Disarankan memutar playlist agar lebih merasakan feel saat membaca chapter ini.
•5 tahun kemudian ....
"Cleooo ...."
Aroma wangi menguar ketika tutup oven dibuka setelah timer berhenti, menandakan roti yang dipanggang telah matang.
Sepasang tangan lentik terus bergerak mengaduk tepung bercampur baking soda dan ingredients lain, dibungkus dengan kertas di bagian bawah, lalu dimasukkan kembali ke oven.
Ini adalah tampah ketiga, pesanan yang diminta cukup banyak untuk dikirim ke alamat rumah si pemesan. Samantha's bakery; itulah nama brand yang dibangun dalam lima tahun terakhir. Meskipun belum memiliki modal untuk membuka toko, tetapi penjualannya lumayan pesat melalui pesanan online dan titipan ke penjual tenongan serta warung makan lainnya.
"Waaah, baunya enak banget, Ma! Pasti lezat deh, roti buatan Mama!" Cleo berbisik seraya memeluk Samantha dari belakang. Lelah bermain play station, bergegas menghampiri mamanya yang sibuk berkutat di dapur.
Terbiasa menemani sang mama membuat roti, sedikit demi sedikit, Cleo pun mulai paham langkah-langkahnya. Tak jarang pula, bocah lelaki berusia sepuluh tahun, yang sebentar lagi menginjak usia sebelas tahun itu kerap membantu membeli bahan di warung, mengaduk tepung, mengoleskan mentega di permukaan kue dan mengatur timer.
"Abang!" Freya berlari mendekat, setelah menyelesaikan makan sorenya. Bik Ririn bangkit dari duduk yang semula di ruang tamu, ikut menghampiri nonanya untuk melihat bolu kukus yang sudah jadi.
"Freya udah selesai makan, Bik?" tanya Samantha seraya menempatkan bolu warna pink dan hijau ke wadah transparan.
Biasanya, yang bertugas mengirim pesanan adalah Samantha ditemani si sulung. Tidak hanya bolu, kue lebaran pun juga bisa dibuatnya. Kemahiran memasak ini didapat ketika dulu Samantha sempat menemani mendiang Fina yang suka memasak, didukung kemajuan teknologi untuk mencari tutorial apapun di internet.
"Freya mau?" Samantha mengambil satu bolu yang sengaja dilebihkan jumlah masaknya, untuk dikonsumsi mereka pribadi. Si bungsu yang kini berusia lima tahun, menerima kue itu dengan semringah dan memakannya dengan lahap.
"Bik, kalau Freya udah selesai makan, tolong mandikan dia, ya. Aku sama Cleo mau antar pesanan ini." Samantha berucap di sela kesibukannya membungkus wadah transparan itu dengan plastik hitam bercap brand miliknya dengan tinta putih.
Bik Ririn mengangguk, mengajak Freya kembali ke kamar, untuk mengambil baju ganti dan siap memandikan nona kecilnya. Puji syukur, Bik Ririn selalu diberi kesehatan, di usia yang sudah 55 tahun, ia masih kuat menjaga Freya, dan mengerjakan pekerjaan rumah.
Samantha sudah beberapa kali menyuruh Bik Ririn untuk pensiun, melihat kondisinya yang sudah renta. Tetapi, wanita yang sudah dianggap sebagai ibunya sendiri itu menolak, dan bersikeras untuk tetap di sini, menjaga dan menemani mereka.
"Assalamualaikum ...."
"Waalaikumsalam," jawab Samantha dan Cleo berbarengan. "Cleo, coba lihat, siapa yang datang."
Cleo mengangguk, berlari kecil dari dapur menuju ruang tamu. Seketika matanya berbinar melihat sosok yang hadir. Lantas, ia berhambur memeluk wanita yang kini berlutut di hadapannya. "Neneeek!"
Sindy mendekap Cleo, sebulan lamanya mereka tidak bertemu, kerinduan yang memuncak membuatnya datang kemari.
"Chloeee!" Cleo beralih memeluk Chloe, gadis cilik yang selisih usianya hanya satu bulan dengannya. Cleo menggamit tangan Chloe dan mengajaknya masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Bahtera, Satu Cinta • Trilogy Of Sadewa (COMPLETED)
Romansa[FOLLOW SEBELUM BACA] Baca Sadewa & Samantha dulu!! Genre: Romance - Dewasa | 21+ "Gue cuma pengin melampiaskan kangen ke lo, wajah yang selama ini gak bisa gue lupain." Sadewa hendak meraih tengkuk Samantha, namun ditepis. "Kalo waktu bisa diputar...