkesan sebagai reaksi aneh bagi Catherine. "Kenapa buru-buru?"
"Well, bukankah aku hanya datang untuk memenuhi undangan pesta darimu? Tak ada lagi yang bisa kulakukan." Catherine mengedikkan bahu.
"Ayolah, ada banyak hal yang bisa kau lakukan. Kenapa kau tak jalan-jalan lagi dan tinggal di sini lebih lama?"
Catherine mengangkat alis. Apa Gary sungguh baru saja memintanya untuk tinggal lebih lama?
"Aku ... ingin menemani muridku saat dia mengikuti audisi kontes memasak besok, selain itu kelas memasakku juga tak bisa ditinggal lebih lama."
"Hei, muridmu bisa pergi ke audisi itu dengan keluarganya dan kelas memasakmu akan baik-baik saja. Kau tidak perlu kembali ke Munich malam ini." Gary bersikeras.
"Tapi aku sudah memesan tiket-"
"Batalkan saja. Mudah, kan?" sela Gary kemudian bergegas pergi.
Catherine menggeleng tak mengerti sembari memandangi langkah Gary. Mantan suaminya itu sungguh membingungkan. Catherine sebenarnya berniat pulang kemarin, tetapi karena melihat kondisi Gary yang masih parah, ia memutuskan untuk tinggal satu hari lagi. Namun kini, Gary sudah membaik dan untuk apa ia di sini lebih lama?
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Daddy-in-Law (TAMAT)
RomanceSebelum terkenal sebagai model, Tania telah lama menjadi sugar baby dari Gary Barlow, seorang pengusaha kaya raya yang memiliki banyak perusahaan yang bergerak di berbagai bidang. Sejak bercerai dengan Catherine, istrinya, Gary enggan menikah lagi d...