“Readers kenapa pada sombong yak? Gak ada yang komen. Huh.”
Kesamaan tokoh dan yang lain adalah unsur tidak sengaja.
💦
“Mama!” Cleo berlari kecil menghampiri Samantha yang sibuk memilih susu bubuk untuk si bungsu. Ia menarik-narik celana kulot mamanya dan sedikit merengek. “Aku mau ini,” ujarnya sambil menunjukkan mobil mainan berukuran enam puluh sentimeter yang dilengkapi dengan remote control.
Samantha menunduk, melihat objek yang dibawa Cleo untuk sesaat, kemudian duduk berjongkok, berhadapan dengan si kecil. “Mobil lagi?” tanyanya seraya menghela napas berat. Cleo mengangguk dua kali. “Kan, kemarin Papa udah belikan Cleo mobil-mobilan. Nanti, kalau udah rusak, beli lagi.”
“Tapi ....” Mata abu Cleo berkaca-kaca, tangan mungilnya menggenggam mobil dalam kardus dengan mika transparan. “Aku pengin ini.”
“Cleo, sekarang Mama lagi belum ada uang. Ini mama harus beli susu buat adek. Nanti kalau Mama punya uang, Mama belikan mobil-mobilan ini,” jawab Samantha. Jiwa keibuannya menangis karena tak bisa membelikan apa yang diinginkan si buah hati. Ia kembali teringat dulu orang tuanya selalu memanjakan dan membelikannya apa pun. Tapi, sekarang ia tak bisa melakukan hal yang sama pada Cleo.
Cleo menunduk, mungkin saja matanya sudah berair. Tapi, ia berusaha setenang mungkin untuk tidak menangis. Dengan berat hati, ia berbalik menuju rak yang ada di seberang lorong untuk mengembalikan mainan itu. Namun, baru dua langkah, sebuah suara menginterupsi keduanya.
“Cleo,” sapaan lembut berasal dari mulut seorang gadis yang sangat familier. Samantha menoleh, lantas ia berdiri dan merapikan bajunya yang kusut. “Hai, Kak Sam!” sapanya lagi, sambil melambaikan tangan.
Samantha tersenyum tipis seraya menghampiri sumber suara. “Tante?” sapanya dengan sopan. Ia menyalami Sindy, namun sedetik kemudian tubuhnya direngkuh oleh wanita itu. “Tante sehat, kan?”
Sindy melepas dekapannya, mengamati Samantha dari ujung rambut hingga ujung kaki. Sorot matanya tampak sendu, kedua tangannya menyentuh lengan si menantu yang terbalut sweater rajut biru muda. “Kok Tante, sih? Panggil Mama dong.”
“Eh iya, Mama.” Samantha tersenyum kikuk dan beralih pada Cleo yang masih mematung di dekatnya. “Cleo, salam sama Nenek dan Tante Lala,” titahnya. Cleo menurut, menyalami kedua wanita itu dengan ekspresi bingung.
“Sam, Mama mau bicara sama kamu, boleh?” pinta Sindy. Samantha mengerutkan kening, kemudian mengangguk pelan. “La, temani Cleo dulu, ya. Mama mau bicara penting sama Kak Sam,” lanjutnya. Lala mengangguk paham, kemudian meraih tangan Cleo dan mulai membuka obrolan ringan dengan bocah itu.
Sedangkan Sindy menggiring Samantha menuju food court di dekat pusat perbelanjaan. Keduanya duduk berhadapan. Wanita yang mengenakan dress selutut motif bunga-bunga itu tampak bahagia bertemu Samantha, juga cucunya yang sudah lama tak ia lihat. “Gimana kabarmu, Nak?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Bahtera, Satu Cinta • Trilogy Of Sadewa (COMPLETED)
Romance[FOLLOW SEBELUM BACA] Baca Sadewa & Samantha dulu!! Genre: Romance - Dewasa | 21+ "Gue cuma pengin melampiaskan kangen ke lo, wajah yang selama ini gak bisa gue lupain." Sadewa hendak meraih tengkuk Samantha, namun ditepis. "Kalo waktu bisa diputar...