"Yang penasaran sama kisahku, boleh dong tinggalin jejak komen." - Rachel.
•
"Ngh ...." Sadewa mengerjap saat matahari bersinar terang, menembus jendela raksasa yang gordennya telah dibuka Bik Dina. Ia mengusap keringat di wajahnya seraya mengumpulkan kesadaran. Badannya sakit, semalam ia memutuskan tidur di ruang tamu, mengingat hubungannya dengan sang istri dirundung permasalahan pelik.
Manik abunya yang buram, berusaha memfokuskan pandangan menatap jam dinding yang menunjukkan pukul delapan pagi. Ia menguap, rasa letihnya belum cukup terbayarkan dengan istirahat satu malam saja, ia masih membutuhkan waktu untuk beristirahat lagi, setidaknya sampai siang nanti.
Namun, ketika hendak memejam, sebuah suara menginterupsi. Sadewa menoleh ke arah pintu utama yang beberapa kali digedor seseorang, sayup-sayup terdengar kata permisi yang diucapkan tamunya. "Bik?" Sadewa memanggil Bik Dina—rekan kerja Bik Ijah yang baru bekerja selama enam bulan di rumah ini, mengingat sebentar lagi Bik Ijah akan pensiun di hari tuanya.
Sadewa heran, kenapa Bik Dina tidak menyahut? Apa wanita berusia tiga puluh tahun itu sibuk menyiapkan sarapan hingga tidak mendengar panggilannya? Akhirnya, dengan malas yang amat sangat, Sadewa terpaksa bangkit, langkahnya loyo dan pening karena kesadarannya belum terkumpul sempurna.
"Benar ini kediaman Ibu Rachel?" tanya seorang lelaki berkumis tipis dengan jaket kulit seraya menatap Sadewa yang berdiri di hadapannya dengan muka bantal.
Sadewa menyipit, matanya tak kuasa menahan pantulan mentari yang sangat menyilaukan. Lantas, ia memusatkan pandangan ke arah kertas yang dihadapkan ke wajahnya.
"Kami dari kepolisian, mendapat laporan bahwa Ibu Rachel telah melakukan tindak kriminal tabrak lari," ujar pria yang diketahui namanya adalah Eddy. "Bisa kami bertemu Ibu Rachel?"
Sadewa terdiam, napasnya tak teratur, sulit untuk dihela ke paru-paru. Bagaimana polisi bisa tahu pelaku di balik kejadian itu? Ia berpikir keras, bagaimana pun ... Rachel tetap istrinya dan ibu dari Chloe. Namun, saat hendak menjawab, suara nyaring terdengar bersamaan dengan munculnya sosok wanita menuruni tangga bersama si kecil.
"Mommy, ayo nonton kaltun!" ajak Chloe dengan bersemangat, tak sabar menonton kartun favoritnya yang berasal dari film Disney.
Saat langkah berpijak di anak tangga, terakhir, Rachel tak sengaja memandang ke arah pintu utama yang menampakkan beberapa lelaki berbaju serba hitam, lantas ia gugup, perasaannya mulai tak nyaman.
Atas isyarat Pak Eddy kepada dua anggota kepolisian lainnya, mereka langsung memasuki rumah itu dan menghampiri sosok yang dicarinya.
"Pak, ini pasti ada kesalahan ...." Sadewa berusaha menahan Pak Eddy, agar tidak menangkap sang istri. Namun, jawaban lelaki itu membuat hatinya mencelos.
"Silakan ikut kami untuk memberi penjelasan," ucap Pak Eddy. Ia melihat Rachel yang berontak saat pergelangan tangannya diborgol, kemudian meronta ketika dua lelaki itu memaksanya untuk mengikuti mereka, dan memisahkannya dari Chloe.
"Mommy!" Chloe berteriak histeris, kontan Bik Dina dan Pak Slamet berlari, ikut menyaksikan apa yang terjadi. Sejak Pak Slamet membuka gerbang, ia menaruh curiga dengan hadirnya mobil kepolisian itu, dan ternyata kedatangan mereka untuk menangkap nyonya mudanya.
"Lepas, Pak!" Rachel berteriak histeris, saat berontak membuat pergelangan tangannya sakit akibat gesekan borgol itu. "Lepasin saya!"
"Pak, pasti ada yang salah dengan laporannya." Sadewa berusaha menengahi, berpikir keras untuk menyelamatkan Rachel. Ia tidak siap jika semuanya harus berakhir seperti ini, lantas bagaimana nasib Chloe? Meskipun dalam lubuk hati, ia membenci Rachel, namun ... wanita itu yang selama hampir enam tahun ini menemaninya.
"Bukan saya pelakunya!" Rachel masih mengelak, rambutnya yang tergerai bergerak mengikuti hentakan kaki. Kimono tidurnya masih belum diganti, membuatnya terlihat sangat seksi.
"Siapa yang bikin laporannya, Pak?" tanya Sadewa. Kontan, Pak Eddy beralih ke pintu mobil kepolisian, membukanya dan menarik seseorang dari dalam. Sontak, seluruh atensi terpusat pada lelaki berpostur tegap dengan beberapa luka lebam yang diterimanya akibat pukulan kemarin. "Fahri?"
Fahri mendongak, tatapannya kosong dengan lingkar hitam di bagian bawah matanya. Ia bungkam, matanya berair. Sebelum memutuskan ini, ia sudah berpikir matang-matang, cara untuk menebus kesalahannya terhadap Samantha, yaitu dengan menyerahkan diri kepada polisi.
Bug! Sadewa melayangkan satu pukulan, membuat Fahri yang sudah tak berdaya, lantas limbung dengan kedua tangan yang diborgol. Pak Eddy menengahi dan membantu Fahri bangkit. Kedua iris itu saling bertemu, samar-samar terdengar suara Fahri yang berucap, "maaf."
"Gak! Dia bohong! Saya gak lakuin itu!" Rachel masih memberontak, beberapa kali ia berusaha melarikan diri, tapi sia-sia. Sementara, tangis Chloe semakin pecah menyaksikan kejadian itu. "Chloeee!"
"Mommy!" Chloe berlari mendekat, menarik-narik baju kimono Rachel. Sadewa langsung menggendongnya dan berusaha menenangkan.
Drama tangis antara ibu dan anak itu sungguh menyayat hati, karena kita tidak tahu, apakah keduanya masih dapat bertemu, atau justru ini akhir dari pertemuan mereka.
"Chloe!" Rachel semakin meninggikan suaranya saat dipaksa masuk ke mobil, duduk di sebelah Fahri dan satu polisi yang berjaga di sebelahnya. Suara sirine dengan lampu biru yang menyala terang, kini mobil itu berputar meninggalkan halaman, membuat beberapa tetangga akhirnya keluar dari kediaman masing-masing untuk menyaksikan kejadian itu.
Bik Dina, Pak Slamet, dan Pak Joko selaku sekuriti hanya menatap kosong kepergian mobil kepolisian tersebut. Mereka kehabisan kata-kata, tidak menyangka jika nyonya mudanya berani berbuat tercela, dan mereka juga belum tahu motif di balik perbuatannya.
"Daddy, mommy dibawa ke mana?" Suara Chloe berhasil mengembalikan kesadaran Sadewa dari lamunan, isak si kecil mulai mereda dengan mata yang masih berair dan kembali mendekap papanya. "Meleka bukan olang jahat, kan?"
Sadewa mengusap punggung Chloe, menenangkan anak gadisnya dan mengucap serentetan kalimat penenang, meski ia tahu akhir dari ini semua akan seperti apa. Ia menghela napas berat, dengan tatapan kosong memandang ke depan, ia berkata, "Secepat itu karma datengin lo, Chel," batinnya.
•
A/N: nah, yang nungguin karma Rachel, nih ya. Semoga puas. 😶
•
Published: 3 Oktober 2021
Love,
Max
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Bahtera, Satu Cinta • Trilogy Of Sadewa (COMPLETED)
Romance[FOLLOW SEBELUM BACA] Baca Sadewa & Samantha dulu!! Genre: Romance - Dewasa | 21+ "Gue cuma pengin melampiaskan kangen ke lo, wajah yang selama ini gak bisa gue lupain." Sadewa hendak meraih tengkuk Samantha, namun ditepis. "Kalo waktu bisa diputar...