Aku nulis kayak nggak ada yang baca?
Vote dan komennya dongs, gratis kok nggak bayar.
Masih mau lanjut nggak nih?Happy reading😊
Langkah Nara terhenti di koridor kelas 12, ia mengurungkan niatnya menemui Revan. Ada perasaan aneh yang menyelinap di hatinya setiap kali melihat kedekatan Revan dan Gisella.
"Beib, makan kok sampe belepotan gitu sih?" Revan mengusap sudut bibir Gisella dengan ibu jarinya
Gisella tersenyum menyandarkan kepalanya di bahu bidang Revan, "beib, kamu sayang nggak sama aku?"
"Kenapa nanya gitu?"
"Ya aku pengen denger aja."
"Iya sayang dong, kamu masih ngeraguin aku?"
"Nggak, cuma aku pengen denger langsung dari mulut kamu."
"Perasaan aku ke kamu itu ibarat langit sayang, luas dan tak terbatas jadi kamu nggak perlu ngeraguin aku."
"Kamu nggak bakalan ninggalin aku 'kan?"
Revan menggeleng lembut seraya mengusap rambut panjang ke kasihnya, "nggak akan."
Perih. Sudah pasti. Nara tidak perlu mengutarakannya dengan jelas, wajah pias gadis itu cukup menunjukkan bagaimana perasaannya sekarang.
Revan tidak akan pernah meninggalkan Gisella, dia tau itu. Pada akhirnya Nara yang harus pergi, bukankah ia sudah tau sejak awal?
Tapi, tetap saja rasanya menyakitkan. Nara tau dia tidak seharusnya merasa seperti ini, dia sama sekali tidak berhak cemburu, kecewa atau marah karena sejak awal Revan memang bukan miliknya dan mungkin tidak akan pernah menjadi miliknya.
Bangun Nara, jangan mimpi terlalu tinggi karena jatuhnya sakit.
Kedua bahu gadis itu merosot turun, melangkah perlahan menjauhi koridor. Sekotak puding yang sendari tadi ia bawa di remas kuat-kuat, puding yang seharusnya untuk Revan. Nara sengaja membuatnya namun sepertinya sia-sia.
"Kenapa nggak jadi ke sana?" Nara menoleh menatap cowok tinggi bersenyum manis itu, balik tersenyum tanpa semangat.
"Nggak pa-pa. Kak Denis bukannya harus wakilin sekolah ke seminar di kantor gubernur?"
"Iya ini baru aja balik."
Nara hanya ber-oh-ria menanggapi jawaban Denis.
"Lo pasti mau ketemu Revan kan?"
"Nggak kok."
"Udah jangan bohong sama gue. Gue tau Ra perasaan lo dan gue ngerti."
"Apaan sih Kak, emang aku kenapa?"
Denis menoleh sebentar ke arah Revan, "lo cemburu ya ngeliat Revan sama Gisella?"
Pupil gadis itu melebar, cepat-cepar ia menggeleng. "Apaan sih kak Denis."
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANARA
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA] **** Otoriter. Kaku. Kasar. Kejam. Ketus. Pemarah. Arogan. Angkuh. Bisa di bilang semua sifat buruk laki-laki melekat pada dirinya. Jika di sebutkan satu persatu, sederet paragraf tidak cukup untuk mendeskripsikannya. ...