6. REVANARA

57.2K 2.9K 51
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




"CUPU!"

teriakan itu membuat Nara yang tengah merapikan kamarnya tersentak kaget. Cepat-cepat ia berlari keluar untuk memastikan ia tidak salah mendengar

"CUPU ... !" teriakan itu terdengar lagi kali ini lebih lantang dan tidak sabaran

"IYA KAK?" jawab Nara balas berteriak agar suaranya terdengar hingga lantai atas. Gadis itu menghentikan langkahnya di depan tangga, ia tidak bisa naik ke atas tanpa perintah dari Revan karena itu Nara hanya berdiri di sana seperti orang dungu

"IYA-IYA, CEPETAN SINI!" bentak Revan kesal dari kamarnya, barulah Nara berani melangkah naik menuju kamar Revan.

Pintu kamar berpintu coklat itu di biarkan terbuka hingga Nara bisa melihat Revan yang sedang duduk di pinggir ranjang.

"Lo budek atau pura-pura nggak denger?! Dari tadi gue panggilin juga," kesal Revan menampakkan wajah garangnya

"Maaf kak, tadi aku lagi bersihin kamar jadi nggak begitu denger suara kak Revan," jawab Nara jujur

"Alah alesan doang, gue nggak peduli dan gue nggak mau tau! Sekarang pasangin sepatu gue," perintah laki-laki itu

Nara termangu beberapa detik, tadinya ia berpikir Revan tidak sungguh-sungguh tapi melihat kerlingan tajam mengerikannya membuat Nara yakin, ia harus melaksanakannya. Meski, gadis itu merasa sedikit aneh di jaman sekarang ini masih ada orang yang tidak bisa mengikut tali sepatu sendiri. Atau Revan hanya ingin mengerjainya seperti kebiasaan yang selalu ia lakukan.

Dengan telaten dan penuh ketulusan Nara memasangkan sepatu di kaki Revan, mulai dari memakaikan kaos kaki hingga mengikat tali sepatu berlogo nike itu dengan rapi.

"Udah selesai kak," ujar Nara kembali berdiri

Sebelum berkomentar Revan mengamati kedua kakinya dan tersenyum puas, lumayan ikatan sepatu Nara lebih rapi dari pada pelayan pribadinya.

"Sekarang gue mau sarapan, bawain tas gue!" ujar Revan lagi lalu turun menuju ruang makan sementara Nara mengekor di belakangnya membawakan tas sekolah yang biasa ia kenakan

Melihat Revan sudah mengenakan pakaian rapi, membuat gadis itu merasa sedih. Kini, ia tidak bisa lagi melanjutkan pendidikannya padahal ia baru saja menginjak kelas dua SMA. Nara bahkan tidak tau bagaimana nasib pendidikannya selanjutnya.

Di sisi lain ia sangat menyukai pelajaran dan memiliki cita-cita tinggi, tapi sekarang sepertinya dia harus melupakan keinginannya untuk mendapatkan beasiswa di universitas ternama di Indonesia. Jangankan Universitas, lulus SMA saja dia sudah gagal.

"Ngapain diem aja? Ambilin!" tegas Revan menatap sinis Nara

Gopoh-gopoh gadis itu meletakkan tas Revan di kursi yang satunya lalu menarik sebuah piring dan mengisinya dengan beberapa sendok nasi goreng buatannya.

REVANARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang