09. Berdiri di Ujung Tanduk

1.5K 89 40
                                    

halo, pulici! ada yang gak ninggalin vote & comment, nih!” - Chloe.

💦

Langkah kaki berderap dengan tergesa-gesa, dari lantai satu hingga lantai teratas—enam, semua orang berlarian ke sana kemari. Setiap ketua divisi sibuk menyiapkan berkas penting yang diperlukan, tak jarang pula mereka saling membentak pada anggotanya, untuk segera memberikan apa yang mereka pinta.

Suasana sangat gaduh, pimpinan utama perusahaan tersebut mengadakan rapat dadakan, membuat seluruh karyawan kelimpungan. Tidak biasnya si bos berlaku seperti ini; mengingat banyak karyawan bergosip mengenai nasib perusahaan yang berada di ujung tanduk.

Rapat evaluasi akan dimulai sepuluh menit lagi, sudah separuh dari anggota utama memasuki ruangan berukuran 10x10 meter yang berada di lantai empat. Di situ, terdapat meja berbentuk oval yang cukup panjang dan besar, dengan jumlah kurang lebih lima belas kursi. Di setiap tempat anggota duduk, disediakan mikrofon kecil untuk memudahkan mereka menyampaikan pendapat, lalu di sudut utama yang menghadap layar LCD di depan sana adalah tempat presiden direktur.

Sadewa termenung, jemari tangannya sedari tadi tak bisa diam untuk terus mengetuk meja. Ia berpikir apa yang akan disampaikannya. Sementara di sebelah kirinya, Syakilla sudah siap dengan berkas penting, catatan dan apa yang dibutuhkan oleh si bos.

Jam analog parlente seharga puluhan juta itu dilirik si pemiliknya, kurang lima menit lagi rapat akan segera dimulai. Kini, hampir seluruh kursi terisi, sementara di depan sana terdapat dua karyawan yang sedang menyiapkan power point untuk menampilkan hasil program kerja setiap divisi.

Muhammad Fahri memulai agenda setelah diberi sinyal oleh Syakilla. Lelaki berusia dua puluh enam tahun itu merupakan tangan kanan Sadewa, posisinya satu tingkat di bawah Syakilla. Ia kerap membantu memberikan informasi penting dan rahasia kepada si bos, informarsi yang mungkin tidak diketahui oleh siapapun, dan karena kecerdikannya itulah Sadewa mengangkatnya sebagai body guard dan asisten pribadi.

Kini, presentasi dimulai dari bidang hubungan masyarakat yang dipimpin oleh Galang Satriyo Aji sebagai ketuanya, dan Meida Az-Zahra sebagai sekretaris. Galang menyampaikan informasi hubungan antara perusahaan dengan internal maupun eksternal. Ia juga menyampaikan saat ini terdapat isu yang menjatuhkan perusahaan mereka; isu yang sengaja disebarkan oleh perusahaan pesaing.

“Berdasarkan data yang saya kumpulkan, terdapat beberapa cabang yang mengajukan komplain. Mereka menganggap produk kita tidak lolos quality control karena baru beberapa hari dipakai oleh konsumen, tiba-tiba saja mesinnya mati,” tutur Galang seraya menggeser slide berikutnya. Di situ, ia menampilkan grafik yang menjelaskan seberapa puas konsumen menggunakan produk mereka.

Sadewa geram, yang ia tahu ... belum pernah ada komplain massal yang dilakukan konsumen. Ia yakin, ini pasti ada kaitannya dengan usaha curang perusahaan lain yang berusaha menjatuhkannya. Sebelum Thomas menyerahkan perusahaan ini secara total kepadanya, lelaki itu telah memberikan seluruh data rahasia pada dirinya, termasuk bagaimana dan apa komponen yang ada dalam produk mereka. Thomas menjelaskan bahwa perusahaan ini merupakan distributor nomor satu dan terkuat di Indonesia, dengan cabang yang didirikan di banyak kota. Oleh karena itu, banyak pesaing berlomba-lomba meniru dan menandinginya.

“Hubungi cabang-cabang yang mengajukan komplain, katakan pada mereka ... kita akan mengirim teknisi untuk mengecek produk yang diajukan klaim garansi oleh konsumen.” Sadewa memberi titah, kemudian pandangannya menatap tajam pada bukti ponsel yang mereka jual, baterainya sudah menggembung, padahal pemakaian baru seminggu. “Tarik semua produk untuk sementara, kita lakukan pengecekan ulang. Kita lihat bersama-bersama, apakah produk kita benar-benar bermasalah, atau ini hanya ulah orang bejat yang ingin mencemarkan nama baik kita.”

Presentasi terus begulir dari satu divisi ke divisi lainnya, kini Hanny Retno Fauziah menyampaikan mengenai perkembangan perusahaan dari segi media dan komunikasi. Ia menjabat sebagai ketua yang mengemban tugas untuk memantau laju program kerja perusahaan di bidang media sosial, selain itu ia dan anggota lainnya mengelola platform website resmi untuk memudahkan konsumen membeli produk mereka.

Selain memiliki website resmi, perusahaan juga terdaftar sebagai star seller di salah satu platform ternama yang menjadi pusat para penjual dan pembeli bertransaksi. “Saya menemukan laporan dari beberapa konsumen yang menyebutkan produk tidak asli dan tidak layak untuk dibeli, bahkan mereka tak segan memberi bintang satu. Hal ini tentunya akan meurunkan performa toko kita,” ujar Hanny seraya menampilkan tiga buah komentar pedas yang diajukan para konsumen.

Seluruh anggota rapat saling berbisik, tak menyangka jika perusahaan yang sudah dibangun selama lima belas tahun mengalami kejadian seperti ini, padahal sebelumnya ketika dipimpin Thomas, komplain yang diajukan tidak separah ini. Namun, bukan berarti Sadewa tidak berkompeten dalam hal memimpin, hanya saja, ia sedang dalam keadaan yang kurang beruntung.

Sadewa membaca satu per satu laporan yang diserahkan Syakilla, mengamati dan mencermati apa yang salah pada perusahaannya. Lantas, ia kembali menatap Hanny dan berucap, “Buat pengumuman, perusahaan kita akan mempercepat proses garansi dan setiap pembelian wajib menyertakan video unboxing! Apakah produk yang diterima benar dari kita atau hanya tipu daya mereka!”

Suasana semakin panas, banyak argumentasi yang dilayangkan selama berjalannya rapat, khususnya dari para senior yang sudah lama berkecimpung di dunia ini. Mereka membantu dan membimbing Sadewa memecahkan masalah, serta memberikan rekomendasi agar ke depannya bisa mengantisipasi kejadian serupa.

Kini, saatnya divisi keuangan yang menyampaikan data program kerja mereka. Ulfi maju didampingi Jatmiko, dan mulai mempresentasikan slide per slide bentuk laporan keuangan perusahaan. Hingga pada slide terakhir, Ulfi menampilkan sebuah grafik pada audiens. “Berikut hasil rekapitulasi keuangan sejak enam bulan terakhir, dari penjualan berbagai cabang ... kita mengalami pemerosotan penjualan. Akhirnya, inflasi terjadi dan membuat kondisi keuangan perusahaan ini goyah. Jika hal ini terus terjadi dalam beberapa bulan mendatang, maka nasib perusahaan benar-benar di ujung tanduk.”

“Ini gak bisa dibiarkan, Pak Dewa! Bagaimana dengan nasib kita, kalau perusahaan ini bangkrut?”

“Benar! Apa yang harus kita lakukan? Jangan sampai kita gulung tikar! Banyak yang menggantungkan nasib di sini!”

“Pak Dewa! Tolong lakukan sesuatu! Selamatkan perusahaan ini! Selamatkan kami!”

Argumentasi, saran dan kritik terus disampaikan, membuat kondisi dalam ruangan itu semakin memanas, padahal suhu kelima AC sudah disetel paling rendah. Sebagian dari mereka terus memojokkan Sadewa, sementara sebagian lagi berusaha menenangkan dan membantu memberi masukkan.

Sadewa mendesah berat, ia menyandarkan punggungnya dan menatap kosong ke depan. Tiba-tiba, tangan kirinya di atas paha, diremas oleh Syakilla. Wanita itu mengulas senyum tipis, kemudian berisik di telinganya. “Eveything's gonna be fine.”

💦

A/N: Kasihan yak, BangSad 😭 Ada yang mau pukpuk-in dia gak?

.

Published: 11 Maret 2021

Love,

Max

Klik 🌟, ya!

Dua Bahtera, Satu Cinta • Trilogy Of Sadewa (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang