"Cinta itu nggak pandang bulu, makanya jangan terlalu benci sama orang ntar bisa jatuh cinta lagi." - AlexSetelah menempuh beberapa menit perjalanan akhirnya mereka sampai di rumah. Rumah yang selama ini menjadi tempat tinggal Revan dan Nara semenjak mereka menikah. Tidak ada siapa-siapa di sana selain mereka, itu pun lebih banyak Nara yang berada sendirian di rumah karena Revan biasanya lebih sering bersama teman-temannya.
"Duduk!" perintahnya
"Mau ngapain kak?"
"Udah duduk aja nggak usah bawel!"
Nara pasrah mematuhi perintah Revan, gadis itu duduk di sofa seraya menduga-duga apa yang akan di lakukan Revan.
Kalau di lihat-lihat rumah Revan adalah rumah bergaya minimalis yang mengusung tema modern.
Warna catnya didominasi warna putih, kream, hitam dan coklat. Terdapat kolam renang mini yang terhubung dengan ruang tengah hanya di batasi oleh pintu kaca raksasa.
Bagian terfavorit Nara adalah taman belakang rumah yang di penuh beberapa tanaman indah, mirip seperti kebun mini.
Saking sibuknya menatap seisi ruangan hingga tak menyadari keberadaan Revan yang sudah berlutut di depan Nara.
Gadis itu merasa risih, "kak Revan kenapa duduk di bawah?"
"Nggak usah komplain. Siniin kaki lo!"
"Mau ngapain kak?"
"Ribet ya lo, bawel banget. Apa-apa selalu aja nanya terutin aja kenapa sih?!" Revan kesal sendiri, tiba-tiba menarik kaki kanan Nara dan meletakkannya di atas pahanya
"Gue cuma mau ngobatin luka lo bukan mau motong kaki lo jadi, nggak usah horor gitu mukaknya."
Entah kenapa ucapan itu menggelitik perut Nara, menimbulkan senyum simpul yang manis di wajah gadis itu.
Untuk pertama kalinya mereka bersentuhan, tangan cowok itu bergerak lembut menyentuh lututnya. Nara meringis akibat alkohol membasuh lukanya, namun dengan sigap Revan meniup-niup lutut Nara.
"Selesai."
"Makasi kak," Nara tersenyum kepada Revan menciptakan gejolak asing dalam diri Revan. Entah apa, Revan tidak bisa mendeskripsikannya.
"Besok-besok jangan sampai luka lagi, jaga tubuh sendiri bisa kan? Gue juga yang repot harus ngobatin lo."
"Aku juga nggak pernah minta kak," ujarnya takut
"Ya, emang. Tapi, sebagai suami lo nggak mungkin dong gue biarin lo gitu aja?" jawab Revan seraya membereskan kembali kotak P3Knya
"Kak Revan sakit ya?"
"Emangnya kenapa?"
"Kok tumben baik sama aku?"
Revan memutar bola matanya malas, "gue baik salah, gue jahat apalagi. Emang ya perempuan itu aneh, maunya benar sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANARA
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA] **** Otoriter. Kaku. Kasar. Kejam. Ketus. Pemarah. Arogan. Angkuh. Bisa di bilang semua sifat buruk laki-laki melekat pada dirinya. Jika di sebutkan satu persatu, sederet paragraf tidak cukup untuk mendeskripsikannya. ...