55. Alive 💐

789 76 35
                                    

"Tersisa beberapa chapter, bisa kali ... komen yang bikin semangat." - R

Kejadian dua jam lalu serasa mimpi buruk yang diharap lekas berakhir. Sayangnya ... manik abu itu terus terjaga dan apa yang dialami adalah nyata, bahwa sang istri kini berada dalam pengawasan aparat.

"Dad?" Chloe yang kelelahan akibat menangis, akhirnya tertidur di pangkuan papanya. Tangan mungilnya mungusap wajah seraya mengerjapkan mata yang terasa berat dan sembab.

Sadewa menunduk, tersenyum tipis sambil mengusap kepala anaknya dengan penuh kasih sayang. "Ya, sayang?"

"Mommy udah pulang?"

Hening, Sadewa menghentikan usapan itu. Keduanya bertukar pandang, Chloe beringsut duduk di sebelah Sadewa dan menatapnya dengan ekspresi lugu. Perutnya yang sedari pagi dibiarkan kosong, tak dihiraukan, yang terpenting ia bisa mengetahui keadaan mamanya saat ini. "Dad?"

Sadewa terkesiap saat Chloe mencubit pelan lengannya, lantas ia tersenyum sambil mendekap sang anak dan menciumi rambut hitam pekat yang sangat mirip dengan milik istrinya. "Mommy akan segera pulang, sayang."

Chloe mengangguk, merasakan kehangatan dekapan papanya yang sudah lama tak didapat. Maklum, lelaki itu sangat sibuk, tak punya waktu untuk sekadar bergurau dengannya.

Seketika, dering telepon memecah keheningan. Sadewa mengambil ponsel di atas meja, kemudian satu alisnya terangkat ketika membaca nama penelepon. "Ya, Bik?"

"Mas, non Samantha udah sadar."

Sontak, Sadewa melepas dekapannya dan bangkit dari duduk. Jantungnya berdebar mendapat informasi itu. "Bik, beneran dia sadar?"

"Iya, Mas," jawab Bik Ririn di seberang, hendak melanjutkan ucapan, namun sebuah suara menginterupsi.

"Bik ...."

Sadewa tercekat. Ia mengenal betul suara itu. Rupanya, Samantha berhasil melewati masa kritisnya. Kontan, Sadewa memutus sambungan telepon itu dan mengetik pesan yang ditujukan kepada teman-teman di group chat.

"Chloe, ikut Daddy, yuk?" Sadewa menggendong Chloe, lalu mengendarai mobil hitam itu dengan kecepatan lumayan tinggi, merasa tidak sabar melihat kondisi sang mantan.

Sepanjang perjalanan, Chloe terus diam, menerka, ke mana sang papa membawanya, apakah sebentar lagi ia akan bertemu dengan mommy?

Sesampainya di rumah sakit, keduanya menyusuri koridor yang dipenuhi pengunjung dan pasien. Mereka tak sengaja berpapasan dengan Awan, Senja dan Romeo yang juga secepat kilat datang ke lokasi, setelah mendapat kabar jika Samantha telah sadar.

Pintu didorong perlahan, Sadewa memasuki ruangan dengan gugup. Manik abunya menangkap sosok yang sedari kemarin membuatnya khawatir. Lantas, ia menurunkan Chloe dari gendongan, dan segera menghampiri wanita itu. Dalam satu gerakkan, ia dekap tubuh lemah itu seraya mengecupi puncak kepalanya.

"Thank God!" ucap Sadewa beberapa kali, beralih menatap mata yang sorotnya terlihat sayu. "Sam?"

"Hei ...." Samantha kesulitan berbicara, karena tenggorokannya terasa kering, sudah lama tak dibasahi oleh air. "Dewa ...."

"Chloe?" Cleo menyapa saat melihat Chloe menghampiri dan duduk di sebelahnya. Ia pandangi wajah cantik nan menggemaskan dengan hidung memerah akibat terus menangis.

Chloe hanya diam, meluruskan kakinya yang terbalut legging putih, kemudian menyandarkan kepala di bahu Cleo, dan mengamati sang papa yang kini berada dalam dekapan wanita lain. Perasaannya sedih, ia pikir akan bertemu dengan mamanya, tetapi papanya justru mengajaknya ke tempat lain.

"Sam, akhirnya lo sadar." Romeo mendekat, duduk di bibir ranjang seraya mengusap punggung tangan Samantha. Sadewa pun melepas dekapannya dan membiarkan teman-temannya secara bergantian mencurahkan kebahagiaan atas kembalinya Samantha.

"Kita semua khawatir sama lo," ucap Senja sambil memeluk Samantha. Meskipun lelaki itu sangat kental dengan cap barbar, namun hal seperti ini berhasil membuatnya mleyot.

"Welcome back, Sam." Kini giliran Awan memeluk Samantha, mengecup rambut wanita itu, menyalurkan rasa sayang dan perhatian padanya. Baginya, seluruh anggota The Monsters dan The Angels adalah saudara, kecuali Vanilla, yang ia harap masih ada masa depan bersama wanita pecinta kopi itu.

Samantha terharu, setetes air mata jatuh di ekor matanya. Ia tak menyangka, teman-temannya masih menyempatkan hadir di sini, hanya untuk menjenguknya.

"Sam!" Suara nyaring yang khas milik siapa lagi kalau bukan Qiana sukses membuat semua orang terkejut. Wanita bertubuh sekal dengan rambut curly di bagian ujungnya berhambur memeluk si pasien. "Oh my god, gue seneng banget bisa ketemu lo lagi!"

"Hai, Qi." Samantha menyapa dan membalas dekapan itu dengan mengusap punggung Qiana. Lantas, pandangannya beralih pada satu temannya lagi yang sampai saat ini masih sering berhubungan dengannya. "Vanilla?"

Vanilla meletakkan sebuket bunga yang terdiri dari berbagai jenis, dan berwarna-warni, diletakkan di pangkuan Samantha. Bergantian dengan Qiana, kini Vanilla memeluk Samantha dengan erat, melampiaskan segala kerinduan yang tertahankan, akibat jarak yang memisahkan mereka. "Gue takut lo kenapa-napa, Sam."

Senyum simpul tersungging di bibir Samantha. Cleo dan Bik Ririn yang melihat momen haru itu pun tersenyum lebar, bersyukur atas kembalinya sosok yang sangat berarti dalam hidupnya. Namun, tidak dengan Chloe yang masih muram.

Qiana mengambil dua plastik besar, kemudian membagikan kotak berbahan sterofoam berukuran sedang kepada yang lain. "Kalian pasti belum makan, kan? Nih, gue beliin nasi kotak."

"Thanks, Qi," ujar Romeo setelah menerima sekotak ayam goreng plus nasi kepadanya, juga segelas minuman bersoda.

"Ja, tadi kan, lo udah makan di rumah gue, nah sekarang jatah lo untuk gue, ya?" ucap Awan sambil menyengir, sedetik kemudian ia menyambar milik Senja dan disembunyikan ke dalam jaketnya. Kontan, Senja mengamuk, adu mulut yang biasa terjadi semasa SMA terulang lagi, membuat semua orang tertawa geli melihatnya.

Sadewa tak pernah melepas genggaman tangannya pada tangan Samantha. Ia menyuapi wanita itu dengan menu bubur yang dibuatkan oleh pihak rumah sakit. Seakan kekhawatirannya terhadap Rachel sirna digantikan dengan rasa bahagia atas kembalinya Samantha dalam pelukannya.

"Dewa ...." Samantha menahan tangan Sadewa yang hendak menyuapinya. Ia mulai kenyang, lantas menatap manik abu itu dengan sorot nanar. "Apa kamu udah dapet bukti baru yang bisa bebasin David?"

A/N: semakin kompleks, plis ga sabar banget cepet ending. 🤧
Kira-kira Sadewa bakal jawab apa ya. 😭

Published: 4 Oktober 2021

Love,

Max

Dua Bahtera, Satu Cinta • Trilogy Of Sadewa (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang