Brakkk!!!
Meja kaca itu bergetar saat menerima beban dari tiga tumpukan buku tebal yang mendarat kasar di atasnya. Nara yang tengah membersihkan sofa dengan sapu bulu pun ikut terlonjak kaget. Gadis itu berbalik penasaran, rupanya sumber dari suara benda jatuh itu ada di hadapannya berdiri dengan wajah tak bersalah.
"Kerjain PR gue, gue mau hari ini semuanya selesai!" perintah Revan seenaknya
Nara kemudian melirik buku paket tebal di atas meja diantaranya ada BIOLOGI, KIMIA dan FISIKA.
"Oya, satu lagi." Cowok itu merohgoh saku celana lalu melemparkan benda kecil berwarna hitam di samping buku-buku tadi. "Jangan lupa makalah gue juga, judul materinya ada di flasdisk itu, gue mau semua PR gue harus dapet nilai bagus. Awas aja kalo sampai lo asal-asalan ngerjainnya!"
"Iya, kak," jawab Nara patuh mulai membereskan buku-buku pelajaran Revan
cowok itu mengerutkan dahinya sedikit sebal dengan reaksi Nara yang malah terlihat senang, "lo kenapa nggak protes sih?"
"Kenapa harus protes, Kak?" tanya Nara polos ia sama sekali tidak mengerti dengan jalan pikiran Revan. Orang yang katanya tidak suka di bantah malah sekarang minta di bantah.
"Ya, gue kan udah ngasi lo tugas banyak Biologi, Fisika, Kimia lagi harusnya lo protes."
"Aku malah seneng kalo di suruh ngerjain PR-nya Kak Revan, aku sama sekali nggak keberatan," jelas Nara penuh pengertian
"Emang dasar kutu buku lo!" cibir Revan sebal karena upayanya membuat Nara menderita sepertinya gagal.
"Jadi, PR-nya mau aku kerjain atau nggak, Kak?"
"Kerjain!" ketusnya, "emang lo bisa pelajaran gue? Lo kan baru kelas dua?"
"Kita liat aja nanti," jawab Nara tersenyum percaya diri
Kini gadis itu memilih duduk di ruang tengah setelah mengambil peralatan tulis, laptop dan buku. Sementara dari kejauhan Revan duduk di sebuah kursi memperhatikan cewek cupu itu mengerjakan semua tugasnya. Ia benar-benar ingin tau sepintar apa Nara.
Hari minggu Revan habiskan dengan berdiam diri di rumah, memutuskan untuk bersantai tanpa gangguan dari teman-temannya. Semalam saja mereka sudah parti habis-habisan di sebuah club malam dan itu benar-benar menguras tenaga Revan hingga membuat badannya terasa remuk ketika bangun pagi tadi.
Sembari memainkan ponselnya sesekali Revan melirik ke arah Nara, tapi gadis itu belum memperlihatkan tanda-tanda kefrustrasian mengerjakan soal-soal Fisika Revan. Hal itu membuat Revan semakin penasaran dan memutuskan melihatnya dari dekat.
Langkah kakinya yang khas dan aroma khas tubuhnya begitu mudah di kenali, membuat Nara selalu menyadari kehadiran Revan hanya dengan mencium aroma itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANARA
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA] **** Otoriter. Kaku. Kasar. Kejam. Ketus. Pemarah. Arogan. Angkuh. Bisa di bilang semua sifat buruk laki-laki melekat pada dirinya. Jika di sebutkan satu persatu, sederet paragraf tidak cukup untuk mendeskripsikannya. ...