"Apa sekarang aku boleh menganggap kamu adalah milikku?"Suara pintu tertutup membuat Nara menoleh sejenak dari kanvas di hadapannya. Ya, saat ini gadis itu tengah duduk tenang di dekat kolam renang seraya melukis.
Sosok pria yang sejak tadi ia tunggu tak lama muncul dari ruang tamu, langkahnya yang gagah penuh ketegasan dan wajah sombongnya membuat Nara tak kuasa menahan lengkungan manis bibirnya.
Gadis itu seketika beranjak, berlarian kecil menghampiri Revan.
"Harus banget ya lari-lari? Nanti kalau kamu jatuh gimana?" oceh Revan menghentikan langkahnya menatap Nara lembut
Nara hanya menyengir polos, "kak Revan habis dari mana? Kok pergi nggak ngasi tau aku?"
"Dari rumah Alex, cuma main PS aja. Kenapa emangnya?"
"Ya masak aku di tinggalin sendirian di sini, bosen tau."
"Kenapa nggak telpon aku?"
Nara menggeleng keras, "takut ganggu, lagian aku nggak mau cari mati."
Revan menarik pergelangan tangan Nara dan membawa gadis itu duduk bersamanya di sofa ruang tengah.
Ia menatap Nara intens hingga membuat gadis itu merasa canggung bahkan kesulitan bernafas. Kenapa jantungnya tidak bisa normal setiap kali menatap mata elang Revan?
"Kamu masih takut sama aku?" tanyanya lembut seraya mengusap rambut pendek Nara
Nara reflek menunduk, dia sangat malu karena wajah Revan sedemikian dekatnya. Hal hasil Nara hanya bisa memilin jari-jarinya sambil memikirkan jawaban yang tepat.
Tangan besar itu menyentuh dagu Nara seketika rasa hangat menjalar di wajahnya. Revan mengangkat dagu Nara menuntun agar menatap wajahnya.
"Jangan takut lagi ya sayang, aku ini suami kamu bukan orang yang dulu selalu ngebuli kamu. Aku bener-bener nyesel dulu sering nyakitin kamu."
"Jadi, sekarang apa boleh aku nganggap kak Revan milik aku?" tanya Nara malu-malu
"Kenapa nggak? Emang aku miliknya siapa kalau bukan milik kamu?"
Tanpa Nara sadari ia tersenyum lebar, mata kecilnya menyipit, benar-benar cantik.
"Ngomong-ngomong kaca mata kamu mana?"
"Ada di kamar, kenapa?"
"Mulai besok pake lagi kacanya aku nggak mau mata kamu semakin parah."
"Nggak. Aku udah pake soflen kok yang khusus buat mata minus."
"Ckkk ... itu kan nggak baik Ra, pokoknya pake kaca mata lagi!" Tegas Revan, "nggak perlu jadi orang lain Ra, karena aku suka kamu apa adanya."
"Bullshit!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANARA
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA] **** Otoriter. Kaku. Kasar. Kejam. Ketus. Pemarah. Arogan. Angkuh. Bisa di bilang semua sifat buruk laki-laki melekat pada dirinya. Jika di sebutkan satu persatu, sederet paragraf tidak cukup untuk mendeskripsikannya. ...