30 votes & 30 comments
to unlock the next chapter 👁👄👁
💦
"Sayang, hari ini padet gak jadwal kerjamu?" Rachel bertanya disela-sela kegiatannya mengoles setangkup roti bakar dengan selai cokelat. Sementara di depannya ada dua tangkup roti isi strawberry kesukaan si buah hati, yang diletakkan di dalam kotak bekal warna biru bergambar kartun Barbie.
Rachel melirik ke kanan, mendapati Sadewa yang sibuk dengan ponselnya, sambil sesekali menyesap kopi hitam buatan Bik Maya. Merasa tak direspons, lantas Rachel menghentikan kegiatannya, dengan posisi tangan kanan menggenggam pisau mini dan tangan kiri menggenggam roti. Ia letakkan keduanya di atas piring, membersihkan lumeran selai dengan tisu kemudian mengubah posisi duduk menghadap Sadewa. "Ada masalah apa?"
Genggaman tangan menyita perhatian Sadewa, kontan ia mematikan sambungan teleponnya dan meletakkan ponsel di meja. Ia menatap Rachel dengan intens, tanpa ekspresi dan terlihat dingin. Kantong matanya yang menghitam menandakan jika akhir-akhir ini ia kerap begadang demi menyelesaikan tanggung jawab sebagai CEO di perusahaan milik Papa Rachel, yang bergerak di bidang teknologi gawai.
Sadewa menghela napas panjang lalu dikeluarkan secara perlahan. Ia tak mungkin membohongi Rachel, karena bagaimana pun, internal perusahaan juga menjadi urusan wanita itu, sementara Thomas-Papa Rachel memutuskan resign dan menetap di luar negeri bersama sang istri. "All is good."
"Beneran?" tanya Rachel, jemarinya meremas punggung tangan Sadewa. Perlahan, kekhawatirannya memudar tatkala Sadewa memberikan jawaban yang cukup menenangkan hati. Lantas, ia menoleh ke arah tangga ketika mendengar suara nyaring sang anak yang berlarian dikejar oleh pengasuhnya. "Chloe, jangan lari-lari, sayang!"
"Good morning, Mommy, Daddy!" Chloe Putri Alviano, menyapa seraya mencium pipi orang tuanya secara bergantian, kemudian duduk di pangkuan Sadewa. Baju seragam putih dan rok biru terlihat sedikit kebesaran di tubuh mungilnya, membuatnya terlihat menggemaskan ditambah aksesori yang menempel di rambutnya yang dikepang dengan pita biru.
Rachel memberikan satu roti kepada Chloe dan menyodorkan susu putih untuk mengisi perut anaknya. Chloe pun menerima dengan sukacita, pertama ia menenggak susu hingga tersisa setengah, lalu menyantap roti dengan lahap. Kontan, Sadewa dan Rachel pun terkekeh, gemas melihat kelakuan bayi lima tahun itu.
"Hari ini, Papa anter Chloe ke sekolah, ya?" ujar Sadewa sembari mengusap kepala Chloe, sontak sepasang mata abu itu berbinar, kepalanya mengangguk beberapa kali. Sadewa menciumi pipi Chloe dan berkata bahwa ia sangat menyayangi gadis itu.
Sungguh, terlihat damai keluarga kecil Sadewa, dan tentunya cukup membuat iri hati banyak pihak yang melihat kesuksesan mereka, meski tak sedikit ada yang masih mengungkit masa lalu dan mencela dua sejoli itu. Tapi, siapa yang peduli? Jadikan masa lalu sebagai pembelajaran, petik hikmahnya, dan jalani hidup di masa sekarang.
"Dis, bekal sama botol minum Chloe udah masuk di tas, kan?" tanya Rachel pada Gadis Almira, baby sitter berusia tujuh belas tahun itu telah mengasuh Chloe sejak lahir. Gadis kembali mengabsen isi tas mini kemudian mengangguk hormat pada nyonya mudanya. Rachel kembali menatap Sadewa dan Chloe. "Udah jam setengah tujuh, yuk kita berangkat."
"Wait, kamu ikut anter Chloe juga?" tanya Sadewa, kontan Rachel yang hendak beranjak pun terdiam di tempat. "Biar aku yang anter, kamu di rumah aja."
"Loh, kenapa? Bukannya aku juga biasa nganterin Chloe sekolah? Kenapa tiba-tiba kamu larang aku?" Rachel mengernyit, tak mengerti ucapan Sadewa. Ia menyibak rambutnya yang dipotong model layer dengan warna cat ombre abu-abu di ujungnya.
Sadewa mendesah. Ia menurunkan Chloe dari pangkuannya, memasukkan ponsel dan dompet ke dalam saku jas, kemudian mengelap mulutnya dengan tisu. "Aku ada rapat, abis anter Chloe, gak bisa anter kamu pulang. Jadi, kalo kamu ada keperluan, minta anterin Pak Samsul aja."
Rachel masih diam, menatap Sadewa dengan tatapan yang sulit dijelaskan. Tak biasanya, suaminya itu bersikap dingin seperti ini. Namun, ia mencoba berpikiran positif dan mengangguk sambil tersenyum manis. "Ya udah, hati-hati di jalan, ya," ucapnya. Chloe sudah lebih dulu berlari menuju halaman, tempat mobil Jeep hitam terparkir, ditemani Gadis.
Sementara Sadewa masih memiliki obrolan serius dengan Rachel. Lelaki dengan balutan jas hitam dan kemeja putih itu mengangguk, hendak beranjak namun lengannya kembali ditahan. "Kenapa lagi?"
"Kamu lupa?" Rachel bertanya sembari mengikis jarak. Ia merapikan dasi biru tua Sadewa, lalu mendongak menatap lelaki itu seraya menyentuh dagunya. "Kamu belum cium aku," gumamnya. Sedetik kemudian, ia melingkarkan kedua tangannya di leher Sadewa dan mengecup bibir lelaki itu.
Memang, sudah menjadi tradisi mereka untuk selalu bertukar ciuman dalam kondisi apapun, agar hubungan selalu erat dan romantis, juga menimbulkan kesan intim antara keduanya.
"Chel, enough." Sadewa menahan tangan Rachel yang memainkan rambutnya, kemudian mendorong pelan tubuh wanita itu. Ia merapikan jasnya yang sedikit berantakkan, lalu berucap, "Maaf, aku pergi dulu."
Rachel menatap kepergian Sadewa dengan tatapan kosong. Tangan kirinya menggenggam pinggiran meja makan berbahan marmer, matanya terus mengamati lelaki yang kini melesat meninggalkan perkarangan rumah. Ia bergumam, "Dewa kenapa, sih? Biasanya juga gak masalah kalo aku cium, tapi kenapa sekarang dia mendadak cuek? Apa yang salah sama aku, ya?"
💦
A/N: ada yang tau ga, kenapa Dewa berubah?
author maksa kalian ninggalin jejak nih, biar lancar update-nyaa 😭
Share cerita Sadewa ke teman2, ya, supaya cerita ini bisa tembus jutaan kali bacaa 😭
.
Published: 2 Maret 2021
Love, Max
Klik 🌟, ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Bahtera, Satu Cinta • Trilogy Of Sadewa (COMPLETED)
Romans[FOLLOW SEBELUM BACA] Baca Sadewa & Samantha dulu!! Genre: Romance - Dewasa | 21+ "Gue cuma pengin melampiaskan kangen ke lo, wajah yang selama ini gak bisa gue lupain." Sadewa hendak meraih tengkuk Samantha, namun ditepis. "Kalo waktu bisa diputar...