hello, jangan siders dong.
tinggalkan vote dan comment, ya.
💦
“Cleo, kamu gambal apa?” Chloe menoleh ke kanan, mengintip buku gambar yang jadi wadah Cleo untuk berkreasi. Keduanya duduk di meja yang sama, diberi tugas oleh Bu Gina untuk mewarnai beragam objek dalam modul pelajaran. Cleo yang sudah mahir dalam hal mewarnai, berinisiatif untuk menggambar dalam buku gambar miliknya, sementara Chloe masih dalam tahap asal mewarnai dengan pola yang tidak aturan dan kerap keluar dari garisnya.
Chloe berdecak kesal, ia meletakkan pensil warnanya dengan kasar di atas buku, kemudian bersedekap dada. “Ih, gambal aku jelek banget!” teriaknya dengan kesal, membuat atensi teman-teman, termasuk Bu Gina beralih padanya.
Cleo terkekeh geli melihat kekesalan Chloe, pandangannya beralih pada objek gambar kodok yang diberi warna biru oleh gadis itu. “Chloe cantik, mana ada kodok warna biru?”
Chloe yang semula bersungut, lantas mengambil bukunya dan menunjukkan pada Cleo dengan senyum semringah. “Chloe suka warna bilu, makanya Chloe kasih walna kodoknya bilu!”
“Hahaha!” Cleo terbahak keras sekali, membuat teman-temannya ikut berkerumun dan menyaksikan apa yang menjadi objek keributan di meja pada baris ketiga. Masih dengan wajah tanpa dosa, Cleo bersedekap sembari menatap Chloe dengan senyum simpul. “Kodok itu warna hijau, Chloeee!”
“Tapi, Chloe suka walna biluuu!”
“Bukan berarti kamu warnain semuanya pake warna biruuu!” ujar Cleo dengan gemas, sedetik kemudian ia merebut buku Chloe dan membuka lembaran-lembaran hasil pengerjaan sebelumnya. Cleo menggeleng beberapa kali dan menunjukkan gambar sapi yang sedang makan rumput dan seluruh badan sapi itu diberi warna biru. “Ini sapi, Chloe, harusnya kamu kasih warna hitam dan putih, atau cokelat. Apa kamu cuma punya pensil warna biru?” tanyanya sambil melirik ke arah kotak pensil Chloe.
Gadis itu menggeleng pelan. Ia mengedarkan pandangan ke sekitar, banyak pasang mata menatapnya sambil tertawa lebar, termasuk Bu Gina yang kini berusaha menenangkan seisi kelas. Lantas, Chloe kembali merebut bukunya dari tangan Cleo, dan memasukkannya ke dalam ransel pink, beserta alat tulis lainnya. Tanpa berucap, ia langsung mencangklongkan tasnya di pundak lalu bergegas meninggalkan kelas.
Kontan, seluruh penghuni kelas terdiam ketika mendengar tangisan nyaring dari arah luar. Chloe menghampiri Gadis yang sedang berbincang dengan para pengasuh lainnya, ia berhambur memeluk gadis remaja itu dan menangis sesenggukan. Gadis yang tak tahu apapun, merasa bingung. Ia beberapa kali mengusap punggung mungil Chloe, dan mendengarkan cerita dari Bu Gina tentang penyebab nona mudanya menangis.
Cleo dan teman-temannya mengumpul di depan pintu, menyaksikan Chloe yang berusaha ditenangkan oleh banyak orang. Namun, gadis itu tetap menangis dan merengek untuk pulang. Penghuni dari kelas lain pun ikut penasaran dengan apa yang terjadi pada gadis yang tengah duduk di pangkuan pengasuhnya, di halaman sekolah.
Cleo yang melihat itu pun merasa bersalah, ditambah lagi; Reza, temannya sempat menyenggolnya dan berbicara, “Gara-gara kamu sih, Chloe nangis tuh! Kamu harus minta maaf!”
Cleo memberanikan diri menghampiri Chloe, lalu ia mengulurkan tangan sambil berucap, “Maafin aku, Chloe. Aku udah bikin kamu nangis, karena mengejek hasil tugas mewarnai kamu.”
Bu Gina dan beberapa orang dewasa yang melihat itu pun tertegun. Mereka mengapresiasi keberanian Cleo dalam hal mengakui salah dan meminta maaf, juga memaklumi bahwasannya anak-anak pasti berbuat salah dan setelah itu akan berbaikan lagi.
“Chloe, maafin aku, ya?” Cleo kembali berucap, masih dengan posisi yang sama. Namun, Chloe justru membuang muka, dan mendekap Gadis dengan erat. Kini, isaknya pun mereda. “Aku janji, gak bakal ejek sapi birumu lagi.”
Sontak, semua orang tertawa. Masalah pertengkaran mereka cukup konyol, hanya karena Chloe yang menyukai warna biru dan mewarnai hampir seluruh gambarnya dengan warna biru. Anak kecil memang menggemaskan!
“Chloe sayang, Cleo udah minta maaf. Chloe jangan nangis lagi, ya?” ujar Bu Gina dengan nada lembut seraya mengusap betis Chloe. Ia memberi isyarat pada Gadis untuk melepas dekapan dan menyuruh Chloe untuk bersalaman dengan Cleo. “Nah, sekarang, maafin Cleo, ya?”
Kaki mungil Chloe terasa lemah, hampir saja ia ambruk, namun Gadis dengan sigap menahannya. Chloe mengusap air mata dan bekas ingus di hidungnya, kemudian membalas uluran tangan Cleo sambil mengangguk dua kali.
“Anak pintar!” Bu Gina tersenyum puas melihat dua muridnya yang bisa menyelesaikan masalah dengan baik-baik. Ia menyentuh pundak Cleo dan Chloe, lalu berkata, “Kalian kan teman, jangan saling mengejek, ya? Seharusnya saling mendukung dan membantu, khususnya Cleo ... tolong bantu Chloe mengerjakan tugas mewarnai, ya?”
Cleo mengangguk dengan ekspresi datar. Rambutnya yang lebat dan berantakan, membuatnya semakin terlihat mirip dengan sang papa. Sedetik kemudian, ia terenyak ketika Chloe tiba-tiba memeluknya dengan erat.
“Chloe udah maafin Cleo. Jangan ejek Chloe lagi, ya?” ucap Chloe dengan lirih. Cleo mematung, diam untuk sesaat, lantas ia mengangguk mengiakan dengan senyum simpul. “Janji?”
“Janji.”
💦
A/N: anak-anaknya bang-sad pada gemesin, ya 😭 ga kuat banget ngetik scene uwu mereka berdua, huhu..
.
Aku boleh minta tolong gak, bantu share cerita Sadewa The Series ke teman-teman kalian, supaya cerita ini ramai oleh banyak pembaca. Pengiiiinnn banget, bisa tembus jutaan kali baca 😭
.
Published: 5 Maret 2021
Love,
Max
Klik 🌟, ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Bahtera, Satu Cinta • Trilogy Of Sadewa (COMPLETED)
عاطفية[FOLLOW SEBELUM BACA] Baca Sadewa & Samantha dulu!! Genre: Romance - Dewasa | 21+ "Gue cuma pengin melampiaskan kangen ke lo, wajah yang selama ini gak bisa gue lupain." Sadewa hendak meraih tengkuk Samantha, namun ditepis. "Kalo waktu bisa diputar...