47. Putusan 🔍

664 65 22
                                    

Semakin panas konflik, ramaikan komennya 🔥

“Sidang pada hari ini, dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum.” Suasana di ruang persidangan terasa tegang, setelah ketok palu oleh Hakim Ketua, seluruhnya menyimak jalannya persidangan hari ini.

Hakim ketua berusia lima puluh tahun berjanggut putih mulai memberi instruksi persidangan dan kesempatan para pihak untuk menyampaikan hal-hal yang nantinya akan dijadikan pertimbangan hakim dalam memutus sengketa. 

“Baik, terima kasih, Majelis Hakim, atas waktu yang telah diberikan. Izinkan saya menyampaikan pembelaan terhadap klien saya; David Addison, atas tuduhan penggelapan dana perusahaan PT. Cahaya Abadi.” Pak Cahyo, dibantu staf menyiapkan berkas yang dibutuhkan untuk diserahkan kepada tiga hakim yang memakai baju kebesaran warna hitam dan samir merah.

Tepat di tengah ruang sidang, lelaki berbaju oranye terduduk dengan tangan diborgol. David tampak lelah, lingkar mata hitam dan bibirnya kering pecah-pecah. Ia tertunduk, membiarkan Pak Cahyo untuk mewakil. Ia menceritakan kejadian dari awal hingga tertangkap oleh para aparat, pada lelaki paruh baya yang telah menjalankan profesi pengacara selama dua puluh tahun.

Deretan bangku panjang tidak terlalu penuh, hanya beberapa yang hadir untuk mengamati sidang hari ini. Termasuk Samantha, yang sedari tadi terus melafalkan doa, agar proses sidang berjalan dengan lancar dan suaminya dapat dibuktikan tidak bersalah. Cleo dititipkan pada Bi Ririn, Samantha  tak ingin memberikan trauma bagi sang buah hati, melihat kondisi David saat ini.

Samantha duduk di bangku baris kedua, pasmina hitam disampirkan ke kepalanya. Setelah agenda persidangan minggu lalu tidak mendapatkan hasil, kini hakim masih memberi kesempatan bagi para pihak untuk mengemukakan pendapat masing-masing, sepertinya sidang kali ini menjadi penentu dari segalanya.

Bangku baris kedua di deret kanan, kuasa hukum perusahan tempat David bekerja pun turut hadir. Wanita muda berusia tiga puluh lima tahun dengan setelan super rapi dan parlente, merupakan kuasa hukum andalan dan cukup terkenal di masyarakat. Rambut panjangnya yang digerai dengan warna cat rambut merah di bagian ujung, menunjukkan bahwa ia adalah seorang pengacara yang gaul dan modis. Namun, di balik penampilannya itu ... pengacara bernama Monica memiliki kemampuan yang lihai untuk menjatuhkan lawan.

“Seperti yang telah saya sampaikan minggu lalu, berdasarkan pernyataan dan bukti-bukti yang saya kumpulkan, Pak David tidak bersalah, ada seseorang yang sengaja menjebaknya. Ia tidak memiliki niat untuk melakukan penggelapan dana tersebut,” ucapan Pak Cahyo ditanggapi tawa sinis oleh Monica.

Melihat sikap lawan yang menunjukkan kemenangan, Pak Cahyo kembali fokus pada apa yang hendak disampaikan. Ia menyuruh stafnya untuk menyerahkan dokumen baru kepada para hakim. “Uang masuk dalam rekening Pak David, bukan dari hasil setor tunai yang dilakukan olehnya, melainkan uang tersebut berasal dari kiriman seseorang.”

Hakim ketua bernama Pak Bambang itu menyimak setiap perkataan yang disampaikan pihak David, serta dua hakim anggota lainnya yang ikut menimbang sekiranya putusan apa yang hari ini akan mereka jatuhkan.

“Selanjutnya, kepada jaksa dipersilakan menyampaikan hasil temuannya,” ujar hakim anggota yang mengenakan jilbab merah, seneada dengan lipstik di bibir tipis wanita berusia empat puluh tahunan itu.

Jaksa bernama Pak Gunarto segera bangkit dari duduk dan mulai membaca isi dakwaannya terhadap tersangka, David.

Samantha terus mengepalkan tangannya kuat-kuat, berusaha melampiaskan ketakutan dan kecemasannya terhadap apa yang nanti akan disaksikan. Hingga tiba-tiba tubuhnya tersentak saat merasakan remasan lembut di punggung tangannya. Ia menoleh ke kanan, mendapati sosok lelaki yang duduk di sebelahnya. “Dewa?”

Sadewa melepas kacamata hitamnya yang bernilai jutaan, kemudian menatap lurus ke depan, seraya menajamkan pendengaran terhadap seluruh dakwaan jaksa. Sebelum persidangan hari ini, ia menanyakan mengenai kasus David kepada Pak Cahyo, kata lelaki tua itu, “saya sudah berusaha semaksimal mungkin untuk membantu Pak David, tapi sepertinya sulit, karena pihak lawan menyiapkan berbagai alasan yang sempurna untuk menyanggah pembelaan kita.”

Sadewa mengembuskan napas berat saat memikirkan ucapan Pak Cahyo, lantas digenggamnya tangan Samantha dengan erat sembari menatap wajah wanita itu dari samping. “Apapun yang diputuskan hakim, itu yang terbaik untukmu dan keluarga.”

Samantha menunduk, membiarkan Sadewa menyalurkan ketenangan lewat genggaman lelaki itu. Ia terus  meyakinkan diri, bahwa apa yang baik, akan ditunjukkan dan apa yang buruk akan mendapat balasan yang setimpal. Semuanya, sudah dipasrahkan pada Tuhan.

“Berdasarkan pertimbangan atas bukti-bukti yang telah kami dapatkan, maka kami selaku hakim yang menangani sengketa pidana nomor 278/P/2023, menyatakan ...” Hakim ketua tersebut menjeda seraya membuka lembaran putusan sengketa David dengan PT. Cahaya Abadi. “Sesuai Pasal 374 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, tersangka atas nama David Addison, dijatuhi hukuman pidana penjara selama tiga tahun.”

Tok ... Tok ... Tok ... Bersamaan dengan ketok palu yang dilakukan hakim ketua sebanyak tiga kali, maka berakhirlah pula persidangan hari ini, dengan hasil akhir David dinyatakan sebagai terdakwa.

Tangis Samantha pun pecah, hendak mendatangi David, namun Sadewa menahannya, sementara dua petugas persidangan langsung membawa David menuju rutan. “Daaaaveeee!” Samantha meronta, suasana di ruangan sangat gaduh.

“Saaaam!” David pun memanggil dengan suara serak, kemudian sosoknya menghilang dari balik pintu.

“Daaaaveee!” Samantha kehilangan tenaga, ia ambruk, wajahnya memerah dengan napas tersengal-sengal. “Suamiku gak bersalaaah!” ujarnya di sisa tenaga.

Sadewa berlutut, membawa Samantha dalam dekapan seraya beberapa kali menepuk punggung wanita itu. “Sam, masih ada upaya hukum banding. Kita cari bukti yang lebih kuat, supaya David bisa segera bebas.”

“Ini gak adil, Wa ....” Samantha merengek seraya memukuli pundak Sadewa. “Dave gak bersalah! Kenapa dia harus dihukuuum!”

Keduanya saling bertukar pandang. Nyeri dirasakan Sadewa, melihat wanita yang sangat disayangi, menangis sejadi-jadinya demi lelaki lain. Sementara dirinya belum bisa membantu banyak, karena sampai saat ini, belum diketahui dalang di balik peristiwa ini.

Sadewa membantu Samantha bangkit, memapahnya dengan langkah pelan menuju mobil. Disampirkan seat belt di tubuh Samantha, lalu melajukan mobil dengan kecepatan sedang. Selama perjalanan mengantar Samantha pulang, hanya terdengar isak tangis yang terus keluar dari bibir Samantha. Pikirannya berkecamuk, bagaimana nasib sang suami yang akan mendekam selama tiga tahun di penjara.

A/N: huhu, sedih banget kisah hidupnya Sam. Kapan dia bahagia? 😭

Published: 17 September 2021

Love,

Max

Dua Bahtera, Satu Cinta • Trilogy Of Sadewa (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang