Vote & Comment
❣
Hari libur tiba, meski hanya satu hari, cukup untuk melepas penat. Biasanya, sebagian orang menghabiskan waktu bertamasya atau bersantai di rumah. Seperti keluarga David, sejak pagi disibukkan dengan agenda bersih-bersih. Si kepala keluarga bertugas menyuci dua kendaraan bermotor ditemani anak sulung yang tampak ceria bermain air di kolam renang buatan berukuran mini. Sementara sang istri sibuk membantu Bi Ririn membersihkan sudut rumah, dilanjut memasak sarapan.
Pukul sepuluh, agenda bersih-bersih telah usai. Bi Ririn kembali ke kamar untuk menyetrika pakaian, sementara Samantha menimang Freya dalam box bayi seraya menonton TV, bersama Cleo.
David menghampiri ketiganya, dengan handuk yang menempel di kepala, menyeka tetesan air di rambutnya yang habis dikeramasi. Ia menggendong Cleo, lalu didudukkan di atas pangkuannya. “Aku mau bicara serius,” ucapnya memecah konstrasi Samantha yang asik menonton drama Korea berjudul 'Vincenzo.'
Belum ada tanggapan, Samantha terlalu fokus pada aktor tampan yang menjadi pemeran utama dalam drama tersebut. Aktor bernama Song Joong Ki, sukses membuat jutaan fans-nya terkagum dengan beberapa karya yang dibintangi, salah satu drama yang sampai saat ini masih booming dalam sejarah, yaitu Descendants of The Sun.
Helaan napas panjang diembuskan, David sangat hapal jika istrinya sudah menonton drama Korea, maka segalanya akan terlupakan, termasuk dirinya. Ia berdeham seraya meremas jemari Samantha. “Sayang?”
“Ya?” Samantha baru sadar jika sedari tadi mengabaikan kehadiran David. “Kenapa?”
Volume TV dimatikan, agar tidak mengganggu obrolan serius kali ini. David menyuruh Cleo untuk menjauh, bermain mainan yang dibelikan nenek, lalu mengamati Freya yang tertidur pulas. “Boleh aku minta satu hal?” tanyanya to the point, lantas kembali melanjutkan ucapan. “Aku mau kamu resign.”
Masih tak mengerti dengan penuturan David, Samantha hanya diam sambil terus menatap manik hazel di hadapannya. “Kamu gak lagi bercanda, kan?” Ia terkekeh, namun David tak merespons dan membuatnya semakin bingung. “Apa alasanmu minta aku resign?”
“Sejak kerja di sana, waktumu untuk keluarga jadi berkurang.” David menghela napas dan mengembuskan perlahan, bersiap menuntaskan diskusi ini dengan kepala dingin. “Apalagi posisimu sebagai sekretaris, pergi pagi buta, pulang selalu lebih dari jam kerja. Aku paham kamu banyak kerjaan, tapi aku juga khawatir sama kesehatanmu.”
“Semua kerjaan kan, punya risiko?” sanggah Samantha.
“I know.” David menyandarkan punggunya, masih menatap sang istri. “Tapi, risiko yang kamu ambil terlalu besar dampaknya buat keluarga kita.”
Samantha menyibakkan rambut, mengubah posisi duduknya menjadi bersila menghadap David. “Kenapa tiba-tiba kamu kayak gini? Bukannya kemarin kamu sangat mendukung aku untuk melamar pekerjaan di sana?”
“Itu dulu, sebelum aku tahu seluk beluk perusahaan itu.”
“Tapi, aku gak bisa terima alasanmu, Dave,” ujar Samantha dengan frustrasi. Sudah tidak mood menonton, ia menekan tombol power on/off pada remote. “Aku kerja untuk bantu bayar utang kita. Kalau resign, gimana aku bisa bantu kamu? Apalagi di zaman sekarang, cari kerja itu sulit. Banyak lamaran yang aku apply, gak satu pun ada panggilan.”
Keduanya diselimuti keheningan. David mencoba memahami niat baik Samantha untuk membantu meringankan bebannya, tetapi di sisi lain ia memiliki alasan khusus atas permintaannya tersebut. “Aku udah bilang sama Adit untuk rekrut kamu jadi staff di kantorku. Mungkin, gajinya gak sebesar yang ditawarkan perusahaan tempatmu kerja saat ini, tapi alangkah lebih baik jika kita bisa kerja di tempat yang sama.”
“Dave, come on, be realistist. Semakin banyak pendapatan, semakin cepat pula semua utang kita lunas.” Samantha mulai kesal. Baru saja ia senang menjalani pekerjaan ini, tapi sang suami justru mematahkan semangatnya. “Di mana pun aku kerja, aku bakal jaga diri kok.”
Helaan napas berat kembali diembuskan, David memutuskan beranjak ke teras rumah. Diskusi kali ini cukup sampai di sini, mungkin, esok Samantha akan berubah pikiran. Harapannya sih, begitu.
Sorot mata yang kosong menandakan David tengah menyelami memori beberapa hari lalu, saat salah satu rekannya menanyakan posisi yang hendak diisi Samantha. Namun, saat itu Samantha telah diterima sebagai sekretaris di perusahaan gawai, sehingga David menolak tawaran tersebut secara halus.
Akan tetapi, rekan yang bernama Adit justru melontarkan sebuah statement yang sampai saat ini mengganggu pikirannya. “Apa kamu sudah cari tau latar belakang perusahaan itu? Hati-hati kalo istrimu kerja jadi sekretaris. Kamu tau kan, stereotip sekretaris itu gimana? Takutnya, Samantha bermain api di belakangmu, sama bosnya.”
Usai mencari tahu, David berdebar tak keruan ketika membaca beberapa artikel yang menyebutkan pimpinan utama perusahaan tersebut. Apa yang dikatakan Adit, kini justru menjadi ketakutan tersendiri baginya.
Sadar dari lamunan, ponsel dalam genggaman tangannya digenggam kuat. Rahang lancipnya tercetak jelas tatkala menahan kekesalan yang berkecamuk dalam dada. Bukan hanya karena Samantha menolak resign, tetapi juga kebohongan yang diam-diam bekerja dengan mantan pacar.
❣
A/N: Kasihan David, berasa dikhianati Samantha 😭
.
Published: 23 Mei 2021
Love,
Max
Klik 🌟, ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Bahtera, Satu Cinta • Trilogy Of Sadewa (COMPLETED)
Romansa[FOLLOW SEBELUM BACA] Baca Sadewa & Samantha dulu!! Genre: Romance - Dewasa | 21+ "Gue cuma pengin melampiaskan kangen ke lo, wajah yang selama ini gak bisa gue lupain." Sadewa hendak meraih tengkuk Samantha, namun ditepis. "Kalo waktu bisa diputar...