35. REVANARA

45.1K 2.8K 31
                                    

Cieee nungguin ya?

Eits, VOTE dulu dongs! Gratis

Wajib follow sebelum baca!

Tarik nafas dulu dalem-dalem karena chapter ini bakal bikin kalian sesek nafas🤣

"Gue emang nggak menginginkan hal ini sejak awal tapi bukan berarti lo bisa nyakitin dia!!" - Revano Megantara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue emang nggak menginginkan hal ini sejak awal tapi bukan berarti lo bisa nyakitin dia!!" - Revano Megantara



Ujung sepatu Revan mengetuk-ngetuk di lantai dengan tidak sabaran, kedua tangannya menutupi wajahnya yang gusar.

Cowok itu duduk di ruang tunggu, berusaha tenang tapi nyatanya tidak bisa. Kenapa dia bisa sepanik ini? Seumur hidup Revan tak pernah merasa begitu mengkhawatirkan seseorang.

Anastasya yang berdiri tak jauh darinya bingung melihat tingkah kakaknya yang tak biasa. Sejak tadi Revan hanya terdiam, entah apa yang sedang cowok itu pikirkan.

"Minum dulu, Van" Anas menyodorkan botol mineral

"Lo aja yang minum," balasnya singkat tanpa melihat wajah Anas

Gadis berambut pirang itu mendudukan dirinya di sebelah Revan dengan ragu menepuk pundak kakaknya.

"Lo tenang aja Nara pasti baik-baik aja," ucap Anas canggung

Ia dan Revan memang tidak pernah sedekat ini, hubungan mereka terlalu dingin untuk disebut adik-kakak. Namun, Anas sejatinya tak pernah membenci Revan dia selalu menginginkan yang terbaik untuk kakaknya.

"Keluarga pasien Ibu Nara?" seru seorang dokter keluar dari ruang rawat di sebelah mereka

Revan bergegas berdiri menghampiri dokter itu dengan penuh harap, "saya suaminya."

Dokter itu mengamati Revan beberapa saat melihat seragam SMA yang masih melekat di tubuhnya. Ia sedikit ragu dengan pernyataan Revan barusan.

"Bagaimana keadaan dia, Dok?"

"Oh iya, dia baik-baik saja Anda tidak perlu khawatir. Ini reaksi yang wajar saat seseorang terkenal bola," jelasnya

"Kapan dia bisa pulang?"

"Sekarang sudah bisa pulang."

"Baik Dok, terimakasih."

"Kalau begitu saya permisi dulu."

Revan beralih menatap Anastasya, wajahnya berubah menyeramkan. Anas yang biasanya selalu memberontaknya merasakan nyalinya menciut.

"Gue minta tolong sama lo anterin Nara pulang," tegasnya

"Emangnya lo mau ke mana?" Anas mengerutkan dahinya tak mengerti

"Gue ada urusan," cicit Revan lalu beranjak pergi begitu saja tanpa memberikan penjelasan yang jelas pada Anastasya

REVANARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang