Diam-diam gadis itu memperhatikan dua sejoli yang tengah duduk bersama di pinggir lapangan. Wajahnya masam, tidak suka gadis cupu itu merebut perhatian Denis. Bersamanya Denis terlihat sangat bahagia, tertawa lepas, bersenda gurau bahkan sosoknya seperti bukan Denis yang ia kenal.
"Ngapain lo disini?" Entah datangnya dari mana Kara dan gengnya tau-tau sudah berada di belakang Gisella memergoki dirinya.
"Bukan urusan lo!" datarnya memalingkan wajah
"Ya ampun Gi, lo masih aja belum move on dari Denis? Sadar girl, lo udah punya Revan sekarang yang lebih segala-galanya dari Denis."
"Asal lo tau aja semua orang di sekolah ini pengen banget jadi lo dan sekarang lo malah sibuk ngeliatin Denis. Gue jahat-jahat gini nggak pernah tuh menghianati orang yang udah sayang sama gue."
"Mending lo diem nggak usah banyak bacot." Kara tertawa puas berhasil memancing kemarahan Gisella, melihat gadis itu bertingkah seperti itu membuat Kara yakin kalau dugaannya tidak salah.
"Ya udah sih, gue cuma mau ngingetin lo aja jangan main api apalagi sama Revan kalau lo nggak mau nyesel. Karena lo nggak pernah tau siapa Revan sebenernya." Kara memperingati
Gisella menelan ludah, ogah bertanya pada geng menyebalkan di sekolah itu. Tapi, rasa penasarannya lebih mendominasi dia tidak akan sanggup menahannya sebelum apa yang ia inginkan terpenuhi.
"Lo tau sedeket apa Denis sama cewek cupu itu?" tanyanya menelan egonya mentah-mentah. Kali ini. Hanya kali ini saja dia meminta bantuan pada Kara
Kara melirik Nara dan Denis sebentar, lalu tersenyum aneh.
"Denis itu ketua OSIS dan si cupu itu juniornya jadi, mereka lumayan deket sih. Apa yang lo liat sekarang bukan hal baru mereka emang sering berdua bahkan Denis selalu nolongin si cupu kalo di gangguin sama Revan dan kawan-kawan." Kara menjelaskan dengan nada menyebalkan, kedua tanggannya melipat di depan dada merasa menjadi orang paling penting.
"Gue nggak tau pasti hubungan mereka apa tapi yang gue liat Denis peduli banget sama si cupu makanya nggak ada yang berani gangguin cupu kecuali Revan sama temen-temennya karena cuma mereka yang berani sama Denis."
"Jadi Gi, mending lo cepet-cepet move on sebelum Revan tau perasaan lo yang sebenarnya. Ya ... kalo lo nggak mau, Revan buat gue aja," Kara tersenyum miring
"Miris gue ngeliat Revan cuma jadi pelampiasan lo karena nggak bisa dapetin Denis."
***
Pwmbulian di kantin siang ini kembali terjadi, walau bukan hal yang baru lagi tetap saja itu selalu menjadi tontonan yang sayang untuk dilewatkan.
"Woiii cupu!" Bentak Bara kedua kakinya di silangkan di atas meja, sementara tangannya memegang sandaran kursi.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANARA
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA] **** Otoriter. Kaku. Kasar. Kejam. Ketus. Pemarah. Arogan. Angkuh. Bisa di bilang semua sifat buruk laki-laki melekat pada dirinya. Jika di sebutkan satu persatu, sederet paragraf tidak cukup untuk mendeskripsikannya. ...