Masih ingat dengan alurnya?
Maaf, sedang bergelut dengan mood buruk :')•
Sepasang kaki jenjang melangkah berat ke tempat yang selama lima tahun terakhir memberi banyak pelajaran hidup, siksaan dan penyadaran bahwa harta dan kekuasaan dapat menghancurkan hidup seseorang dalam sekejap.
Langkahnya terhenti saat petugas berseragam cokelat dengan atribut lengkap menempel di tubuh, menghadangnya. "Ada urusan apa?"
Lelaki bertopi putih dengan jaket oversize hitam itu lantas mendongak, menatap lawan bicara dengan datar. Wajahnya tak setampan dulu, kini kurus, kusam dan kurang gizi. "Saya mau bertemu Bu Rachel."
Mendengar nama itu disebut, tanpa introgasi atas kepentingan apa mengunjungi salah satu narapidana di situ, lantas si petugas pun langsung menyuruh rekannya untuk mengantarkan lelaki itu ke suatu tempat.
Pintu ditutup, dua petugas berjaga di luar, agar tak ada tindakan yang merugikan nantinya. Lelaki itu duduk seraya menghela napas, dua kakinya tak dapat berhenti bergerak, layaknya tremor. Perasaan cemas dan trauma kembali menghantui, namun ia harus melawan ketakutannya, demi memenuhi titah seseorang yang masih menjalani masa tahanan.
"Fahri?" Rachel menyapa seraya melangkah mendekat, kemudian duduk di hadapan lelaki itu. Senyumnya tampak dipaksakan ketika pada akhirnya sosok yang sedari kemarin ditunggu, kini muncul juga.
Fahri mengamati Rachel dengan saksama, cantik natural wajah wanita itu memang tak bisa dipungkiri, meski tanpa perawatan dan riasan, kulitnya yang pucat pun menunjukkan jika dirinya jarang berjemur di bawah hangatnya sinar mentari.
Fahri merogoh sesuatu dari kantong jaketnya, kemudian menyerahkannya melalui celah atas pembatas kaca itu. "Ini saya ambil dua hari lalu, di rumah Bu Samantha."
Seketika, tubuh Rachel melemah, dingin dan berkeringat tatkala mengamati gambar yang tercetak di selembar foto itu. Butiran bening mulai mengumpul di pelupuk mata bersamaan dengan nyeri di hati, lantas diletakkan foto itu di meja.
Rachel menutupi wajahnya dengan dua tangan yang terborgol. Tangisan pecah menggema di penjuru ruangan, menyita salah seorang penjaga yang tadi mengantarkan Rachel, dan tampak ekspresi penasaran di wajah lelaki berusia tiga puluh tahunan itu, atas apa yang sedang dibahas.
"Mereka kelihatan bahagia banget ya, Ri?" tanya Rachel seraya sesenggukan. Ia kembali menguatkan diri melihat foto yang terdapat sang mantan suami tengah menggendong bocah perempuan, di sampingnya ada seorang perempuan cantik, Cleo, juga putri kecilnya yang kini tumbuh menjadi anak gadis; Chloe.
Fahri bungkam dan tertunduk, sejak pembebasannya seminggu lalu, ia menyempatkan diri menemui Rachel, wanita di hadapannya itu berpesan untuk mencari tahu kehidupan Sadewa paska keduanya berpisah. Mengingat Fahri memiliki sifat sungkan menolak perintah dari orang yang berjasa dalam hidupnya, maka ia pun menuruti.
Setelah memastikan Shenna selama ini hidup dengan baik bersama Bude Rosa, Fahri pun memutuskan untuk menyelidiki Sadewa secara diam-diam.
"Dewa gak pernah senyum selepas ini saat bersamaku," gumaman Rachel kembali menyita atensi Fahri. "Ternyata, merelakan seseorang yang sangat kita cintai untuk membiarkan mereka menggapai kebahagiaannya adalah sesuatu hal yang bahagia sekaligus sakit, ya?"
Rachel tersenyum getir seraya mengusap air mata yang jatuh dengan derasnya di pipinya. "Aku bahagia lihat Dewa bahagia menjalani hidup barunya, tapi aku merasa sakit, karena kebahagiaan itu bukan karena aku, melainkan perempuan lain."
"Bu Rachel ...." Fahri menyela, sebenarnya tak ingin membahas ini, namun harus. Ia dengar dari petugas, selama ini Rachel selalu mengasingkan diri di sel, menangis seorang diri, meratapi nasib buruk yang diterimanya, setelah kehilangan suami yang dicintai, kehilangan mata kirinya, dan sekarang hilang juga harapan hidupnya.
"Harusnya aku gak suruh kamu cari tahu apa yang terjadi sama Dewa, kalau akhirnya semenyakitkan ini," ujar Rachel sambil meremas foto itu menjadi gumpalan tak berbentuk. "Dulu aku berjuang menemani dia, tapi kenapa dia justru meninggalkanku di situasi yang berbalik kayak gini?"
Helaan napas diembuskan Fahri. Ia menatap lekat-lekat manik hitam yang menyorotnya tajam, kemudian menggeleng pelan. "Gak ada gunanya Bu Rachel nangisin dia, keadaan gak akan kembali seperti semula. Pak Dewa gak bakal balik lagi untuk Bu Rachel, karena ...."
"Apa, Ri?" Rachel mendesak, perasaannya semakin bergemuruh. Namun, Fahri tak lekas menjawab dan membuatnya semakin naik pitam. "Jawab!" pekiknya seraya menendang meja tersebut hingga membuat kaca pembatas itu bergetar.
"Pak Dewa bakal menikahi Bu Samantha."
•
A/N: 😭 plis, stuck banget 😭😭 jempolnya ngetik satu kalimat aja susah. Maaf kalau kurang menjiwai 😭
Ayoo, komen. Biar bisa dapetin mood ngetik lagi 😭😭
•
Published: 2 November 2021
Love,
Max
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Bahtera, Satu Cinta • Trilogy Of Sadewa (COMPLETED)
Romansa[FOLLOW SEBELUM BACA] Baca Sadewa & Samantha dulu!! Genre: Romance - Dewasa | 21+ "Gue cuma pengin melampiaskan kangen ke lo, wajah yang selama ini gak bisa gue lupain." Sadewa hendak meraih tengkuk Samantha, namun ditepis. "Kalo waktu bisa diputar...