02. Pretty Eyes 👀

2.2K 144 62
                                    

Males ah. Giliran bikin trilogi, pada siders semua 😭

💦

"Yay! Udah sampai!" Chloe berteriak kegirangan sambil bertepuk tangan, wajahnya berseri-seri dengan deretan gigi susu putih yang terawat, juga iris abunya terlihat mirip sekali dengan milik Sadewa. Ia menoleh ke belakang, mengamati Gadis yang sedang bersiap membawakan kebutuhannya selama satu hari bersekolah; bekal, susu dan P3K untuk berjaga-jaga.

Sadewa tersenyum simpul melihat kelakuan sang anak yang mirip dengannya, selalu siap menjalani hari baru dengan semangat menggelora. Iya, dulu Sadewa semangat karena niatnya hanya untuk bertemu mantan kekasih. Ah, teringat masa lalu lagi, kan!

Sadewa turun dari mobil, membukakan pintu bagian kiri, melepas seatbelt Chloe dan menggendongnya. Ia melangkah dengan tegap saat memasuki kawasan Taman Kanak-Kanak Bakti Mulia, lalu menurunkan sang anak, dan berkata pada Gadis untuk selalu mengawasi segala tindak tanduk Chloe. Ia tak ingin, putri kecilnya mewarisi peringainya yang kerap berbuat onar. Oleh karena itu, Sadewa dan Rachel berusaha mendidik Chloe dengan sebaik mungkin, agar kesalahan yang pernah dilakukan keduanya, tidak terulang kembali pada si buah hati.

Kini, jam menunjukkan pukul tujuh pagi. Saatnya para murid berkumpul di halaman sekolah yang cukup luas menampung banyak orang. Di sisi kiri terdapat arena bermain, dengan satu gedung utama berbentuk letter U bercat biru putih yang merupakan salah satu sekolah ternama di kalangannya.

Sadewa memutuskan Chloe bersekolah di sini, karena ia ingin anaknya mendapatkan pendidikan yang layak sejak dini, tidak hanya bermain saja di rumah. Ia ingin Chloe tumbuh dan berkembang menjadi sosok yang pintar, seperti ... kalian tau, kan?

Chloe sudah bergabung bersama teman-temannya, sementara Gadis bergabung dengan para pengasuh lainnya, juga ibu-ibu yang mengantarkan putra dan putri mereka. Memang bukan jadwalnya berolah raga, namun setiap pagi, ibu kepala sekolah membuat agenda untuk melakukan pemanasan ringan, supaya murid didiknya dapat menjalani hari dengan tubuh yang bugar dan sukacita.

Sebelum pergi ke kantor, Sadewa sempat melihat Chloe yang aktif bergerak ke sana kemari, mengikuti irama bapak guru yang melakukan senam kecil. Sepasang kaki mungil yang dibalut sneakers putih, terlihat lincah sekali. Chloe berjingkrak-jingkrak sambil terus terbahak, bergurau dengan teman di sebelahnya; Putri Ananta.

"Tuhan, terima kasih telah menitipkan anugrah terindah dalam hidupku." Sadewa bergumam, senyum simpul terukir di bibirnya. Ia memutuskan pergi, namun ketika berbalik, matanya menangkap pemandangan yang begitu membuat darahnya berdesir.

Terlihat seorang wanita turun dari ojek online berjaket ungu, seperti meminta pada driver tua berkumis uban dengan motor bebek yang dimakan usia. Bapak itu mengangguk, rela menunggu si penumpang untuk mengantarkan sang buah hati lebih dulu.

"Maaf sayang, gara-gara Mama, kamu jadi telat," ujar wanita itu sembari memakaikan ransel hitam di punggung anaknya.

Bocah lelaki berusia lima tahun dengan rambut acak-acakan lantas tersenyum lebar, ia menyentuh kedua pundak sang mama seraya berkata, "It's okay, Mom."

Wanita itu tersenyum, lalu mengusap kepala anaknya dengan perasaan bangga memiliki anak sepengertian dia. "Gih, masuk. Cleo gak papa kan, kalo Mama tinggal?" tanyanya. Cleo mengangguk dua kali, pertanda ia tak masalah jika tak ditemani, lantas ia mencium pipi mamanya dan memberikan pelukkan hangat, sebelum akhirnya berlari memasuki sekolah dan bergabung dengan teman-temannya.

"Sam?" Sadewa bergumam ketika melihat pemandangan itu, hatinya sesak. Ingin sekali berhambur memeluknya dan juga sang buah hati. Namun, keadaan tidak mengizinkannya untuk berbuat seperti itu. Ia pasrah, menanti takdir Tuhan seperti apa jalannya.

Seketika, Sadewa menegang saat manik abunya bertukar pandang dengan manik hitam di seberang sana. Ia ingin menghampiri, namun gadis itu buru-buru berbalik dan kembali menaiki ojeknya untuk segera pergi dari situ.

Sadewa menghela napas berat, wanita yang pernah menjalin kasih bersamanya semasa masa SMA itu, terlihat sangat berbeda. Tubuh kurus, mata sayu, cara berpakaian, dan kenapa Samantha pergi menggunakan ojek? David ke mana? Kendaraan pribadinya mana? Banyak hal yang dipertanyakannya saat ini.

Desahan berat kembali lolos dari mulut Sadewa, pandangannya menatap nanar ke arah jalanan yang mulai padat. Ia tersenyum getir seraya bergumam, "Meskipun gue cuma bisa lihat lo dari jauh, gue udah bersyukur, karena Tuhan kembali mempertemukan kita. Semoga lo selalu bahagia, Sam."

💦

A/N: Menurut kalian, apakah Sadewa The Series layak mendapatkan jutaan kali baca dari reders?

.

Published: 4 Maret 2021

Love,

Max

Klik 🌟, ya!

Dua Bahtera, Satu Cinta • Trilogy Of Sadewa (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang