"Itu bukan urusan lo!" teriak Revan dengan gigi gemelatuknya
"Selama itu soal Nara, itu akan jadi urusan gue!!" tegas Denis tak mau kalah
"Lo suka sama Nara kalo lo suka kenapa lo nggak nikahin dia aja?!"
"KARENA LO YANG NGEHAMILIN DIA, BRENGSEK!!!" satu bogeman lagi menghantam pipi kiri Revan hingga tubuh cowok itu tersungkur ke lantai. "Kalo bukan karena kebejatan lo udah pasti gue nggak akan biarin Nara berurusan sama orang kayak lo, anj*ng!!!"
Revan masih terduduk di lantai, mengusap sudut bibirnya yang mengeluarkan darah. Tatapan matanyaa menebarkan aura permusuhan yang pekat tak jauh berbeda dengan kemarahan di mata Denis yang seakan bisa menghancurkan jagat raya.
"Kalo lo gagal jagain Nara, gue bakal rebut dia dari tangan lo dan gue nggak akan pernah biarin lo deketin dia lagi, ini peringatan terakhir dari gue." Ancam Denis sembari menunjuk-nunjuk wajah Revan
"Kalian berdua apa-apaan sih?!!" Teriak Anastasya tiba-tiba berlari ke arah mereka dan berdiri di antara keduanya yang sama-sama terbakar amarah. "Ini itu rumah sakit bukan ring tinju!!" hardiknya
Denis membuang nafas kasar, memundurkan langkah seraya memalingkan wajah. Anastasya tau, sepupunya itu sedang berusaha keras meredam amarahnya sementara tatapan sinis ia layangkan pada kakaknya.
"Kalo lo ke sini cuma mau bikin keributan mendingan lo pergi!" ketusnya ketika Revan sudah kembali berdiri
"Gimana keadaan Nara?"
"Kalo lo berharap dia kehilangan bayinya, maaf lo harus kecewa karena sampai saat ini bayinya masih sangat sehat," jawabnya sinis menekankan kalimatnya.
Revan tidak ingin beradu argumen lagi dengan saudaranya, ia berusaha mengabaikan semua ucapan sinis Anastasya yang menjurus pada kebencian akan dirinya.
"Gue mau liat keadaan dia, lo pulang aja Mama sama Papa nayariin lo."
"Nggak!" Sontak Anastasya menolak
"Gue suaminya!" tegas Revan memperingatkan, "lo, Denis, atau siapa pun nggak berhak ngelarang gue!!"
Anastasya terbungkam. Revan benar, tidak ada yang bisa menghalangi cowok itu bertemu dengan Nara karena sejatinya dia adalah orang yang bertanggung jawab atas gadis itu.
Anastasya tidak mengelak saat Revan mendorong pelan bahunya lalu berjalan ke ruangan Nara begitu juga dengan Denis yang nampak frustrasi di tempatnya.
***
Rumah besar yang beberapa jam lalu ramai oleh banyaknya tamu undangan, kini telah kembali menjadi rumah yang sepi, dingin dan menakutkan. Hanya beberapa pelayan yang tampak sibuk kesana-kemari membersihkan sisa-sisa pesta.
Anastasya melangkah berani memasuki rumah yang dia sebut rumah kegelapan. Dimana menurutnya rumah itu seperti kastil hitam yang menyimpan penyihir-penyihir jahat. Dia masih tidak percaya dirinya kembali ke Indonesia setelah lama terbuang di negeri orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANARA
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA] **** Otoriter. Kaku. Kasar. Kejam. Ketus. Pemarah. Arogan. Angkuh. Bisa di bilang semua sifat buruk laki-laki melekat pada dirinya. Jika di sebutkan satu persatu, sederet paragraf tidak cukup untuk mendeskripsikannya. ...