4 tahun kemudian ...
Beberapa orang terlihat sedang berkumpul membahas sesuatu di sebuah ruangan berlapis kaca.
Tatapan mereka fokus mendengarkan ucapan seorang gadis berpakaian formal di hadapan layar monitor. Gadis berambut sebahu itu sedang menjelaskan konsep pameran yang akan mereka adakan tahun ini.
"Jadi, pameran tahun ini kita bakal lebih mengedepankan unsur seni modern dan tradisional. Jadi nanti, auditorium akan di bagi menjadi dua bagian yaitu konsep modern dan tradisional tadi. Sehingga setiap pengunjung yang datang seolah-olah bisa merasakan atmosfir yang berbeda ketika memasuki dua wilayah yang berbeda pula.
"Selain memamerkan lukisan dan karya seni, kita juga akan memamerkan beberapa peninggalan sejarah karena kita juga bekerja sama dengan museum Nasional. Agar sebisa mungkin ajang ini memberikan ilmu kepada para pengunjung. Mengenai konsepnya sudah kita bahas minggu kemarin dan silakan kalian diskusikan kembali dengan bagian terkait. Besok sore saya minta rancangan digitalnya harus sudah di tangan saya dan saya ingin kalian membuatnya seditail mungkin.
"Sampai di sini ada pertanyaan?"
"Tidak Buk semuanya sudah sangat jelas."
"Baiklah kalau begitu, rapat kita cukupkan sampai disini. Semangat!" wanita itu mengulum senyum manis menebarkan aura positif pada karyawan-karyawannya.
Selama ini dia memiliki reputasi yang bagus di mata para karyawannya. Rendah hati, selalu menghormati bawahan dan caranya merangkul setiap karyawan membuatnya memiliki tempat istimewa di hati mereka. Sehingga auditorium yang sudah berdiri selama 4 tahun itu berjalan dengan sangat membanggakan.
"Nara Adhisti!" Seruan itu sontak menghentikan langkah wanita itu yang baru saja keluar dari ruangan kaca membawa beberapa map di tangannya.
"Kairos?" ujar Nara terkejut namun senyum bahagia terpancar di wajahnya.
Seorang pria memakai stelan jas berwarna hitam itu berlarian kecil menghampiri Nara. Dia memiliki mata besar yang indah, kulit putih, rambut pirang dan postur tubuh yang mampu membuat para kaum wanita meneteskan air liurnya. Namun, sayang Kairos merupakan tipe pria pemilih yang membuatnya sangat telaten menjalin hubungan dengan wanita.
"Cieeee Ibu manager jam segini belum pulang, udahlah Ra lo udah punya kinerja bagus. Pulang lebih cepet nggak bakalan bikin Auditorium ini di tutup."
Nar terkekeh, "apaan sih."
"Oma juga udah suka banget sama kinerja lo sampai-sampai dia percayain harta berharganya ini ke lo. Tapi, bagus juga sih Revan nggak bisa jadi lo yang gantiin dia abisnya lo tau sendiri kan sepupu-sepupu yang lain nggak ada yang mau ngurus kek ginian."
"Udah deh nggak usah muji-muji aku."
"Terus masalah pameran gimana? Ada kendala nggak?"
Nara menggeleng, "sejauh ini sih semuanya berjalan dengan lancar."
"Lo sendiri kapan mau ngadain pameran?"
"Aku?"
"Yaelah, daripada lukisan lo di simpen di gudang doang mending lo pajang aja di auditorium," usul Kairos
Nara menggeleng sembari cekikikan, "lukisan aku belum pantes ada di sini."
"Kata siapa? Lo nya aja yang suka nggak pede."
"Yah, itu cuma hobi aku doang buat ngabisin waktu luang aja."
"Ya udah terserah lo tapi gue tetep berharap suatu hari bisa liat karya lo di pameran."
Begitulah Kairos sebenarnya dia tipe pria hangat dan nyaman bila di jadikan teman mengobrol. Namun, bila belum mengenalnya orang mungkin berpikir dia pria menyebalkan yang jarang senyum dan sedikit sombong.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANARA
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA] **** Otoriter. Kaku. Kasar. Kejam. Ketus. Pemarah. Arogan. Angkuh. Bisa di bilang semua sifat buruk laki-laki melekat pada dirinya. Jika di sebutkan satu persatu, sederet paragraf tidak cukup untuk mendeskripsikannya. ...