"Apa kalian suka cerita ini? Jika iya, vote & comment, ya!" - David
💦
Rumah sederhana yang letaknya cukup terpencil di suatu daerah di Kota Jakarta, saat ini di salah satu kamarnya, terlihat terang benderang. Sepasang suami istri baru saja menunaikan solat Isya'-setelah bersalaman-keduanya duduk berhadapan dan masih menggunakan alat solat yang lengkap.
David melepas kopiahnya, kemudian mengamati wajah sang istri yang termenung menekuri sajadah merah berbulu, oleh-oleh haji dari Reno dan Fina sepuluh tahun yang lalu. David menyentuh dagu Samantha, mengarahkan wajah gadis itu untuk ditatap. "Sudah, jangan dipikirkan lagi. Perusahaan itu bukan tempat yang tepat untuk kamu bekerja. Selalu percaya ya, Tuhan punya rencana yang jauh lebih baik untuk kita."
Samantha menghela napas berat, lalu menjauhkan tangan David darinya. "Aku minta maaf, kita jatuh kayak gini, karena utang bisnis Papa."
Helaan napas berat diembuskan David. Sudah berpuluh-puluh kali ia meyakinkan Samantha, bahwa ia tak keberatan dengan tanggungjawabnya menutup seluruh utang yang ditinggalkan oleh almarhum. "Hei, berapa kali aku harus bilang, cobaan ini datangnya dari Tuhan, jangan lagi kamu berucap bahwa apa yang terjadi adalah kesalahan orang tuamu. Kita selesaikan bersama, aku akan cari pekerjaan untuk menyambung hidup karena jika hanya mengandalkan uang tabungan, tidak akan cukup. Apalagi kita harus memikirkan masa depan Cleo. Aku minta kamu jangan menyerah, kita harus terus berusaha. Ingat, Tuhan tidak akan memberi cobaan di luar batas kemampuan hambaNya," ucapnya seraya mengusap pipi sang istri.
Samantha mendongak. Kedua netra itu saling menatap dengan sorot nanar, seakan ingin menyerah saja. Namun, jika menyerah sekarang, bukannya terlalu dini? Hal seperti ini biasa dijumpai dalam rumah tangga, dan bisa jadi ... di hari-hari selanjutnya mereka akan menangani masalah yang jauh lebih bert dari ini. "Besok aku usaha cari kerja lagi, aku akan tetap membantumu gimana pun caranya. Maaf kalau aku belum bisa jadi istri yang baik." Samantha menggenggam tangan David, kemudian bertanya, "Uang hasil penjualan mobil apa sudah kamu bayarkan untuk menutup utang kita?"
David kembali mengembuskan napas berat. Ia tak ingin memberatkan pikiran sang istri dan akan berusaha semaksimal mungkin mencari jalan keluar tanpa memberitahukan secara detail apa dan bagaimana ia melakukannya. "Sebagian uangnya udah aku bayar ke Bank dan sebagian lagi aku simpan untuk tabungan beberapa bulan ke depan sampai kita punya pekerjaan. Kamu gak perlu khawatir, masalah ini biar aku yang urus, kamu fokus mengurus Cleo sama Freya aja."
Samamtha mengangguk paham. Pandangannya beralih ke atas kasur, di situ anak bungsunya tengah tertidur dengan lelap. Kain jarik cokelat memberikan kehangat di tubuh gadis mungil yang baru saja berusia satu tahun. Namun, seketika ia kembali mengalihkan atensi pada David saat lelaki itu berucap, "Oh iya, tadi aku ke dealer, tanya-tanya dulu sih ... motor apa yang harganya gak terlalu mahal dan juga angsuran setiap bulannya murah."
Kernyitan tercetak jelas di kening Samantha. "Kamu mau beli motor?"
David mengangguk mengiakan. Ia mengubah posisi duduknya menjadi bersandar pada sisi kasur dan menerawang ke arah pintu kamar. "Aku gak tega lihat kamu ke sana sini naik ojek atau angkutan umum. Uang gajiku yang belum seberapa ini, cukup kok untuk bayar DP-nya."
"Tapi, Dave ... apa gak sebaiknya uang itu ditabung aja? Aku gak masalah kalo harus pergi naik ojek, daripada uangnya untuk bayar motor, lebih baik untuk bayar sekolah Cleo dan susu Freya." Samantha menyanggah. Matanya menatap lekat-lekat pada David. Ia percaya, lelaki itu tidak akan gegabah dalam mengambil keputusan, dan segala hal yang diputuskan pasti sudah dipertimbangkan secara matang-matang.
David diam. Pikirannya terus bekerja untuk mencari solusi agar Samantha setuju dengan usulnya. Ia paham watak si istri yang selalu mengutamakan orang lain, padahal dirinya dalam keadaan kekurangan. Lantas, ia menggamit jemari Samantha, menatap lurus manik hitam wanita itu dan berucap, "Percaya sama aku, ya? Aku bakal kerja keras dan kasih kamu kehidupan yang layak, seperti saat kamu hidup dengan almarhum Papa Reno dan Mama Fina."
Mendengar kedua nama itu disebut, membuat hati Samantha mencelos. Tak terasa, sudah hampir satu tahun ditinggal pergi oleh orang tuanya. Saat itu, Reno mengalami masalah keuangan karena ditipu supplier tempat ia biasa mengambil bahan untuk bisnis furniture-nya, dan tiba-tiba ia terkena serangan jantung. Ketika dilarikan ke rumah sakit, nyawanya tak tertolong. Hal ini membuat Fina stres dan jatuh sakit, karena setiap hari memikirkan mendiang suami, dan tak lama sejak kepergian Reno, sekitar tiga bulan kemudian, Fina pun menyusul.
Samantha terpuruk, ia belum siap ditinggal mereka. Untungnya, ada David yang selalu menguatkan dan menjadi pengganti mereka untuk menjaga dirinya menjalani kehidupan ini. Kisah pilu yang kembali terngiang dalam pikiran Samantha langsung terbuyarkan oleh suara tangis si kecil. Ia segera melepas mukenanya dan menghampiri putri kecilnya, Freya Geraldine. Apapun kondisinya, Freya dan Cleo adalah pelipur lara bagi Samantha dan David.
David merapikan alat solat, lalu kembali menghubungi temannya yang menjanjikan posisi pekerjaan untuk dirinya, sementara Samantha sibuk menyusui buah hati seraya menimang-nimang dengan nyanyian kecil yang terdengar lirih. Namun, tiba-tiba ia teringat dengan sorot teduh manik abu yang berhasil membuat jantungnya kembali berdebar. Sungguh, rasanya sangat malu terlihat lusuh di depan sang mantan, tapi bagaimana lagi, anak mereka bersekolah di tempat yang sama, otomatis keduanya pun akan selalu bertemu.
Samantha mendesah, pikiran dan raganya cukup lelah menapaki bahtera rumah tangga ini. Seandainya dulu Sadewa tidak berulah, pasti saat ini ia hidup bahagia bersamanya. "Ah, Dewa ... apa kabarmu di sana? Aku merindukanmu."
💦
A/N: Sam, jaga hati ya. Jangan oleng ke mantan, plis 😭
.
Published: 10 Maret 2021
Love,
Max
Klik 🌟, ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Bahtera, Satu Cinta • Trilogy Of Sadewa (COMPLETED)
Romance[FOLLOW SEBELUM BACA] Baca Sadewa & Samantha dulu!! Genre: Romance - Dewasa | 21+ "Gue cuma pengin melampiaskan kangen ke lo, wajah yang selama ini gak bisa gue lupain." Sadewa hendak meraih tengkuk Samantha, namun ditepis. "Kalo waktu bisa diputar...