44. Puzzle 📮

651 64 23
                                    

Menanti komen readers yang bikin semangat update tiap hariii 😭

Mentari pagi mulai bersinar, begitu juga dengan para pekerja, pelajar, dan penggiat yang mulai menjalankan aktivitas masing-masing. Sama seperti Sadewa yang sudah siap dengan setelan celana kain dan jas hitam, dipadu kemeja abu muda serta dasi hitam dengan motif salur.

Jam tangan bertahtakan batu cantik bernilai jual tinggi, dilingkarkan pada pergelangan tangannya yang berbulu lebat. Kalau kata peribahasa, orang yang tangannya berbulu menandakan bahwa ia memiliki napsu yang besar. Apakah menurut kalian hal itu berlaku pada Sadewa?

Pantulan di cermin setinggi satu setengah meter dengan list putih, menampilkan bahwa dirinya sangat berpenampilan necis, CEO muda idaman para wanita. Ia sibuk merapikan dasinya yang masih belum simetris, sementara sang istri sibuk menyiapkan sarapan di dapur.

Sadewa mengambil ponselnya di meja, ketika menekan tombol kunci, layar tersebut tidak menyala. Ia bingung, apakah baterai ponselnya habis? Lantas, buru-buru ia sambungkan charger ke ponselnya seraya menekan tombol kunci cukup lama hingga muncul logo apel kroak; menandakan ponsel siap digunakan.

Kening Sadewa semakin mengerut tatkala melihat bar baterai yang masih menunjukkan angka tujuh puluh tiga persen. Setelah tersambung internet, banyak pesan yang diterima, salah satu yang paling menyita atensi yaitu sebuah pesan dari sosok yang tak pernah pudar dari ingatan.

“Sam?” Sadewa segera membuka beberapa pesan yang dikirim Samantha, tak hanya pesan, namun terdapat lima panggilan tak terjawab berasal dari wanita itu. Sadewa semakin bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi, saat membaca pesan yang berisi, “Dewa, tolong aku.”

Lantas, Sadewa segera menelepon wanita itu di seberang sana, namun tak kunjung diangkat. Perasaannya semakin tak keruan, ia kembali menelepon dan tetap tak mendapat jawaban. Sontak, ia teringat kejadian semalam, ketika Rachel yang sebelumnya tidak pernah mengecek ponselnya, tak ada hujan maupun badai, wanita itu terlihat memainkan ponselnya dan meletakkan kembali di meja secara asal dengan ekspresi kaget saat ditanya dirinya.

“Apa yang sedang terjadi?” batin Sadewa seraya menerka hal apa yang ia tidak ketahui. Sembari menunggu balasan Samantha, Sadewa membuka pesan yang dikirim Fahri tengah malam.

Fahri
Bos, suami Bu Samantha ditangkap polisi. Dia terlibat penggelapan dana perusahaan.

Kontan, tubuh Sadewa menegang hebat setelah membaca pesan itu, merasa tak percaya, pasalnya ia yakin bahwa David adalah lelaki baik yang Tuhan pilihkan untuk menjaga Samantha. Tak mungkin David berani berbuat hal keji seperti itu, kecuali ... Sadewa terenyak saat kepingan puzzle di kepalanya mulai tersusun satu persatu, menampilkan suatu kejadian besar yang saling terikat.

“Sayaaang, sarapan yuk.” Rachel menyapa setelah membuka pintu kamar dengan senyum semringah, kontan Sadewa terlonjak kaget dan menatap Rachel dengan sorot mata yang sulit digambarkan. Begitu juga dengan ekspresi Rachel yang tampak tegang melihat Sadewa. Dalam hati ia yakin pasti Sadewa terlibat sesuatu hal lagi dengan sang mantan.

Rachel berjalan mendekat, meski sejujurnya takut karena raut Sadewa makin menyeramkan dan aura dingin menyelimuti. Ia memberanikan diri untuk terus tersenyun seraya merapikan dasi sang suami, lantas menghapus jarak keduanya. “Makasih buat semalam.” Hendak mengecup bibir tipis Sadewa, namun ia mendapat penolakan. Tubuhnya tersentak ketika didorong pelan oleh suaminya.

Don't you dare to touch my phone,” ujar Sadewa dengan suara serak, penuh penekanan. Seakan jika melanggar, maka akan dapat hukuman darinya. “Aku gak tau apa yang lagi kamu rencanain, tapi kalau sampai kamu nyakitin orang yang aku sayang, apa yang kita lakuin semalam ... gak ada artinya lagi buat aku.”

Bak dihunus seribu pedang, Rachel menelan salivanya dengan kasar, dan menatap kepergian Sadewa yang membawa setumpuk amarah karena perbuatannya. Namun, ia juga geram, karena merasa sang suami akan melakukan tindakan yang kembali membuatnya naik pitam.

Rachel menyibakkan rambut panjangnya yang disemir blonde di bagian ujung, kemudian menatap sudut ruangan seraya menggigiti kuku ibu jarinya dengan cemas. “Harus gimana lagi, supaya dia bisa hilang dari pandanganmu?!”

A/N: sedikit aja untuk chapter ini, kalo dilanjut nanti kepanjangan. Males ngetik panjang, tapi gak dikomen. Huh.

Kira2 ada yang mulai pake ilmu cocoklogi untuk konflik ini?

Published: 11 September 2021

Love,

Max

Dua Bahtera, Satu Cinta • Trilogy Of Sadewa (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang