"Bahagia itu sederhana, asal ada kasih sayang, serta dicintai seseorang dengan sepenuh hati. Itu udah lebih dari cukup." - Samantha.
💦
"Sayaaang! Pegangan, yaaa! Valentino David mau ngebut nih!" Suara teriakan David mengalun di udara, memecah keheningan di petang hari. Motor matic yang dikendarainya melaju di kecepatan enam puluh kilometer per jam, membuat si penumpang harus mengeratkan pegangan di perutnya.
"Pelan-pelaaan! Helm aku mau terbang!" Samantha mendumel sambil memukuli punggung David beberapa kali. Namun, laju motor masih tak berkurang, dan justru semakin dipercepat oleh pengemudinya. "David! Pelan-pelaaan! Aku takuuut!"
David terkekeh melihat ekspresi ketakutan Samantha yang terpantul di spion bagian kiri. Tangan kanannya melepas gas, membiarkan roda itu berputar di sisa kecepatan seraya menyusuri jalanan kota. Angin berembus kencang, suara adzan Maghrib terdengar bersahutan.
Sementara Samantha menunduk, tangannya yang melingkar di perut David terasa kaku. Ia takut sekali, traumanya mengenai kejadian naas beberapa tahun lalu kembali berputar di ingatan. Jantungnya berdegup kencang, dalam hati ia terus berdoa agar diberi keselamatan sampai tempat tujuan.
Cardigan hitamnya melayang-layang, mengikuti ke arah mana angin berembus. Samantha bersumpah, setelah ini ia akan membuat peringatan untuk David karena telah membuatnya ketakutan setengah mati.
"Sam!" David berteriak dengan suara meninggi. Namun, ucapannya tak digubris. Lantas, ia berbalik dan menyentuh lengan wanita itu sambil menggerakkannya perlahan. "Kita udah sampai, dari tadi aku suruh kamu turun, tapi diem aja. Kamu kenapa?"
Samantha mendongak secara perlahan, wajahnya pasi. Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling. Rumah yang dihuni kini berada tepat di depan matanya. Ia turun dari motor, namun sedikit oleng. Dengan cepat, David langsung menahan tangannya, dan membantunya duduk di kursi tamu, teras depan rumah.
Masih diam seribu bahasa, membuat David khawatir. Ia melepas helm Samantha, lalu diletakkan di spion motor dan kembali menghampiri. Ia duduk berjongkok di depan Samantha seraya menggamit kedua tangan si istri dan meniupnya beberapa kali. Sepasang tangan itu terasa sedingin es.
Butuh waktu sekitar lima menit sampai Samantha tenang. Pandangannya mulai fokus pada David yang masih berusaha menenangkannya. "Jangan kebut-kebutan lagi, ya. Aku takut."
David mendongak, lalu bangkit dan mendekap tubuh Samantha. Ia mengusap punggung wanita itu beberapa kali, seraya berkata, "Maafin aku, udah ngelakuin hal bodoh yang bisa bahayain nyawa kamu."
Samantha mengangguk, hidungnya menikmati aroma yang menguar dari tubuh David. Sedetik kemudian, sesuatu menarik perhatiannya. Ia menunjuk objek yang terpakir di dekat motor Honda Vario hitamnya. "Itu motor siapa?"
David melepas dekapan dan mengalihkan pandangan pada objek yang dimaksud Samantha. Motor matic berwarna biru putih dengan model seperti Garry di kartun Spongebob Squarepants. Diraihnya tangan Samantha, lalu dituntunnya wanita itu untuk menghampiri objek yang baru saja dibelinya. "My special gift for you."
Samantha terbelalak. Tangan kanannya bergerak menutup mulutnya yang refleks menganga. Mata hitamnya menatap mata hazel milik David, dari isyarat itulah ia dapat mengetahui jika motor ini memang benar-benar miliknya.
"Suka?"
"Banget!" Samantha mengangguk beberapa kali, kemudian memeluk David dengan erat. "Makasih!"
"Mulai sekarang, kamu bisa berangkat kerja naik motor ini, dan gak perlu naik angkutan umum lagi. Kamu juga gak harus nungguin aku pulang dari kantor, kalo misalkan aku harus lembur," ujar David. Ia mengusap lembut rambut Samantha yang berantakan akibat helm dan embusan angin. "Aku janji, bakal balikin kehidupanmu seperti dulu lagi, supaya kamu bisa hidup dengan layak."
Dekapan itu terlepas. Samantha menatap David lekat-lekat. "Kenapa cuma kamu yang berusaha, kalau kita berdua bisa ngelakuin itu bersama-sama?" sahutnya, diselingi senyum manis yang lebar. "Aku bakal bantu bayar biaya cicilan tiap bulannya."
"No. Itu tanggung jawabku sebagai suami; memenuhi kebutuhan istri dan anak. Gaji kamu untuk kebutuhanmu aja," jawab David. Tak ada penolakkan dari Samantha, keduanya saling berpandangan. Jarak tipis, memberi isyarat keduanya untuk saling menumpahkan kegembiraan. Namun, saat kedua benda kenyal itu hendak bertemu, tiba-tiba saja ....
"Pak David! Jangan lupa, ya! Jam tujuh malam kita ada arisan di rumah Pak Fauzi!" sahut Pak Imron, tetangga yang rumahnya dua blok dari rumah David. Lelaki berusia tiga puluh tahun itu baru saja balik dari masjid untuk menunaikan ibadah solat Maghrib, dan tak sengaja menangkap pemandangan romantis tetangganya yang menurutnya sangat tabu untuk diumbar di publik.
Refleks, Samantha dan David langsung menjauhkan diri. Samantha buru-buru masuk ke rumah, sebelum itu ia sempat menunduk dan memberi salam. Sementara David terkekeh melihat ekspresi Pak Imron dan Pak Syaifuddin yang menggodanya.
"Dilanjut nanti aja, Pak!" sahut Pak Syaifuddin. "Mumpung malam Jum'at!"
"Hahaha! Pak Udin kali, yang mau minta jatah istri," ujar David menimpali. Ketiganya terkekeh bersamaan, usai basa-basi untuk sesaat, David pamit masuk ke rumah, begitu juga dengan Pak Imron dan Pak Syaifuddin yang melanjutkan perjalanan kembali ke rumah masing-masing.
💦
A/N: Lucu banget gak, sih? Aku jadi nge-ship David sama Samantha 😂😂 Oh, iya. Kalau aku mulai jarang update, jarang khawatir. Aku bakal bayar utang dengan update beberapa chapter sekaligus.
Enjoy! Jangan lupa, bantu share dan promosi cerita Sadewa, ya! 😚
.
Published: 27 Maret 2021
Love,
Max
Klik 🌟, ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Bahtera, Satu Cinta • Trilogy Of Sadewa (COMPLETED)
Romance[FOLLOW SEBELUM BACA] Baca Sadewa & Samantha dulu!! Genre: Romance - Dewasa | 21+ "Gue cuma pengin melampiaskan kangen ke lo, wajah yang selama ini gak bisa gue lupain." Sadewa hendak meraih tengkuk Samantha, namun ditepis. "Kalo waktu bisa diputar...