"Jujur sama gue, malam itu terjadi sesuatu, kan? Itu sebabnya lo nangis," desak Denis tidak sabaran wajahnya kebas menghadapi kebisuan Nara.
Gadis mungil berkaca mata itu terus saja menggeleng tak mau membuka suara, ia hanya menunduk berusaha menghindari tatapan Denis, takut jika cowok itu mengetahui kebohongannya.
"Nara, jawab!" sentak Denis setengah membentak, ia mengusap wajah frustrasi. "Ayah dari anak lo itu harus tanggung jawab, Nara! Lo nggak bisa biarin dia seenaknya gini sama lo!"
Denis kembali menarik nafas, mencengkeram kedua bahu Nara dan menuntunnya menghadap dirinya. Saat itulah Denis dapat menatap mata sendu Nara yang penuh kemalangan. Ia tidak tega membiarkan Nara dalam keadaan seperti ini.
"Ayah dari anak itu, Revan, kan? Malam itu dia yang udah ngelakuin ini sama lo, iya kan? Please Nara jujur sama gue semua ini demi kebaikan lo. Lo nggak perlu takut karena gue yang bakal menjamin itu."
Nara kembali menunduk menyembunyikan matanya yang mulai berkaca-kaca. Di sisi lain ia ingin jujur tapi di sisi lainnya lagi ia takut jika ia jujur Revan akan melakukan seperti ancamannya tempo hari.
"Nara liat gue," ucap Denis menarik pelan dagu Nara hingga gadis itu tidak punya pilihan selain memperlihatkan wajahnya yang di penuhi air mata
Denis tak mengucapkan apa-apa, ia hanya merengkuh tubuh kurus itu dalam dekapannya berharap itu bisa menjadi obat penenang untuk gadis malang itu.
"Air mata lo udah cukup menjawab semua pertanyaan gue, Ra. Sekarang, lo harus ikut gue!"
Nara mengerutkan dahinya, "kemana, Kak?"
"Ke tempat yang bisa menyelesaikan semua masalah lo ini," jawab Denis misterius sembari membantu Nara berdiri
Setelah mengurus urusan administrasi di rumah sakit itu, mobil Denis segera melenggang meninggalkan halaman parkir rumah sakit melaju kencang bak orang kesetanan di jalan.
Nara tidak tau dan tidak mengerti apa yang akan Denis lakukan sekarang, gadis itu bahkan tidak bisa menebak kemana Denis akan membawanya.
Tapi, jauh dari semua pertanyaan itu dia bersyukur bisa bertemu dengan Denis yang membuat dia merasa tidak sendirian di dunia ini.
Semalam saat kelelahan berjalan dan kehujanan Nara pingsan di pinggir jalan dan tak sengaja Denis melihatnya lalu segera membawanya ke rumah sakit. Nara di rawat selama satu hari penuh di tempat berbau obat-obatan itu. Dan Nara tidak tau bagaimana Denis bisa tau soal kehamilannya dan juga Revan.
Hari sebentar lagi gelap, tepat dua puluh menit kemudian mobil hitam mewah milik Denis memasuki halaman rumah besar bak sebuah istana. Rumah itu sepuluh kali lipat lebih besar dari rumah Nara, dindingnya di cat warna emas dan putih memberikan kesan kemegahan.
Nara terpukau, untuk pertama kali melihat secara langsung rumah sebesar itu. Bahkan taman depannya sangat luas melebihi pekarangan rumahnya. Banyak bunga-bunga indah tertanam di sana dan rumput-rumput hijau yang dirawat dan ditata sedemikian rupa.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANARA
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA] **** Otoriter. Kaku. Kasar. Kejam. Ketus. Pemarah. Arogan. Angkuh. Bisa di bilang semua sifat buruk laki-laki melekat pada dirinya. Jika di sebutkan satu persatu, sederet paragraf tidak cukup untuk mendeskripsikannya. ...