56. REVANARA

61.4K 2.4K 31
                                    


"Ra dengerin aku dulu," ujar Revan sedikit menjerit karena istrinya semakin mempercepat langkahnya.

Jangan harap Nara mau berhenti dan mendengarkan kata-kata pria itu, menoleh saja dia malas.

Pagi ini adalah hari pertama Revan mengambil Alih Auditorium dan itu artinya pria menyebalkan itu akan menjadi atasannya Nara menggantikan Kairos.

Sejak kemarin Nara tidak mau berbicara dengan Revan, wanita itu malah menganggap Revan seolah tidak ada. Jangan kira Revan tidak ada usaha untuk membujuknya, mulut pria itu sampai berbusa meminta maaf tapi Nara tak menghiraukan satu pun ucapannya.

Hal itu membuat Revan benar-benar frustrasi dan tidak tenang, ia sama sekali tidak menyangka Nara akan semarah itu dan Revan akui dia adalah gadis yang paling susah di luluhkan. Bayangkan saja Nara bisa memendam amarahnya selama 4 tahun lamanya. Dasar pendendam!

Dan selama itu Nara tak pernah mau berbicara padanya, setiap kali di telpon wanita itu selalu menghindar dan tak pernah membalas pesan-pesannya.

"Selamat pagi Ibu Nara," sapa seorang karyawan berambut panjang yang tak sengaja berpapasan dengan Nara

"Pagi Keisya," balas Nara menghentikan langkahnya seraya tersenyum

"Sama orang lain aja senyumnya manis banget giliran sama gue amit-amit, di anggep juga syukur!" Batin Revan melihat Nara dari kejauhan

"Itu pak Revan kan Buk, suami Ibu?" tanya Keisya mencuri-curi pandang 

"Itu pak Revan tapi dia bukan suami saya." Ketus Nara

Keisya melongo bingung, "loh sejak kapan dia nggak jadi suami ibu lagi?"

"Sejak 4 tahun yang lalu!"

Keisya semakin melongo kaget, "Ibu cerai?"

"Nggak," jawab Nara santai

"Lah?" Keisya semakin tidak mengerti

"Kenapa?"

"Buk, setau saya kalau cerai baru bukan suami Ibu lagi."

"Suka-suka saya lah kok kamu yang ribet!" Kesal Nara membuat semua orang lagi-lagi tercengang akan sikapnya. Biasanya Nara bukan tipe orang yang ketus dan judes.

"Ya sudah Buk saya permisi dulu," pamit Keisya

"Dari tadi kek." Dumbelnya

Nara hendak melanjutkan langkahnya tapi terhalangi oleh tubuh tinggi besar yang menatapnya garang.

Revan berdiri memblok jalannya, kedua tangan pria itu di pinggang, mata tajamnya seakan-akan hendak membunuh Nara saat itu juga. Namun, tak ada rasa takut sedikit pun dari kilat mata Nara yang ada malah tatapan menantang yang membuat situasi semakin panas.

"Selamat pagi Pak?" ucap Nara formal berusaha bersikap profesional seolah-olah mereka hanya atasan dan bawahan tidak lebih.

"Apa maksudnya aku bukan suami kamu, huh?" tanya Revan menuntut penjelasan

"Maaf Pak di kantor Bapak adalah direktur saya." Nara masih mempertahankan formalitasnya

"Nara becanda kamu nggak lucu!"

"Memangnya Bapak lihat saya sedang bercanda? Maaf Bapak bisa minggir sedikit saya harus bekerja."

"Persetan sama kerjaan, jawab dulu pertanyaan aku!" Revan menarik tangan Nara keras hingga gadis itu kembali ke tempatnya

"Mau kamu apa sih?!" kesal Nara tak terbendung lagi, tadinya dia ingin bersikap profesional tapi Revan mengacaukan segalanya.

"Jawab dulu pertanyaan aku, kenapa kamu bilang aku bukan suami kamu?"

REVANARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang