42. Promise ✌

579 55 28
                                    

Author update, readers wajib comment 👾

"Papaaa!" Cleo berteriak kegirangan. Setelah menyiapkan buku dan peralatan mewarnai untuk sekolah besok pagi, ia bergegas menghampiri orang tuanya di kamar, serta adiknya yang kini sedang terjaga dan dimomong oleh sang mama. "Freyaaa!"

"Sayang, jangan teriak-teriak, ya. Nanti adek nangis," ujar Samantha menasihati seraya mengusap rambut Cleo, sementara si sulung hanya menyengir. Sudut bibirnya tertarik ke atas ketika melihat Cleo dengan gemas menciumi pipi Freya yang gembul. "Abang sayang adek, kan?" tanyanya. Cleo mengangguk mengiakan, tanpa menatap sosok yang mengajaknya bicara.

David meraih kedua tangan Cleo, dalam satu gerakkan, tubuh mungil itu berada di atasnya. Bagian punggung si sulung disangga dengan kedua lututnya yang ditekuk, kemudian ia mulai menciumi Cleo dengan gemas. "Kalau Papa gak ada, abang harus jagain adek, ya."

Cleo mendongak, menatap manik hazel yang sejengkal darinya. "Papa mau ke mana?" tanyanya dengan lugu, kontan Samantha pun ikut bereaksi bingung terhadap ucapan si suami.

David terkekeh, lalu mencubit pipi Cleo sampai menimbulkan kemerahan. "Papa gak ke mana-mana, akan selalu di sini, menemani abang sama adek," jawabnya tersenyum simpul. Sedetik kemudian, ia menoleh ke kanan ketika pundaknya dicubit sang pujaan hati. "Ih, kenapa cubit-cubit, sih? Sakit tauuu!"

Tak langsung menjawab, Samantha justru mengerucutkan bibirnya. "Jangan ngomong kayak gitu dong, kan aku jadi merinding dengarnya."

Lantas, David tertawa lepas melihat raut khawatir di wajah istrinya. Ia menurunkan Cleo kembali dari yang semula duduk di perutnya, kini duduk di kasur, dekat Freya, kemudian ia beringsut duduk dan mendekap tubuh Samantha dengan erat. "Sayang, kita gak pernah tahu takdir Tuhan. Harapanku, kita bisa selalu bersama, menjaga dan merawat anak-anak sampai tumbuh dewasa, kemudian menua bersama."

Samantha diam, tangannya mengusap punggung David. Ia menelusupkan kepala ke pundak lelaki itu, menghirup aroma sabun mandi yang wanginya menyeruak. Tak ingin banyak bicara, karena merasa lelah dihadapkan dengan berbagai masalah di masa lalu.

"Sam, aku pengin bisa kasih kebahagiaan untukmu dan keluarga kecil kita," ujar David seraya melepas pelukannya. Ia mengusap pipi Samantha dengan ibu jarinya, menatap manik hitam itu dengan intens. Diiringi suara Cleo yang bergurau dengan Freya, David pun membisikkan sesuatu di telinga sang istri, "apapun yang bisa bikin kamu bahagia, akan aku lakukan, meski aku harus kehilangan kebahagiaanku sendiri."

Kerutan tercetak jelas di kening Samantha. Ia bingung dengan ucapan David yang ngelantur. "Bukannya kamu bilang, kalo pengin bahagiain aku sama anak-anak? Kenapa harus ngorbanin kebahagiaanmu?"

Kecupan lembut adalah jawabannya, David tak yakin dapat menjamin keluarganya memiliki kehidupan yang layak dan bahagia, namun ia akan terus berupaya agar hal itu dapat terjadi.

Tiba-tiba, ciuman itu terlepas ketika ketukan nyaring terdengar beberapa kali dari balik pintu. David bergegas membukakan pintu tersebut, dan muncullah Bi Ririn dengan pandangan kosong. "Kenapa, Bi?"

"Anu ...," jawab Bi Ririn gagu. "Ada tamu, cari Tuan."

Samantha yang menguping bisikan Bi Ririn, ikut penasaran, lantas memberi perintah pada Cleo agar menjaga Freya, sementara ia mendampingi David untuk menemui tamunya. Ketika keduanya sampai di ruang tamu, tiga lelaki yang sudah berumur tampak berdiri di ambang pintu dan salah satunya memanggil nama David.

Merasa dirinya adalah orang yang dicari, lantas David pun mengangguk mengiakan identitasnya. Tanpa aba-aba, kedua pergelangan tangannya langsung diborgol oleh seorang lelaki yang mengenakan jaket hitam. "Apa-apaan ini?!" pekiknya seraya berusaha melepaskan borgol yang sudah terkunci itu.

"Pak! Kenapa suami saya diborgol?!" Samantha terkejut dengan pergerakan ketiga lelaki itu, ia ingin mendekat namun dihadang oleh mereka.

Lelaki berambut klimis segera menunjukkan selembar kertas di hadapan Samantha. "Kami mendapat laporan bahwa Pak David telah melakukan penggelapan dana di perusahaannya."

"Astaghfirulloh!" Samantha menjerit, bersamaan dengan itu, Cleo langsung berlari ke sumber suara, dan menghampiri mamanya. Sementara Bi Ririn bergegas menggendong Freya dan menguping pembicaraan dari balik dinding. "Dave! Apa tuduhan ini benar?"

David menggeleng lemah, matanya memerah, tangannya yang diborgol ke belakang, membuat lengannya linu dan kesakitan. "Saya gak lakuin itu, Pak! Sumpah, demi Tuhan!"

"Anda bisa jelaskn nanti di kantor polisi, sekarang anda ikut kami," ujar sang komandan, kemudian lelaki yang sedari tadi menahan tubuh David yang berontak, langsung memaksanya untuk masuk ke mobil yang terparkir di depan rumah.

Kontan, beberapa tetangga yang mendengar sirine polisi bergegas menjadikan hal ini sebagai tontonan gratis, bahkan saling berbisik dan menerka apa yang telah diperbuat David hingga dirinya bisa tertangkap oleh polisi?

"Papaaaa!" Cleo berlari keluar rumah, menggedor-gedor pintu mobil polisi yang terlah terkunci rapat dan menjerit histeris. "Jangan tangkap Papaaaa!

"Papa jangan pergiiii!"

"Cleo!" David membenturkan kepalanya ke jendela, meneriaki agar sang anak menjauhi mobil yang hendak melaju itu. "Minggir, Nak!"

"Pak polisiii!" Cleo masih menggedor pintu itu, namun tubuhnya langsung berada dalam gendongan Samantha. "Lepasin Papaaa!"

"Abang, jangan nangis. Pak polisi gak jahatin Papa kok," ujar Samantha berusaha menenangkan, sementara batinnya sudah kalut, ingin menjerit namun situasi sangat tidak memungkinkan.

Pandangannya menatap nanar pada iringan dua mobil dengan lampu sirine biru yang menyala terang mulai meninggalkan tempat. Tangis tak dapat dibendung, lantas kepalanya menengadah menatap hamparan langit pekat di atas sana seraya membatin, "cobaan apalagi yang kau berikan, Tuhan?"

😭

A/N: maaf, kalo ceritanya gak nge-feel 😭

Kira-kira kenapa David bisa ditangkap polisi??

Published: 11 September 2021

Love,

Max

Dua Bahtera, Satu Cinta • Trilogy Of Sadewa (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang