"Tau apa yang aku impikan? Cerita ini bisa dibaca jutaan kali dan dikenal banyak orang. Bantu aku untuk mewujudkan itu yuk 😭." - Max.
💦
"Kok baru pulang?" Suara berat menginterupsi, sukses membuat Samantha terkejut setengah mati. David menghampiri sang istri yang diam-diam menyelinap masuk ke rumah, lalu melirik jam dinding yang menunjukkan pukul sepuluh malam.
Samantha tertunduk, sibuk merapikan helaian rambutnya. Ia gugup, tak mungkin bicara yang sebenarnya atau David marah besar. "Aku lembur, banyak kerjaan rekap penjualan hari ini," ucapnya dengan lirih. Ia terpaksa bohong, iya ... bohong demi kebaikkan. Bukankah itu diperbolehkan?
David mengamati Samantha dari atas sampai bawah, kemudian mendesah berat. Lelaki yang memakai kaos oblong dan celana selutut itu menyentuh bahu Samantha dan menatapnya dengan hangat. "Besok aku anter jemput kamu aja, ya. Aku gak mau kamu kenapa-napa kalau pulang malem kayak gini. Bahaya."
Refleks, Samantha mendongak, lalu menaikkan satu alisnya. Ia menatap David dengan heran, sepertinya lelaki itu tak curiga dengan alasan yang diberikannya. Lantas, ia mengangguk sekali, pertanda setuju dengan ide David. Dengan begitu, lelaki brengsek yang telah mencumbunya tadi, tak punya kesempatan lagi untuk mendekatinya.
"Aku mau mandi. Gerah banget," ujar Samantha seraya meletakkan tas dan plastik hitam di meja ruang tamu. Ia bergegas membuka pintu kamar dengan pelan, takut membangunkan si kecil, lalu beralih membuka lemari, mengambil pakaian dan kembali keluar menuju kamar mandi yang berada di dekat dapur.
Sembari menunggu sang istri, David menonton film layar lebar bergenre Science Fiction. Penciumannya sempat tergoda dengan bau harum yang menguar dari balik plastik itu, membuat perutnya seketika keroncongan. Hanya sepuluh menit, Samantha kembali dengan rambut basah ditutupi handuk kecil. Wanita dengan piyama pink itu membawa dua piring dan sendok, lalu mengeluarkan dua bungkus makanan dari plastik yang dibawanya untuk diletakkan di masing-masing piring itu.
"Tadi aku beli nasi goreng di dekat sini, dari baunya sih kayaknya enak banget," ujar Samantha seraya mengaduk nasi goreng telur mata sapi dan kubis yang tampak segar. David langsung menyambar nasi miliknya dan menyantapnya dengan lahap. "Enak?" tanyanya. David mengangguk sembari menggigit kerupuk.
Senyum tipis terulas di bibir Samantha, tangannya masih mengaduk nasi goreng itu sambil sesekali ia tiup. Uap hangat menerpa wajah mulus Samantha, sekaligus aroma harum dari minyak yang digunakan untuk menggoreng nasi tersebut. "Sebenarnya aku mau beli satu porsi lagi untuk Bi Rini, tapi aku tau pasti bibi udah tidur," ucapnya sembari mengunyah satu suap dan menatap tayangan film berjudul The Hunger Games.
"Aku gak bayangin kalo misal gak ada Bi Rini, siapa yang bakal jagain Freya saat kita kerja," gumam Samantha. Helaan napas berat diembuskan, rasa laparnya seakan sirna jika kembali teringat dengan masalah pelik yang menghampiri keluarganya.
Untung saja, Bi Rini masih mau bekerja dengannya, tanpa mengharap imbalan dengan jumlah besar. Kata beliau, "Saya sudah lama bekerja dengan Tuan Reno dan Nyonya Fina. Mereka sering menolong saya jika saya mengalami kesulitan. Maka dari itu, saya siap kembali mengabdi pada keluarga Non Samantha, anggap saja sebagai bentuk rasa terima kasih saya kepada Tuan dan Nyonya. Non Samantha gak perlu pusing memikirkan bayaran, saya ikhlas bekerja di sini, membantu menjaga Non Freya, Tuan muda Cleo dan mengurus rumah."
David tersenyum mendengar curahan hati Samantha, lantas ia letakkan piringnya di meja dan mengubah posisi duduknya menjadi berhadapan dengan wanita itu. "Di balik kesulitan, akan selalu ada jalan keluar. Di balik musibah, ada seseorang yang mengulurkan tangannya untuk membantu kita. Bi Rini salah satunya."
Samantha mengangguk. Nasi goreng yang dipesannya cukup pedas, hingga membuatnya beberapa kali terbatuk. Dengan sigap, David langsung menuangkan air putih dari teko plastik yang sebelumnya telah disiapkan Samantha, lalu menyerahkan minuman itu pada si istri seraya menepuk-nepuk punggungnya. "Lain kali, kalo makan jangan sambil ngomong."
Samantha menenggaknya sampai habis, kini batuknya berangsur-angsur hilang, meskipun tenggorokannya masih terasa gatal. "Aku lagi pengin makan yang pedes-pedes. Rasanya kayak nyidam, makanya aku pesen level tujuh."
"Hah?" David terbelalak, lalu menggeleng pelan dan kembali menyantap nasinya. "Nyidam? Emang kamu hamil lagi?"
"Uhuk ... uhuk!" Samantha tersedak mendengar pertanyaan David, ia menoleh menatap lelaki itu dengan sinis. "Sakit melahirkan kemarin aja masih terasa, kok hamil lagi. Gak sanggup aku tuuuh!" dumelnya seraya memajukan bibir.
David menatap Samantha dengan gemas sambil terkekeh geli. "Yah, siapa tau kan, hasil usaha yang kemarin ternyata jadi-"
"Dave!"
"Iya iyaaa." David mengusap puncak kepala Samantha sembari tersenyum simpul. "Istri aku meski udah beranak dua, tapi kelakuan masih kayak anak-anak, ya?"
Kontan, helaan napas berat diembuskan dari mulut Samantha, bersamaan dengan diletakkannya piring itu di atas meja. Ia menatap iris hazel David dengan puppy eyes. "Tapi, kamu masih sayang aku, kan?"
Senyum miring menunjukkan beberapa deret gigi putih David. Ibu jarinya mengusap minyak yang menempel di bibir Samantha, lantas ia berucap, "David Addison akan selalu sayang sama Abigail Samantha."
Ucapan David berhasil membuat Samantha bersemu. Ia langsung berhambur memeluk lelaki itu dengan erat seraya mendongak menatap wajahnya. "Abigail Samantha cintanya cuma sama David."
"Hahaha! Ah masa?"
Samantha mengernyit, kemudian melepas dekapannya dan menatap David dengan keheranan. "Gak percaya?" tanyanya. David mengangguk sambil mengetuk-ngetuk bibirnya beberapa kali. Seakan paham dengan maksud David, lantas Samantha mendekat, terus mendekat, membuat David refleks memejamkan mata.
Beberapa detik berlalu, masih belum ada pergerakkan. David pun membuka matanya, dan sedetik kemudian ia melotot ketika pipinya tiba-tiba digigit oleh Samantha, cukup kuat, hingga membuatnya mengaduh kesakitan. Si pelaku pun tertawa cengengesan.
Kesal karena dipermainkan, dalam satu gerakkan, kini posisi berbanding terbalik. Samantha berada di bawah David, keduanya saling bertukar pandang. Lelaki berambut agak gondrong itu mendaratkan ciuman singkat di kening sang istri, lalu berucap, "Aku bahagia punya kamu, wanita terhebat dan terkuat yang pernah aku temui semasa hidupku. Jangan pernah berpaling dariku, ya?"
💦
A/N: Biar adil, aku kasih scene uwu Samantha - David 😙 sampai sejauh ini, pada bisa nebak gak, ending-nya bakal gimana? 😂
.
Published: 16 Maret 2021
Love,
Max
Klik 🌟, ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Bahtera, Satu Cinta • Trilogy Of Sadewa (COMPLETED)
Romansa[FOLLOW SEBELUM BACA] Baca Sadewa & Samantha dulu!! Genre: Romance - Dewasa | 21+ "Gue cuma pengin melampiaskan kangen ke lo, wajah yang selama ini gak bisa gue lupain." Sadewa hendak meraih tengkuk Samantha, namun ditepis. "Kalo waktu bisa diputar...