38. Black Coat 🥀

732 78 62
                                    

Sebelum masuk ke cerita, aku mau survey dulu nih. Pembaca pro dan kontra cerita ini, absen yaa..

Samantha - David

Samantha - Sadewa

Jangan lupa vote! 🌟

Happy reading! 💗

Toyota Velfire membunyikan klaksonnya, memberi pertanda pada satpam yang berjaga untuk segera membuka gerbang dan memberi akses masuk.

Lelaki berusia empat puluh tahunan dengan seragam serba biru khas security bergegas keluar dari pos penjagaan untuk menyambut kedatangan tamunya. Remote control yang digenggam memudahkan dirinya membuka gerbang tanpa harus mendorong besi raksasa itu seorang diri. “Malam, Pak Dewa.”

Sapaan security bernama Pak Mamat dibalas bunyi klakson, mobil itu melaju dengan kecepatan sangat pelan menuju halaman. Jam menunjukkan pukul delapan malam, penghuni rumah pasti masih terjaga, kecuali si kecil Chloe.

Fahri turun dari mobil, lalu membuka pintu penumpang bagian kiri dan mempersilakan si bos untuk turun, kemudian beralih ke bagasi untuk mengeluarkan barang-barang mereka. “Bos, saya pamit, ya,” ucapnya, dibalas anggukan Sadewa. Ia menggendong bawaannya yang hanya sebuah ransel, menunggu driver ojek online yang sebentar lagi sampai.

“Makasih, Pak Samsul. Silakan, istirahat,” ujar Sadewa pada sopir pribadinya. Pria yang selama ini mengabdi pada keluarga Thomas menunduk sopan dan bergegas ke tempat istirahatnya di belakang rumah tersebut, menjajaki jalan tersendiri, tidak melalui pintu utama.

Sadewa menarik kopernya dengan rasa lelah yang amat sangat, ketika membuka pintu yang tidak terkunci, ia dihampiri sang istri. “Hei—” Belum sempat menyelesaikan ucapan, sebuah tamparan mendarat di pipinya. Lantas, Sadewa menyentuh pipinya yang memanas dengan tatapan bingung. “Kali ini masalah apalagi?”

“Kamu gak sadar apa kesalahanmu?” Rachel bersedekap dada, emosi terpancar di wajahnya. Atensinya beralih pada coat yang disampirkan di lengan Sadewa, lantas ia rampas coat itu dan mengamatinya saksama. Sedetik kemudian tersungging senyum getir di bibirnya. “Udah puas jalan sama mantan?”

Iris abu itu semakin tajam tatkala melihat coat yang dilempar asal ke lantai. Ia paham, pasti istrinya mengetahui ini dari berita dan konferensi media kemarin. Saat mengajak sang mantan untuk turut hadir, ia sudah siap jika hal ini terjadi, tujuannya adalah memberitahu sang istri mengenai sekretaris barunya, tanpa harus menceritakan secara langsung. Meskipun dampak yang dialaminya juga sama.

“Aku gak nyangka, setelah sama Syakilla, kamu berani main belakang lagi sama perempuan lain!” Rachel mendengkus seraya menatap ke sudut ruangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Aku gak nyangka, setelah sama Syakilla, kamu berani main belakang lagi sama perempuan lain!” Rachel mendengkus seraya menatap ke sudut ruangan. Ia berusaha mati-matian untuk tidak menangis, karena semalaman ia sudah menangis, memikirkan banyak hal negatif yang mungkin terjadi antara suaminya dan mantan kekasih.

It was just a business meeting, Chel,” jawab Sadewa. Suaranya berat, lelah, tak bertenaga, setelah beradu mulut dengan debt collector tadi.

Rachel tersenyum sinis sambil menyibakkan rambut. Ia maju satu langkah, menghapus jarak kemudian mendongak menatap sengit Sadewa. “Apa kamu pikir aku bisa percaya sama omongan buaya macam kamu?”

Helaan napas berat diembuskan, Sadewa mengusap wajahnya dengan kasar, lalu membalas tatapan itu dengan sorot sayu. “Terserah mau percaya atau gak, yang jelas aku gak main di belakangmu. Hubunganku sama dia cuma sebatas rekan kerja yang profesional, gak lebih dari itu.”

“Bukannya kalimat itu sering kamu ucapkan saat Syakilla jadi sekretarismu?” tanya Rachel ketika Sadewa justru beranjak meninggalkannya, padahal obrolan belum selesai. “Tapi, nyatanya kamu selingkuh juga kan, sama dia?”

Sadewa menghentikan langkah sejenak, kemudian berbalik. “Bisa gak, jangan bahas masa lalu?”

“Kenapa kamu gak jujur dari awal, kalau Samantha itu sekretarismu?” Akhirnya, tangis Rachel pecah. Wajahnya merah bersimbah air mata. Ia kecewa dengan Sadewa yang berani menutupi rahasia di belakangnya, dan yang paling ia takutkan jika suaminya kembali dalam pelukan sang mantan.

Sadewa mengembuskan napas kasar, kembali menghampiri Rachel dan menghapus air mata wanita itu. “Chel, aku bersumpah atas nama Tuhan, aku gak berbuat apapun sama dia.”

Rachel terisak, membiarkan air mata terus membanjiri matanya yang sembab. Ketakutan membuatnya ingin menjaga apa yang menjadi miliknya agar tidak berpaling. “Aku mau kamu pecat dia,” ujarnya sesenggukan, berusaha menguatkan diri.

“Pecat dia bukan solusi, Chel.” Sadewa masih bersabar menghadapi istrinya yang cemburu buta. “Apa kamu mau mematikan rezeki dia, sama seperti yang pernah kamu lakuin dulu?”

Rachel menyipitkan pandangan. “Udah sejauh apa dia ngadu ke kamu—”

“Gak perlu kamu tau itu, yang pasti aku kecewa sama sikapmu yang gak bijak. Apa kamu tau gimana kondisi Sam? Dia kerja untuk bantu suaminya, untuk menutup utang orang tuanya, tapi kamu justru menghancurkan itu.” Sadewa tampak sangat kecewa. Manik abunya menunjukkan bahwa ia benar-benar tidak percaya istrinya itu memiliki sisi iblis yang sangat keterlaluan.

“Oh, mulai perhatian sama dia?” Rachel menepis tangan Sadewa yang mengusap lengannya, kemudian mundur satu langkah. “Udah aku tebak, pasti cintamu ke dia mulai bersemi lagi.”

“Silakan tuduh aku sepuasmu, asal kamu berhenti usik hidup dia.” Kali ini, suara Sadewa terdengar lugas. “Aku tau, kamu bukan orang jahat, Chel.”

Dengkusan terdengar dari mulut Rachel. Ia memandangi lelaki di hadapannya dengan sinis. “Aku bisa jadi apapun, demi menjaga milikku. Termasuk, kalau harus menghancurkan dia.”

Sadewa diam. Rachel menunduk, mengamati coat di dekat kakinya, kemudian menginjaknya beberapa kali dengan sandal rumahnya. Lantas, ia kembali menatap Sadewa dengan nyalang. “Aku bisa ngelakuin hal nekat, kalau kamu masih berhubungan sama dia,” ujarnya, kemudian meninggalkan suaminya.

Sadewa mengepalkan tangan seraya mengamati coat yang kotor akibat injakan sang istri. Ia raih coat itu dan meremasnya, menyalurkan emosi yang kembali memuncak. Ia teringat pada sosok di masa lalu yang memiliki karakter sama dengan Rachel. Sosok yang pernah berbuat nekat dan menyakiti sang mantan semasa SMA. Jessica.

“Gue gak bakal biarin lo nyakitin Samantha,” gumam Sadewa sembari menatap Rachel yang menaiki tangga menuju kamar Chloe. “Atau lo yang bakal hancur di tangan gue sendiri.”

A/N: Yhaaa! Siapa nih, yang kangen posesifnya Sadewa? 😁

Tak dipungkiri, meskipun banyak pembaca yang benci Sadewa, tapi karakternya susah buat move on. Ya, gak?

Termasuk aku, yang memutuskan bikin Trilogy (Series Ketiga), karena aku jatuh hati banget sama Sadewa, dan belum rela mengakhiri kisahnya. 😭

.

Published: 20 Juli 2021

Love,

Max

Dua Bahtera, Satu Cinta • Trilogy Of Sadewa (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang