Revan melirik jijik gadis aneh yang tengah duduk di samping kursi kemudinya. Gadis aneh yang memandangi mobilnya seperti alien yang baru datang ke Bumi. Kalau saja dia tidak berprikemanusiaan, dia tidak akan membawa gadis memalukan itu ke sini dan membanting harga dirinya sendiri.
Diam-diam ia melirik gadis itu dari ujung rambut hingga ujung kaki, lihat saja betapa kampungan gaya rambutnya yang di kepang dua seperti anak SD. Belum lagi kaca mata besarnya mendukung kejelekan gadis itu di mata Revan, rok hingga mata kaki bermotif bunga-bunga dengan warna dasar coklat yang kuno dan Revan tidak habis pikir tahun berapa tren mode pakaian itu. Belum lagi baju lengan panjang yang entah sudah berapa tahun ia simpan di lemarinya.
Revan tidak percaya bagaimana bisa takdir mempertemukan mereka? Betapa bodohnya dia malam itu!
"Kenapa kita nggak turun kak?"
"Karena gue malu bawa manusia udik kayak lo!" teriak batin Revan
Cowok itu mengatur nafasnya dalam-dalam tak mau melirik Nara yang menurutnya hanya menjadi perusak pemandangan matanya. Melihat penampilannya saja membuat Revan mual, apalagi mengakuinya sebagai istri.
"Denger ya, gue bawa lo ke sini karena gue kasian ninggalin lo sendirian di rumah dalam kondisi sakit."
Nara mengulas senyum manis, "makasi kak."
"Jangan Gr dulu, gue ngelakuin ini karena gue nggak mau kena masalah lagi gara-gara lo. Kalo lo nanti tiba-tiba mati di rumah gue gimana?"
"Iya kak," jawab Nara lembut seperti biasa tak berani menatap mata suaminya
"Keluarga gue ngadain pesta penyambutan buat cewek gue yang harusnya sekarang jadi tunangan gue seandainya lo nggak dateng dan ngerusak kehidupan gue!" kasarnya, "gue nggak mau ada yang tau kalo lo adalah istri gue apalagi lagi hamil anak itu dan jangan coba-coba ganggu gue sama cewek gue, paham?!!"
Nara mengangguk tanpa protes.
"Bisa nggak kalo orang lagi ngomong nggak usah nunduk kayak orang bego! Lo itu lagi ngomong sama gue bukan sama sepatu gue!"
"Maaf kak," lirih Nara
"Dan satu lagi, emang lo nggak punya baju lain yang lebih bagus gitu?"
Nara laku menatap dirinya sendiri, bagi gadis itu tidak ada yang salah dengan pakaiannya. Baju yang dia kenakan juga sopan dan paling bagus yang pernah ia punya.
"Emangnya ada yang salah ya kak sama baju ini?" tanyanya polos sembari menarik ujung bajunya
Pertanyaan Nara malah membuat dada Revan semakin sesak, terdengar dari helaan nafas beratnya dan tatapan menjengkelkan cowok itu.Sepertinya sia-sia saja dia mempertanyakan itu Nara juga tidak akan mengerti soal fashion.
"Emang ya sampai kapan pun bebek nggak akan pernah jadi angsa walaupun dia tinggal di kandang angsa!" ketusnya sebelum membuka pintu mobil dan berjalan menjauh beberapa langkah lebih dulu
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANARA
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA] **** Otoriter. Kaku. Kasar. Kejam. Ketus. Pemarah. Arogan. Angkuh. Bisa di bilang semua sifat buruk laki-laki melekat pada dirinya. Jika di sebutkan satu persatu, sederet paragraf tidak cukup untuk mendeskripsikannya. ...