30. REVANARA

49.9K 2.8K 23
                                    

"Gue nggak pernah mentolerin penghianatan dalam bentuk apa pun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue nggak pernah mentolerin penghianatan dalam bentuk apa pun. Sekali pun gue cinta tapi gue nggak bodoh buat ngerti lo udah sia-siain cinta gue!" - REVANO MEGANTARA



"Belok kanan bego! Ngapain malah ke situ!" teriak Alex kesal

"Berisik banget sih lo, Lex!" bales Bara, "gue jadi nabrak pembatas jalan nih."

"Ya itu karena lo bego ngapain ke kiri lintasannya kan ke kanan, petunjuk jalan segede gaban lo nggak liat!"

"Gimana gue bisa konsen kalo lo ngoceh muluk!"

"Awas aja kalo kalah terus rank gue turun gue jewer telinga lo."

"Diem-diem!!" Bara meringis seraya menekan penuh emosi stik ps-nya, "gue nggak bisa belok,"

"L, segitiga goblok!" Alex bener-benar frutrasi menghadapi Bara yang sejak tadi tidak pernah benar bermain.

Bara masih berkonsentrasi mengikuti interuksi Alex yang memang pakarnya dunia per-PS-an. Pantas saja cowok itu bisa sesetres itu kalau kalah.

Sementara itu Bram dan Revan tertawa terpingkal-pingkal menyaksikan perseteruan bodoh kedua sahabat mereka.

Wajah kesal Alex mengocok perut mereka sementara wajah sangar Bara yang bercampur bego membuat dia terlihat mengenaskan.

"BARAAAAAA!!!!" teriak Alex sekencang-kencangnya, melempar stik PSnya dan menatap Bara membunuh

Bara tersenyum tak berdosa, "yaelah kalah sekali doang."

"Kamvret emang lo, gue nggak mau lagi main sama lo awas aja lo pake akun gue. Gue ceburin lo ke samudra paling dalam!"

"Tega amat lo Lex sama sahabat sendiri."

"Lo nggak usah ikut-ikutan Bram," cicit Alex kesal setengah mati

Tok ... tokk ... tokk ...

Suara pintu terketuk itu menginterupsi kegiatan mereka. Sontak empat pasang mata itu menatap ke arah pintu ruang kelas khusus mereka.

Jangan heran kenapa mereka bisa main  PS di kelas karena ruang khusus milik mereka merupakan bilik luas yang terbagi menjadi dua ruangan. Satu ruang belajar dan satu untuk bersantai. Di sanalah mereka lebih banyak menghabiskan waktu di jam-jam kosong atau jam istirahat.

Gisella berdiri dengan wajah tertunduk, untuk pertama kalinya dalam sejarah gadis itu kehilangan kepercayaan dirinya.

Berhadapan dengan Revan saat ini adalah sebuah keberanian yang berhasil ia kumpulkan.

Wajah Revan berubah dingin, senyum yang tadi terlihat seketika meredup dan sahabatnya tidak bodoh untuk menyadari atmosfir di sekitar mereka berubah menegangkan.

"Revan, aku mau ngomong kalo kamu ada waktu," cicit Gisella ketakutan

"Gue nggak punya waktu." Balasnya tanpa menatap Gisella

REVANARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang